Presiden Hadiri Hari Lahir Al-Khairiyah ke-93 di Banten

 
bagikan berita ke :

Sabtu, 12 Mei 2018
Di baca 846 kali

Usai membuka secara resmi Konferensi Ulama Trilateral Afghanistan, Indonesia, dan Pakistan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 11 Mei 2018, Presiden Joko Widodo bertolak ke Banten untuk menghadiri peringatan hari lahir Al-Khairiyah ke-93 di kantor Pengurus Besar Al-Khairiyah, Kota Cilegon, Provinsi Banten.

Disampaikan di siaran pers Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, dalam kunjungannya itu, Kepala Negara sekaligus bersilaturahmi dengan ulama-ulama di Provinsi Banten.

Memberikan sambutan dalam peringatan tersebut, Presiden mengajak seluruh pihak untuk tetap bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah keragaman budaya dan pandangan yang ada. Keragaman tersebut, kata Presiden, merupakan suatu kekuatan besar bangsa sekaligus anugerah dari Yang Maha Kuasa.

"Ini (keragaman) adalah anugerah Allah yang diberikan kepada kita, bangsa Indonesia. Kita patut bersyukur meskipun berbeda-beda sampai saat ini dan nantinya kita tetap bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Presiden.

Hal itu dirasa perlu untuk kembali ditekankan oleh Presiden mengingat tidak lama lagi, bangsa Indonesia akan menggelar Pilkada serentak dan pemilihan presiden setahun setelahnya. Perbedaan pilihan dalam pesta demokrasi tersebut hendaknya tidak sampai merusak hubungan persaudaraan.

"Marilah kita menyadari bahwa kita ini adalah saudara sebangsa dan se-Tanah Air. Beda pilihan silakan, ini adalah pesta demokrasi. Tetapi jangan sampai karena berbeda pilihan kita retak atau tidak saling menyapa antartetangga, antarteman. Rugi besar dan biaya sosialnya terlalu besar. Saya selalu sampaikan, pilihlah pemimpin yang dianggap paling baik, setelah itu rukun kembali," ucapnya.

Lebih lanjut, Kepala Negara juga mengajak seluruh pihak untuk menjaga persaudaraan antarsesama dengan salah satunya tidak saling mencela, berprasangka buruk, apalagi menyebarkan fitnah dan ujaran kebencian. Ia menyinggung soal mudah ditemukannya muatan-muatan yang tidak sesuai dengan budaya kesantunan yang dimiliki Indonesia di media sosial.

"Di media sosial saling mencela, menjelekkan, curiga, dan (menyebar) ujaran kebencian. Mestinya berpikiran baik, berpikiran positif. Yang dikembangkan semestinya berpikir dengan penuh kecintaan, penuh kepositifan," jelas Presiden.

Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara ini yaitu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia K.H. Ma’ruf Amin, Gubernur Banten Wahidin Halim, dan Ketua Umum PB Al Khairiyah Ali Mujahidin. (Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0