Sambutan Presiden pada Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021

 
bagikan berita ke :

Kamis, 04 Maret 2021
Di baca 1414 kali

Istana Negara, Jakarta
 
 
 

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati, Pimpinan Komisi VI DPR RI;
Yang saya hormati, para Pejabat Eselon I dan seluruh jajaran Kementerian Perdagangan serta Perwakilan Perdagangan yang ada di luar negeri;
Yang saya hormati, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang hadir;
Yang saya hormati, Ketua Umum Kadin dan para Ketua Asosiasi Pelaku Usaha;
Hadirin dan Undangan yang berbahagia.

Kita tahu semuanya, satu tahun sudah pandemi melanda dunia, tidak terkecuali negara kita Indonesia, terkena semuanya. Dan dalam situasi perekonomian dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini, kita patut bersyukur bahwa kinerja perdagangan luar negeri (ekspor) cukup baik. Tadi sudah disampaikan oleh Menteri Perdagangan, neraca perdagangan kita tahun 2020 mengalami surplus US$21,7 miliar, surplus. Yang lalu-lalu, selalu kita enggak pernah yang namanya surplus.

Tapi, akibat pandemi selama setahun ini, kinerja perekonomian kita sangat terganggu.  Kita tahu bahwa growth di tahun 2020 pertumbuhan ekonomi kita jatuh di minus 2,19 persen. Dan akibat pandemi selama setahun ini, kinerja perekonomian kita berada dalam situasi yang tidak mudah, berada dalam situasi yang tidak gampang. Oleh sebab itu, kita semua harus bekerja keras untuk mempercepat pemulihan perekonomian nasional kita.

Target di dalam APBN tahun ini, growth (pertumbuhan) ekonomi kita harus mencapai angka kurang lebih 5 persen. Ini bukan sesuatu yang mudah, dari minus 2,19 persen. Dalam kaitan ini, saya minta kita semuanya sekali lagi bekerja keras, dan saya minta agar kebijakan perdagangan memberikan kontribusi besar terhadap agenda strategis pemulihan perekonomian nasional kita. Kita harus bekerja dengan cara-cara baru karena semuanya memang berubah, meninggalkan cara-cara lama.

Kebijakan perdagangan harus menjamin ketersediaan kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, ini selalu saya ingatkan. Dalam negeri ini harus betul-betul urusan stabilitas harga dan ketersediaan pasokan harus betul-betul terjamin.

Kemudian juga menghidupkan sektor perekonomian yang sempat terganggu akibat krisis. Kita harus bekerja lebih detil, sektor-sektor mana yang terganggu dan harus diapakan, apakah diberi insentif ataukah diberi stimulus.

Kemudian mengundang investasi baru. Kunci growth, kunci pertumbuhan ekonomi kita adalah di investasi karena enggak mungkin kita menambah secara drastis APBN kita. Artinya, kuncinya ada di investasi serta menciptakan peluang kerja yang sebanyak-banyaknya. Ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena sudah ada sekarang ini hampir 10 juta pengangguran di negara kita, baik karena pandemi dan juga angkatan kerja baru.

Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati,
Pertama, perdagangan digital adalah sebuah keharusan, dan harus dikembangkan, harus dikelola sebaik-baiknya. Pemerintah harus menciptakan, kita semua harus menciptakan ekosistem e-commerce yang adil dan bermanfaat. Transformasi digital harus tetap menjaga kedaulatan dan kemandirian bangsa. Dan kita, Indonesia, tidak boleh menjadi korban perdagangan digital yang tidak adil. Negara-negara lain banyak mengalami ini. Dan kita tidak boleh menjadi korban perdagangan digital yang tidak adil.

Kemudian, perdagangan digital harus meningkatkan TKDN (tingkat komponen dalam negeri). Ini selalu saya ulang-ulang, komponen dalam negeri, komponen dalam negeri, komponen dalam negeri, produk dalam negeri, produk dalam negeri. Ini selalu saya ulang-ulang. Harus didorong produksi dalam negeri. Harus memberikan kemanfaatan bagi semua pihak, terutama usaha kecil, usaha menengah, dan para konsumen rumah tangga. Jangan hanya menambah impor, menambah impor. Saya senang impor turun, tetapi jangan sampai yang turun itu di barang modal atau bahan baku. Yang turun itu di barang-barang konsumsi, itu bagus. Selalu saya lihat detil di Bea Cukai angka-angkanya setiap hari.

Sekali lagi, kita bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme justru merugikan. Tetapi kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practices dari raksasa digital dunia. Transformasi digital adalah win-win solution bagi semua pihak.

Perdagangan digital harus mendorong pengembangan UMKM kita. Ini manfaatnya sudah kita lihat. Kekuatan digital harus dimanfaatkan untuk merangkai antara suplai dari UMKM di seluruh Indonesia dengan pasar nasional dan pasar global. Perdagangan digital harus memberdayakan UMKM kita.

Yang kecil-kecil ini kalau diangkat, kalau diberikan peluang saya melihat banyak sekali. Ada keripik yang sekarang bisa…usahanya rumah tangga…bisa ekspor ke Korea, bisa ekspor ke Jepang. Kecil-kecil, tapi ini kalau kita detail dan bekerja keras untuk mereka, ini juga bukan sesuatu yang sulit. Hanya dirubah sedikit, kemasannya diperbaiki, brand-nya diperbaiki, didorong untuk ekspor. Dan biasanya nanti, mulai kacaunya itu kalau sudah menyangkut kapasitas. Ini tugas kita juga untuk mendorong perbankan untuk mau menyuntikkan kepada UMKM kita agar kapasitasnya bisa naik.

Jika ada praktik perdagangan digital yang berperilaku tidak adil terhadap UMKM, harus segera diatur dan harus segera diselesaikan. Baru minggu kemarin saya sudah sampaikan ke Pak Menteri Perdagangan, “Ini, ada yang enggak benar ini di perdagangan digital kita, membunuh UMKM. Diperingatkan!” Karena kita harus membela, melindungi, dan memberdayakan UMKM kita agar naik kelas. Ini salah satu tugas terpenting Kementerian Perdagangan.

Yang kedua, Kementerian Perdagangan harus punya kebijakan dan strategi yang tepat untuk mengembangkan pasar produk nasional kita, misalnya dengan mendukung Program Bangga Buatan Indonesia, Bangga Buatan Indonesia. Pusat perbelanjaan (mal) harus terus didorong. Dari Jakarta sampai ke daerah, dorong untuk memberikan ruang bagi produk-produk Indonesia, khususnya UMKM. Jangan sampai ruang depan dan lokasi-lokasi strategis justru diisi oleh brand-brand dari luar negeri. Ini harus mulai digeser. Mereka digeser ke tempat yang tidak strategis. Di tempat yang strategis dan lokasi yang baik berikan ruang untuk brand-brand lokal.

Branding harus melekat agar masyarakat lebih mencintai produk Indonesia dibandingkan produk luar negeri, karena penduduk Indonesia, penduduk kita berjumlah lebih dari 270 juta jiwa. Seharusnya adalah konsumen yang paling loyal untuk produk-produk kita sendiri. (Jumlah penduduk) 270 juta adalah jumlah yang besar, pasar yang besar. Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia harus terus digaungkan. Produk-produk dalam negeri, gaungkan. Gaungkan juga, benci produk-produk dari luar negeri. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri, sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal, sekali lagi, untuk produk-produk Indonesia.

Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati,
Pasar ekspor juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Untuk itu, ketiga, saya minta pasar-pasar nontradisional harus terus diperluas. Ini bertahun-tahun selalu kita arahnya selalu ke Uni Eropa dan Amerika. Jangan terjebak pada pasar ekspor yang itu-itu saja. Sekarang tumbuh pasar-pasar baru yang harus digarap secara serius. Banyak negara yang tumbuh ekonominya, growth-nya lebih dari 5 persen, yaitu di Afrika, di Asia Selatan, di Eropa Timur, dan negara-negara lainnya. Ini harus diseriusi.

Keempat, saya minta agar UMKM dibantu agar lebih mampu untuk ekspor. Tadi sedikit sudah saya singgung. Kita perlu lebih banyak UMKM yang menjadi eksportir dalam jumlah yang besar. Saat ini 90 persen pelaku ekspor adalah UMKM, 90 persen pelaku ekspor adalah UMKM, namun kontribusi ekspornya hanya 13 persen. Artinya, kapasitasnya perlu ditambah, perlu diperbesar.

Oleh sebab itu, saya tahun lalu mengingatkan kepada Menteri Perdagangan, Dewan Penunjang Ekspor dihidupkan lagi, membantu UMKM agar bisa memperbaiki produksinya, membantu UMKM memperbaiki desainnya, membantu UMKM memperbaiki packaging-nya, sehingga kualitasnya menjadi lebih baik. Dan ini harus berkolaborasi dengan kementerian/lembaga yang lain, institusi yang lain dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM kita di pasar global.

Oleh karena itu, kelima, percepat penyelesaian perundingan dengan negara-negara potensial. Ini adalah agenda prioritas karena di masa-masa seperti ini kita membutuhkan pasar ekspor baru. Kita telah menyelesaikan IA-CEPA dengan Australia, dengan Korea. Dengan EU, tolong ini Pak Menteri didorong agar juga segera selesai, dan (juga dengan) negara-negara lain yang kita belum memiliki CEPA, ini segera dirampungkan, segera diselesaikan.

Implementasi 23 perjanjian perdagangan bilateral dan regional yang sudah ditandatangani juga harus benar-benar dimanfaatkan oleh para pelaku usaha. Saya berikan contoh, misalnya dengan Australia, kita sudah punya IA-CEPA. Lihat peluang-peluang yang ada di sana. Saya kira yang gede peluangnya adalah otomotif. Pelajari betul pasarnya seperti apa, konsumennya seperti apa. Informasikan ke Tanah Air sehingga kita betul-betul bisa membuka pasar di Australia. Dan tentu saja produk-produk UMKM yang lainnya yang memiliki opportunity, memiliki peluang, itu perlu dibantu dan didorong dalam rangka meningkatkan nilai ekspor dan diversifikasi produk ke negara mitra dagang kita.

Khusus untuk sektor-sektor industri manufaktur yang menyerap tenaga kerja yang banyak, seperti otomotif, elektronik, tekstil, kimia, dan farmasi, serta makanan dan minuman harus diberikan stimulus dan fasilitas-fasilitas ekspor. Harus ada insentifnya untuk memperluas pasar, terutama negara-negara nontradisional, dengan memanfaatkan kerja sama perdagangan. Dan mengoptimalkan kinerja perwakilan perdagangan kita yang ada di luar negeri. Kita punya atase perdagangan, kita punya ITPC (Indonesia Trade Promotion Center), semuanya harus bergerak.

Kemudian yang keenam, saya minta untuk terus menjaga ketersediaan bahan kebutuhan pokok di seluruh pelosok Tanah Air dengan harga yang stabil dan terjangkau. Upayakan terus untuk memperbaiki kesetaraan harga di daerah-daerah pinggiran, dan harus diantisipasi. Ini perlu juga saya ingatkan, bulan Ramadan yang tinggal 40 hari lagi, sebulan kemudian Idulfitri, siapkan dari sekarang, antisipasi dari sekarang. Walaupun nanti kita akan menyambut dengan sederhana, tetapi sekali lagi, ketersediaan stok dan harga yang stabil harus dijamin.

Terakhir, sebelum saya menutup sambutan ini, saya juga ingin menegaskan bahwa tahun 2021 adalah tahun pemulihan. Target growth yang ada di APBN, yang tadi saya sampaikan 5 persen itu harus betul-betul tercapai. Sekali lagi, tahun 2021 adalah tahun pemulihan yang harus dilandasi dengan semangat dan optimisme. Untuk itu, secara khusus saya meminta kepada seluruh jajaran Kementerian Perdagangan untuk tidak hanya bekerja normatif, namun harus ada terobosan-terobosan kreatif, harus ada terobosan-terobosan inovatif.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021 saya nyatakan resmi dibuka.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.