Sambutan Presiden pada Peresmian Pembukaan Kompas 100 CEO Forum Tahun 2021

 
bagikan berita ke :

Kamis, 21 Januari 2021
Di baca 569 kali

Istana Negara, Jakarta
 
 
 

Bismillahirahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, Menko Perekonomian, Kepala BKPM, serta para Menteri, para Wakil Menteri yang hadir;
Yang saya hormati, CEO Kompas Gramedia, Bapak Lilik Oetama;
Yang saya hormati, para CEO dari berbagai sektor industri baik yang tergabung dalam emiten 100 maupun di luar emiten;
Yang saya hormati, seluruh ketua asosiasi dan himpunan, para pengamat ekonomi;
Hadirin dan Undangan yang berbahagia.

Ini adalah masa yang sulit, masa yang tidak mudah, masa yang tidak gampang. Penanganan Covid-19, semua negara juga merasakan betapa sangat sulitnya, 215 negara mengalami hal yang sama seperti yang kita alami, juga disambung dengan pemulihan ekonomi yang juga tidak mudah. Kedua hal tadi harus berjalan beriringan, mengatur manajemen gas dan rem ini juga harus pas, sesuatu yang tidak mudah dalam praktik. Kalau yang mengomentari itu mungkin mudah, tetapi yang memraktikkan itu yang sulit.

Oleh sebab itu, ke depan tantangan dan peluang-peluang yang ada ini harus kita hadapi dan kita raih. Saya ingin berbicara di short term, medium term, dan long term, seperti apa kira-kira. Dalam jangka pendek ini akan kita teruskan yang berkaitan dengan bantuan sosial untuk yang tidak mampu, terus. Kemudian yang berkaitan dengan bantuan untuk usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah/UMKM, terus. Ada insentif pajak, kemudian bantuan modal darurat, terus. Kemudian bagi yang ter-PHK, yang berkaitan dengan Kartu Prakerja, ini juga terus. Untuk apa? Agar ada daya beli, agar ada konsumsi, agar ada demand meskipun sebetulnya ruang yang paling besar untuk memperkuat, untuk menaikkan, meningkatkan demand itu adalah di kelas menengah yang sampai saat ini memang belum bergerak untuk demand-nya naik.

Kemudian yang kedua, yang ini sangat penting dalam jangka pendek, yaitu bagaimana  memberitahu masyarakat bahwa disiplin terhadap protokol kesehatan adalah kunci. Ini semua harus berbicara, Bapak/Ibu harus berbicara kepada karyawan-karyawannya. Gubernur harus berbicara kepada rakyatnya. Bupati/Wali kota harus berbicara pada rakyatnya. Camat harus berbicara pada rakyatnya. Lurah harus berbicara pada rakyatnya. RT/RW semuanya harus berbicara pada rakyat kita betapa pentingnya yang namanya disiplin terhadap protokol kesehatan: pakai masker, jaga jarak, selalu cuci tangan. Ini terus harus diingatkan karena ini menjadi kunci pertama.

Kemudian, di pemerintah sendiri, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kota untuk terus melaksanakan yang namanya testing, tracing, dan treatment. Ini harus terus diperbaiki.

Kemudian yang berkaitan dengan vaksinasi, kunci yang kedua vaksinasi. Bagaimana bisa dipercepat, bagaimana bisa dilakukan sebanyak-banyaknya dalam tempo yang secepat-cepatnya. Karena kita punya kekuatan. Tiga puluh ribu, kurang lebih 30 ribu vaksinator. Ada kurang lebih 10 ribu puskesmas. Ada kurang lebih 3000 rumah sakit yang bisa kita gerakkan. Katakanlah ini hitung-hitungan, ada 30 ribu vaksinator, satu hari bisa mengerjakan 30 orang yang divaksin. Sehari, artinya sudah hampir 1 juta (orang), ini angka yang besar sekali. Ini kekuatan kita ada di sini. Negara lain enggak punya puskesmas, enggak punya, kita memiliki, yang setiap tahun juga melakukan vaksinasi/imunisasi terhadap anak-anak kita.

Oleh sebab itu, ini terus kita dorong. Juga kesiapan vaksinnya jangan sampai terlambat. Ini kenapa pernah saya bilang, sebetulnya tidak ada setahun harusnya vaksinasi kita ini sudah bisa kita selesaikan, karena angka-angkanya yang saya hitung, kita bisa. Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana mempercepat lagi?” banyak dari perusahaan, para pengusaha menyampaikan, “Pak, bisa enggak kita vaksin mandiri?” ini yang baru kita akan putuskan. Karena apa, kita memang perlu mempercepat, perlu sebanyak-banyaknya. Apalagi biayanya ditanggung oleh perusahaan sendiri, kenapa tidak? Tetapi sekali lagi, harus kita kelola isu ini dengan baik. mungkin bisa diberikan asal merek vaksinnya berbeda, tempat untuk melakukan vaksin juga berbeda, bisa dilakukan.

Tapi yang kita semakin optimis adalah, terakhir yang saya lihat angkanya indeks kepercayaan konsumen sudah berada di angka 92. Kemudian, purchasing manager index juga sudah berada di angka 51,3, ini sudah hampir mencapai normal sebelum pandemi.

Kemudian di saat-saat ini, juga ada kenaikan harga-harga komoditas, ini juga akan membantu kita dalam pemulihan ekonomi baik itu yang namanya batu bara, baik yang namanya CPO, baik itu yang namanya karet, naik semuanya, sehingga dalam medium term/jangka menengah bahwa new normal ini akan memengaruhi seluruh pola kehidupan masyarakat dan struktur ekonomi ke depan, pasti semuanya akan terpengaruh. Protokol kesehatan ini akan merubah semuanya sehingga hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi juga nanti akan ada protokolnya, entah itu makan di restoran, nanti pasti akan ada protokol barunya. Naik pesawat, naik transportasi, pasti ada protokolnya. Kerja di pabrik, pasti nanti juga akan ada protokolnya untuk menjaga kesehatan kita semuanya. Kerja di mal, juga semuanya ada protokolnya. Inilah yang saya kira perubahan-perubahan yang akan terjadi setelah adanya Covid-19 bisa kita selesaikan.

Kemudian, kalau ada yang bertanya, “Industri apa sih yang akan bertahan dalam (situasi pandemi) Covid-19 ini?” ya kalau kita lihat, saya melihat dan ini perlu terus kita kembangkan, satu, pangan. Yang kedua, farmasi dan rumah sakit. Ketiga, teknologi, ya. (Berikutnya) Jasa keuangan dan pendidikan.

Pangan, saya hanya ingin menggarisbawahi tentang komoditas barang-barang kita yang masih impor. Substitusi, barang-barang substitusi impor ini harus segera diselesaikan. Urusan gula yang masih impor jutaan (ton), padahal kita memiliki lahan, kita memiliki resource, semuanya. Kedelai, kita juga memiliki lahan yang sangat luas. Jagung, yang masih impor juga jutaan ton juga perlu diselesaikan. Bawang putih yang dulu kita tidak impor karena di NTB, karena di Wonosobo, Temanggung, dulunya juga menanam bawang putih, sekarang tidak (menanam) karena kalah bersaing, ini juga yang harus dibenahi. Di sisi itu saya mengajak agar para CEO bisa merancang sebuah kolaborasi kerja sama antara yang besar dengan para petani sehingga komoditas-komoditas yang tadi saya sampaikan itu bisa kita selesaikan.

Farmasi, kita melihat juga mungkin hampir 80-85 persen kita ini masih impor, kenapa enggak dilakukan di Indonesia?

Teknologi, saya kira ke depan kita memiliki kesempatan besar dalam membangun industri hulu sampai hilir untuk mobil listrik lewat lithium battery yang nikelnya kita memiliki. Ini saya kira, peluang-peluang seperti ini yang harus kita lihat dan harus didorong agar segera bisa kita laksanakan dan memberikan kontribusi yang besar bagi negara.

Kemudian di jangka panjang/long term, saya melihat kita memiliki kekuatan juga di green product, green economy. Dan saya kira sekarang ini semua negara kawasan mulai melihat itu. Di eropa, sekarang sudah memulai undang-undang yang membatasi, sehingga semuanya ke depan saya lihat green product ini akan berkembang, yang low carbon, resources efficient, socially inclusive, semuanya, kesetaraan sosial, mengurangi risiko lingkungan, efisien sumber daya, ini yang akan berkembang. Dan kita, sekali lagi, memiliki kesempatan yang besar juga masuk ke produk hijau dan ekonomi hijau ini baik dari sisi produksi, sisi distribusi, dan dari sisi konsumsi, semuanya. Karena ke depan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan lingkungan hidup ini akan berpengaruh semua terhadap ekonomi, terhadap bisnis global, dan tentu saja akan berpengaruh terhdapa ekonomi kita.

Yang pertama tadi mengenai green economy, green product. Yang kedua, mau tidak mau kita akan masuk kepada digitalisasi, digital economy. Semua industri pasti harus masuk ke sini. Pemerintah, pendidikan, kesehatan, semuanya harus masuk pada digitalisasi sehingga makin efisien, makin kompetitif, dan kita bisa bersaing dengan negara-negara lain.

Tahun 2021 adalah momentum kita semuanya untuk bangkit. Dan jika kita mampu melewati masa krisis ini dengan baik, kita akan lebih siap menjawab tantangan-tantangan ke depan, bertransformasi, negara kita menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru, semakin tangguh, dan menjadi negara maju.

Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Dan dengan mengucap bismillahirahmanirrahim, Kompas 100 CEO Forum Tahun 2021 secara resmi saya nyatakan dibuka.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.