Presidensi G20 Pemulihan Ekonomi dan Indonesia Maju

 
bagikan berita ke :

Senin, 08 November 2021
Di baca 10385 kali

Oleh:

Eddy Cahyono Sugiarto

(Karo Humas Kemensetneg)

 

Penunjukan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 (Group of Twenty) atau forum kerja sama multilateral 19 negara utama dan Uni Eropa, sejatinya merupakan bentuk apresiasi dan pengakuan negara-negara besar di dunia bagi Indonesia.  Terpilihnya Indonesia sekaligus menandakan torehan sejarah baru karena  untuk pertama kalinya Indonesia  memegang Presidensi G20  sejak forum G20 ini dibentuk pada tahun 1999.

 

G20 sebagai forum yang beranggotakan sembilan belas negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia, ditambah dengan Uni Eropa. Dari Asia Tenggara sendiri, sejatinya telah merepresentasikan 85 persen perekonomian global, 80 persen investasi global, 75 persen perdagangan internasional, dan 66 persen penduduk dunia.

 

Terpilihnya Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20, memiliki nilai strategis  bagi pemulihan ekonomi dan pencapaian Indonesia Maju apabila kita mampu mengkapitalisasi peluang dan tantangan  dengan kemanfaatan optimal bagi kepentingan Indonesia.

 

Momentum tersebut harus dapat dimanfaatkan bagi pemulihan ekonomi dan untuk mencapai Indonesia Maju, dengan memainkan peranan  strategis Indonesia dalam mendorong upaya bersama untuk pemulihan ekonomi dunia. Dengan tema G20 tahun 2022 yaitu  “Recover Together, Recover Stronger”, bermakna dapat tercipta pertumbuhan ekonomi yang inklusif, people centered, serta ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

 

Secara lebih spesifik Presidensi G20 Indonesia akan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi domestik, dengan adanya rangkaian pertemuan yang kumulatif menghadirkan ribuan delegasi dari seluruh negara anggota dan berbagai lembaga internasional, terhitung mulai 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022 mendatang.

 

Mobilitas para delegasi dan pendukungnya akan meningkat karena akan ada 150 kegiatan,  berupa rapat yang terbagi dalam 2 kelompok kegiatan berbeda yakni, Sherpa Track  dan Finance Track yang berlangsung secara marathon, mulai dari ministerial meeting, engagement group meeting hingga rapat-rapat setingkat eselon I,  dan mencapai puncaknya  pada event “Presidensi G20 Leader Summit”.

 

Melalui rangkaian kegiatan panjang tersebut, dengan kehadiran  para delegasi akan berpotensi memberi manfaat bagi perekonomian Indonesia, baik secara langsung, terhadap sektor jasa; perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor terkait lainnya, maupun secara tidak langsung melalui dampak terhadap persepsi investor dan pelaku ekonomi.

 

Presidensi G20 menjadi ajang pembuktian Indonesia bahwa di tengah pandemi. Dunia internasional tetap memiliki persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis. Oleh karena itu, momentum presidensi yang hanya terjadi satu kali setiap generasi (kurang lebih dua puluh tahun sekali) harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi, maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.

 

Presidensi G20 akan dapat menjadikan Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. Kesempatan ini harus dapat  dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

 

Di samping itu, dalam pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga akan dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan ekonomi Indonesia mempercepat pemulihan ekonomi dan agar dapat berkonstribusi dalam mengakselerasi Indonesia Maju.

 

 

Jadikan Momentum Pemulihan Ekonomi

 

G20 memiliki peranan yang sangat strategis di dalam membahas berbagai isu global terkait pertumbuhan dan perekonomian serta stabilitas ekonomi dan keuangan, hal ini dikarenakan  keanggotaannya yang terdiri dari kombinasi negara maju dan berkembang, secara keseluruhan negara-negara G20 merupakan 66 persen populasi dunia yang menguasai 85 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

 

Secara langsung manfaat pada aspek ekonomi dapat dirasakan dari kunjungan delegasi negara G20 yang dapat meningkatkan devisa negara, menggeliatnya kembali sektor pariwisata, khususnya Bali, dan Indonesia pada umumnya yang tertekan sangat dalam di era pandemi,  serta  meningkatkan konsumsi domestik dengan optimalisasi peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), peningkatan PDB, hingga penyerapan tenaga kerja. 

 

Dari pendekatan ekonomi, beberapa manfaat langsung yang dapat diraih Indonesia adalah  peningkatan konsumsi domestik yang diperkirakan bisa mencapai Rp1,7 triliun, penambahan PDB hingga Rp7,47 triliun, dan pelibatan tenaga kerja sekitar 33.000 orang di berbagai sektor.

 

Selain itu, pertemuan ini juga dapat dijadikan momentum bagi Indonesia untuk menampilkan keberhasilan reformasi struktural berupa dikeluarkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan Lembaga Pengelola Investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF) serta mendorong  optimalisasi financial inclusion untuk bersama-sama melakukan pengembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM meningkatkan inklusi keuangan dan perempuan untuk  mencapai presentase 90 persen ditahun 2024.

 

Kita tentunya berharap Presidensi G20 akan mendorong pembiayaan yang ramah dan memperkuat akses pendanaan bagi UMKM di Indonesia dengan  tersedianya  1,1 miliar dolar AS bagi Program Produktif Usaha Mikro yang 63,5 persen di antaranya diterima pengusaha perempuan. Khusus untuk pengusaha perempuan mikro dan ultra-mikro, Indonesia mengembangkan skema pemodalan khusus yang disebut program Mekaar “Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera”.

Sumber: ANTARA FOTO/FENY SELLY/HP.

 

Sebagaimana kita ketahui  hingga saat ini, terdapat lebih dari 10,4 juta nasabah dengan total pembiayaan 1,48 miliar dolar AS dan non-performing loan yang sangat rendah, hanya 0,1 persen. Hal tersebut membuktikan kemampuan para pengusaha perempuan yang mumpuni dan pemanfaatan Lokapasar atau e-commerce  yang semakin meningkat di Indonesia, yang menjadi salah satu penggerak ekonomi Indonesia di masa pandemi dengan nilai yang akan mencapai 24,8 miliar dolar AS tahun ini.

 

Selama pandemi, 8,4 juta UMKM Indonesia telah memasuki ekosistem digital, termasuk bagi 54 persen UMKM perempuan, oleh karena itu keberpihakan G-20 harus mampu kita transformasikan menjadi momentum nyata bagi digitalisasi UMKM dan perempuan. Momentum tersebut seyogyanya diikuti dengan peningkatan pembangunan infrastruktur digital dan kerja sama teknologi, perluasan konektivitas digital secara inklusif, serta peningkatkan literasi digital pelaku UMKM.

 

 

Milestone Indonesia Maju

 

Kita patut  bersyukur Indonesia kini mulai menapaki tahapan pemulihan  ekonomi dengan baik, berbagai langkah strategis tersebut telah membawa hasil nyata yakni ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen pada triwulan II tahun ini  dan nilai ekspor tumbuh 37,7 persen. Hal ini diikuti dengan terus membaiknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, positivity rate di bawah 1 persen, vaksinasi dosis pertama capai 53,62 persen, dan vaksinasi dosis lengkap capai 31,50 persen.

 

Sumber: BPMI Setpres

 

Kita tentunya berharap dengan Presidensi G20 akan dapat menjadi milestone peta jalan Indonesia Maju, khususnya dengan memastikan pengembangan pilar “Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan”  terhadap poin-poin penting seperti peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri, percepatan industri dan pariwisata, pembangunan ekonomi maritim, pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan energi dan air, dan komitmen terhadap lingkungan hidup.

 

Pemulihan ekonomi dengan mengedepankan inklusivitas penting untuk terus dijadikan strategi pemulihan ekonomi global  untuk menjadikan no one left behind. Presidensi G20 diarahkan agar dapat membangun kerjasama untuk kepentingan semua, untuk negara maju dan berkembang, Utara dan Selatan, negara besar dan kecil, negara kepulauan dan pulau kecil di Pasifik, serta kelompok rentan yang harus diprioritaskan.

 

Di samping itu, juga dengan menjadikan pemulihan ekonomi yang mendasarkan akan ekonomi hijau berkelanjutan sebagai strategi kebijakan yang responsif terhadap isu perubahan iklim. Modal dasar yang kita miliki yakni capaian Indonesia pada tahun 2020 yang telah berhasil menurunkan kebakaran hutan sebesar 82 persen perlu terus ditingkatkan demikian pula dengan laju deforestasi yang turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir perlu menjadi fokus bersama kita.

 

Target Indonesia untuk menjadi negara dengan predikat maju pada tahun 2045  dengan target pertumbuhan ekonomi minimal harus bisa di atas 6 persen setiap tahunnya, dan Presidensi G20 atau Tahun 2022 mendatang diharapkan dapat menjadi tahun pertama bagi Indonesia lepas dari tekanan pandemi dan merupakan tahun kunci dari pemantapan pemulihan ekonomi menuju negara maju 2045.

 

Sumber: BPMI Setpres

  

Kita tentunya menyadari bahwa mewujudkan pertumbuhan ekonomi, tantangannya tidak saja pemulihan ekonomi nasional, namun juga transformasi ekonomi dalam jangka menengah dan panjang yang harus terus dilakukan dengan transformasi ekonomi mengubah struktur perekonomian dari lower productivity menjadi higher productivity sector dan meningkatkan produktivitas masing-masing sektor.

 

Kita tentunya berharap  dalam mewujudkan hal tersebut, kita mampu  bekerja bersama membangun kolaborasi dan inovasi dalam mendukung transformasi pemulihan ekonomi dan reformasi struktural,  utamanya dalam reformasi sistem kesehatan nasional, reformasi sistem perlindungan sosial serta reformasi pendidikan dan keterampilan sehingga berkolerasi dengan pemulihan ekonomi,  pemulihan daya beli dan usaha serta diversifikasi ekonomi untuk mengakselerasi capaian Indonesia Maju.

 

 “Let us work together, to Recover Together, Recover Stronger,”

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
114           49           25           20           14