Sambutan Presiden pada Peluncuran Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas

 
bagikan berita ke :

Senin, 03 Oktober 2022
Di baca 1112 kali

Gedung SMESCO Jakarta

 

 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat pagi,

Salam sejahtera bagi kita semuanya,

Om swastiastu,

Namo Buddhaya,

Salam kebajikan.

 

Yang saya hormati Menko Perekonomian beserta para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati Ketua Umum Kadin beserta seluruh jajaran pengurus Kadin Indonesia;
Yang saya hormati para CEO, para pelaku usaha, asosiasi, dan para pelaku UMKM;

 

Bapak-Ibu hadirin dan undangan yang berbahagia.

 

Selalu berulang-ulang saya sampaikan bahwa situasi ekonomi dunia sekarang ini betul-betul pada posisi yang tidak baik-baik saja, ketidakpastiannya sangat tinggi. Semua negara pada posisi yang sangat sulit sekarang ini. Bahkan, negara-negara maju pun berada pada posisi yang sangat sulit.

 

Pandemi memang sudah mulai mereda, mungkin sebentar lagi juga akan kita nyatakan pandemi sudah berakhir. Tetapi, yang kita lihat ini dunia. Pemulihan ekonomi pascapandemi memang belum pada kembali normal, tetapi justru semakin tidak baik. Karena selain pandemi, ditambah lagi karena adanya perang di Ukraina.

 

Kita tahu sekarang ini krisis pangan, krisis energi, krisis finansial sedang terjadi. Tetapi kita, alhamdulillah, negara kita Indonesia di kuartal kedua tahun 2022 ini, tadi sudah disampaikan oleh Pak Ketua Kadin, masih bisa tumbuh 5,44 persen. Saya masih meyakini di kuartal ketiga, kita masih bisa tumbuh di atas angka tadi. Kuncinya kita semua harus kompak, kita semuanya harus bersinergi, kita semuanya harus memiliki perasaan yang sama karena yang kita hadapi adalah sebuah tantangan yang tidak mudah. Kompak.

 

Sehingga, perlu yang namanya Indonesia Incorporated. Yang besar, yang menengah, yang kecil bekerja sama, berkolaborasi bersama menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di lapangan secara konkret dan nyata. Yang gede, yang menengah, yang kecil kalau sudah bergandengan, saya melihat tadi beberapa contoh yang sudah ditunjukkan, akan menjadi sebuah kekuatan besar.

 

Jakarta, provinsi, kabupaten, kota sampai ke desa, semuanya memang kita harus bekerja sama. Seperti kita saat menyelesaikan pandemi, semuanya saya lihat bekerja sama. Pemerintah, swasta, dari pusat sampai ke desa semuanya bekerja sama, dan alhamdulillah kita bisa menyelesaikan. Ini juga sama, harus kompak betul.

 

Tadi saya melihat, saya berikan contoh tadi yang saya kagum, urusan jagung. Jagung itu sudah sekian tahun kita impor 3,5 juta ton per tahun. Sudah tujuh tahun ini, sampai hari ini, sudah anjlok impor kita tinggal 800 ribu ton per tahun. Karena apa? Petani jagung ada yang mendampingi, petani jagung ada yang mengawal. Yang tadi disampaikan di depan, biasanya 1 hektare hanya 4 ton, sekarang 1 hektare bisa 8 ton. Cost produksi paling Rp1.800-Rp1.900,- itu yang saya tahu waktu saya ke Dompu. Jualnya, bisa Rp3.800 per kilogram. Untungnya sudah 100 persen.

 

Ini jangan hanya di jagung saja, harusnya produk-produk yang lain, komoditas yang lain harus bisa didampingi dengan pola yang sama. Kalau jagung bisa, mestinya padi juga bisa, singkong juga bisa, porang juga bisa, kopi juga bisa, semua. Itu menjadi tugas perusahaan-perusahaan besar kita. Jangan sampai ada perusahaan besar berada di sebuah daerah, pabriknya kelihatan tinggi-tinggi dan besar sekali, lingkungannya miskin. Hati-hati, bina lingkungan itu sangat penting, warung-warungnya kumuh.

 

Kenapa tidak seperti yang di depan tadi? Ada pembinaan warung-warung, sehingga penataan barangnya, baik packaging dari produk-produk yang ada juga didampingi. Ini yang kita harapkan. Pemerintah tidak mungkin melakukan itu, yang bisa dan cepat melakukan adalah kalau ada gerakan kemitraan seperti yang pagi hari ini akan kita mulai.

Ada tadi madu, biasanya dimasukkan botol, dijual di pasar-pasar. Tapi dengan packaging yang bagus dan branding nama yang baik pasti harganya akan lipat dua atau tiga kali. Hal-hal yang sentuhan-sentuhan seperti itu yang kita harapkan. Market-nya, kalau bisa pasarnya tidak hanya pasar lokal, tidak hanya pasar domestik tapi bisa dibawa untuk pasar ekspor. Ini yang kita harapkan.

 

Urusan, misalnya ini yang akan banyak, pabrik otomotif yang akan berdiri di negara kita. Saya sudah sampaikan, harus bermitra dengan UKM-UKM industri. Entah bikin knalpotnya, entah bikin spionnya misalnya, entah pengerjaan interior kursinya di dalam, bisa perusahaan besar bermitra dengan petani, perusahaan besar bermitra dengan UMKM. Artinya, kalau ini bisa berjalan, saya meyakini akan berefek pada kemiskinan ekstrem yang akan bisa tertangani dengan cepat dan baik.

 

Saya juga melihat dua bulan yang lalu, ada petani-petani mangga yang ada di Gresik, mangganya sangat bagus sekali. Mungkin belum dilihat, tapi pasarnya belum ada. Sehingga saat itu, saya teleponkan perusahaan dari Uni Emirat Arab, Lulu [Group Retail], untuk datang ke sana dan mengambil, karena memang mangga ini pasarnya untuk ekspor sangat besar sekali. Tapi ini tidak sambung antara yang memproduksi dan keinginan pasar, yang sebetulnya sangat besar peluangnya.

 

Yang saya paling tidak senang, kalau di dalam negeri ada, kita masih impor, baik ini produk dari usaha kecil dan juga dari usaha besar. Saya berikan contoh, minggu yang lalu saya ke Sulawesi Tenggara, ke Buton. Di sana ada deposit aspal itu 662 juta ton yang masih dalam proses hilirisasi, industrialisasi. Bisa usaha menengah atau usaha kecil atau usaha besar tapi belum, baru satu perusahaan. Aspal kita sekali lagi, 662 juta ton, kita malah impor, setahun 5 juta ton. Hal-hal seperti ini yang tidak boleh terjadi untuk produk apapun. Kalau kita punya, jangan beli impor.

 

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini saya luncurkan Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas.

 

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Sumber: https://setkab.go.id/peluncuran-gerakan-kemitraan-inklusif-untuk-umkm-naik-kelas-di-gedung-smesco-jakarta-provinsi-dki-jakarta-3-oktober-2022/