SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA ACARA KONGRES XXII PERWARI, 4 DESEMBER 2008

 
bagikan berita ke :

Kamis, 04 Desember 2008
Di baca 996 kali


SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
 PADA ACARA
KONGRES XXII PERWARI
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
PADA TANGGAL 4 DESEMBER 2008

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

 

Yang saya hormati Saudari Ketua Periodik Pengurus Pusat Perwari, para sesepuh Perwari, para pengurus Perwari baik pusat maupun daerah, dan segenap peserta kongres yang saya muliakan,

 

Marilah pada kesempatan yang baik dan, insya Allah, penuh berkah ini, sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas perkenan rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita, kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Kita juga bersyukur ke hadirat Allah SWT karena pada pagi hari ini kita dapat bersilaturrahim di Istana Negara sebagai bagian dari rangkaian kegiatan kongres yang dilaksanakan oleh Perwari. Atas nama negara, Pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta kongres dari seluruh penjuru tanah air, dengan harapan semoga kongres ini betul-betul melahirkan tekad, komitmen, dan pemikiran yang konstruktif demi meningkatkan pengabdian Perwari kepada bangsa dan negara di masa depan dan demi keberhasilan kita bersama membangun hari esok bangsa yang lebih baik.

 

Ibu-ibu peserta Kongres Perwari yang saya hormati,

 

Banyak yang sering bertanya: Apakah organisasi-organisasi yang telah berdiri sekian puluh tahun yang lalu, itu masih tetap relevan dengan semangat dan tantangan jaman dewasa ini? Ketika saya menerima audiensi dari pengurus Perwari waktu itu, saya katakan: relevan atau tidak relevan terpulang kepada organisasi itu sendiri, institusi itu sendiri, apakah setiap saat terus bisa memberikan kontribusi kepada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Apakah rakyat tetap merasakan bahwa yang dilakukan oleh organisasi itu betul-betul menjadi bagian dalam peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan kehidupannya.

 

Mendengar apa yang disampaikan oleh pimpinan Perwari ketika saya menerima audiensi beberapa saat yang lalu, ditambah dengan penjelasan para pengurus pusat dan apa yang disampaikan hari ini, saya berpendapat bahwa Perwari tetap relevan, Perwari tetap dapat memberikan sumbangsih yang nyata kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, pertahankan dan terus tingkatkan karya nyata Perwari. Sebuah institusi, sebuah organisasi akan tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan bangsa dalam jaman yang terus berubah manakala organisasi itu terus dapat menyesuaikan diri, melakukan adaptasi, melakukan aktualisasi peran dan partisipasinya dalam bahasa yang sering disebut-sebut di berbagai forum adalah apabila organisasi itu mampu melaksanakan transformasi dan reaktualisasi.

 

Apa yang dilakukan Perwari di seluruh tanah air, yang nyata, yang konkrit, sebagaimana tadi disampaikan, itu bukti bahwa Perwari bukan hanya menjadi milik masa lampau tetapi juga dapat berkiprah di masa kini dan di masa depan. Lanjutkan Ibu-ibu, proses transformasi dan reaktualisasi diri tersebut.

 

Ibu-ibu yang saya hormati,

 

Berbicara tentang pemberdayaan kaum perempuan, saya harus terus mengingatkan bahwa kaum perempuan bukan hanya harus diberdayakan tetapi dalam kenyataannya di seluruh tanah air ini, sangat bervariasi kondisi yang dialami oleh kaum perempuan. Apalagi beberapa tahun yang lalu, banyak kaum perempuan dan anak-anak berada dalam kondisi yang tidak baik, yang penuh dengan “penderitaan”, misalnya mereka yang berada di daerah konflik, konflik komunal misalnya, mereka yang ada di daerah bencana, bencana yang berskala besar, mereka yang berada dalam kantong-kantong kehidupan yang masih miskin secara ekstrim, merekalah yang pertama-tama harus mendapatkan perlindungan oleh negara, oleh Pemerintah, oleh komunitas masyarakat lain yang mampu memberikan perlindungan. Maka dalam kaitan ini, kepada kaum perempuan beserta anak-anaknya harus kita berikan proteksi, protection. Setelah itu, keadaan sudah relatif pulih dan dalam jangka panjang agar mereka bisa menjalani hidup dan kehidupan yang lebih baik, apapun profesinya, dimanapun mereka berada, maka kita melakukan pemberdayaan, empowering.

 

Setelah itu, di dalam kenyataannya, banyak sekali komunitas maupun perseorangan, perempuan yang sudah melewati tahapan-tahapan itu, bahkan mereka berkompetisi dengan yang lain untuk mencapai posisi-posisi yang lebih tinggi, baik di bidang politik, di bidang sosial, di bidang ekonomi, dan berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam kaitan ini, maka berubah lagi judulnya menjadi pemajuan Kaum Perempuan, promote. Oleh karena itu, mari kita baca satu nafas dan kita aplikasikan dalam berbagai kehidupan di negeri ini yang disebut dengan proteksi pemberdayaan dan pemajuan Kaum Perempuan, protection, promote, empowerment, dan promotion. Perwari tentu bisa ikut andil di dalam melakukan berbagai upaya tersebut, baik yang bersifat perlindungan, pemberdayaan, maupun pemajuan.

 

Ibu-ibu peserta kongres yang saya cintai,

 

Tema yang diangkat dalam kongres ini sangat tepat, saya dukung penuh dan tentunya masyarakat menyambut dengan baik, yaitu tema lingkungan. Siapa lagi yang akan menyelamatkan tanah air kita, bumi kita, kecuali kita sendiri. Siapa lagi yang menyayangi anak cucu kita, generasi muda kita, untuk hidup dengan baik dan selamat di kemudian hari kecuali kita sendiri. Ada pepatah: bumi makin panas, jangan hanya kipas-kipas, kalau kipas-kipas tidak memecahkan masalah, memecahkan masalah untuk dirinya sendiri sementara pada saat dikipasi, setelah tidak dikipasi panas lagi.

 

Yang cerdas bagaimana membuat bumi tidak semakin panas, global warming harus bisa kita cegah untuk makin memburuk, suatu saat harus kita balikkan agar tidak menjadi ancaman bagi keselamatan bumi. Ini serius, Ibu-ibu. Banyak orang, ah, ini masih lama, masih puluhan tahun lagi. Hati-hati, ini kalau dunia terus memanas atau kalau global warming tidak bisa dicegah, kalau iklim terus berubah atau kalau climate change tidak bisa kita kendalikan yang tejadi kerusakan demi kerusakan, bencana demi bencana.

 

Adakalanya sebuah negara, sebuah daerah, berada dalam masa musim kemarau yang panjang. Akhirnya, tanaman tidak hidup, gagal panen, kurang pangan, dan sebagainya. Adakalanya hujan di luar kewajaran, terjadi banjir bandang, tanah longsor yang memporakporandakan pertanian dan tanaman pangan kita. Adakalanya, ya karena perubahan iklim, karena pemanasan global, terjadi badai, topan, cyclon, typhoon, yang luar biasa, yang juga memporakporandakan, mengakibatkan korban jiwa dan harta benda yang tinggi karena sungguh sangat panas, hutan-hutan terbakar, bukan karena ulah manusia, meskipun sebagian bukan karena ulah manusia, meskipun sebagian juga karena ulah manusia, tetapi karena alam terbakar, dan banyak lagi tragedi kemanusiaan akibat bencana alam sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini. Itu adalah kesalahan kita, kesalahan umat manusia sejak abad ke-18.

 

Ratusan tahun kita serakah, kita tamak, tidak mensyukuri dan memelihara dengan baik anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, hutan-hutan dibabat, pohon-pohon ditebangi, seperti itu, dan yang lain-lain, kerusakan menjadi makin besar. Saatnya telah tiba, tidak perlu melihat ke belakang, tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Mulai sekarang mari kita rawat, kita jaga, dan kita pelihara lingkungan kita. Gerakan kaum perempuan menanam dan memelihara pohon, tahun lalu ditargetkan 10 juta pohon, akhirnya 15 juta. Tahun ini dimulai lagi penanaman pohon termasuk penyebaran bibit ikan, pohon-pohon pangan misalkan sukun, kelapa, dan lain-lain, mari kita sukseskan. Memang hasilnya bukan tahun depan, hasilnya bukan 2 tahun lagi, hasilnya mungkin juga belum 5 tahun lagi, tetapi nanti anak cucu kita, generasi yang akan datang akan bersyukur dan berterima kasih kepada ibu semuanya, kepada Perwari karena kita ikut membangun masa depan mereka yang baik, dan lain-lain.

 

Lakukan kegiatan-kegiatan yang praktis. Menyelamatkan lingkungan tidak berhenti di ruang seminar, tidak berhenti di talk show, tidak berhenti dengan artikel-artikel, meskipun itu penting. Penyelamatan lingkungan harus dilakukan dengan kerja nyata. Ibu-ibu tahu mengapa bumi jadi panas? Karena terlalu banyak menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, dari perut bumi, seperti minyak, batu bara, gas, yang dari bumi itu. Mari kita kurangi dan terus kurangi sehingga yang kita gunakan sumber-sumber energi yang terbarukan, angin, air, sinar matahari, dan sebagainya, bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan atau bahan bakar nabati. Mari kita menuju ke sana dan Pemerintah negara menuju ke sana. Saya sudah mengeluarkan satu tatanan strategi kita untuk menuju energi yang lebih sehat, tidak sangat tergantung kepada minyak yang berasal dari fosil.

 

Caranya bagaimana supaya mengurangi? Ya, kalau Ibu-ibu sehari-hari, di kediaman, matikan lampu kalau tidak diperlukan karena listrik itu menggunakan bahan bakar, menggunakan gas, menggunakan batu bara. Jadi sepertinya tinggal menghidupkan tapi itu sumbernya yang tadi itu. Kemudian, kalau di kantor mengajak lingkungan untuk hemat listrik, hemat bahan bakar, hemat energi, semuanya itu. Kalau itu menjadi kebiasaan kita, secara nasional, bertahun-tahun kita menjadi bangsa yang hemat, bukan hanya baik secara ekonomi tetapi juga baik secara lingkungan. Saya ingin Ibu-ibu memulai dari hal-hal yang praktis. Nah, disitulah rakyat akan melihat Perwari memang, meskipun ini punya peran sejarah yang besar di waktu yang lalu, Desember 1945 telah berdiri, sekarang pun masih dirasakan manfaat, sumbangan, dan kontribusinya. Begitu yang harus dilakukan oleh Perwari sehingga rakyat akan selalu menyambut gembira kehadiran dan peran serta dari Perwari dalam kehidupan bangsa.

 

Ibu-ibu peserta kongres sekalian,

 

Ajakan dan harapan saya kepada Perwari dan sesungguhnya kepada seluruh rakyat Indonesia adalah pertama, yang juga menjadi tema dari kongres ini, mari benar-benar kita pelihara dan kita jaga lingkungan di negeri kita sebagai bagian dari menjaga lingkungan sedunia.

 

Yang kedua, Ibu mengetahui tahun ini, terutama awal-awal tahun, terjadi krisis pangan sedunia. Banyak negara, banyak bangsa yang sangat mengalami kesulitan karena kekurangan pangan. Kalau ada pangan, harganya mahal sekali. Itu sedunia. Alhamdulillah, dengan kerja keras kita, tahun-tahun terakhir, meskipun ada kenaikan-kenaikan tertentu, bahan pangan kita, sembako kita, dibandingkan dengan banyak negara di dunia ini, kita dianggap oleh dunia mampu mengelola krisis pangan ini, bahkan kita syukuri. Insya Allah, tahun ini kita kembali berswasembada beras, berswasembada jagung. Ke depan, akan kita tingkatkan produksi kedelai, produksi daging sapi, produksi tebu, sementara kentang, cabe, bawang merah, bawang putih, telur, ayam, itu sudah pada tingkat cukup untuk negeri kita.

 

Pangan sangat-sangat penting. Ibu barangkali masih bisa menerima kalau kekurangan sandang, meskipun, alhamdulillah, sandang juga tercukupi. Atau rumahnya tidak bagus benar, sederhana, bahkan barangkali ada yang belum memiliki rumah, belum memiliki kendaraan. Tetapi kalau tidak memiliki bahan makanan, 4 hari tidak makan, saya kira masalahnya menjadi lain. Oleh karena itu, saya mengajak, mari kita sukseskan Gerakan Nasional Meningkatkan Ketahanan Pangan. Semua jenis pangan. Saya berikan apresiasi pada kaum perempuan, kemarin misalnya, memberi contoh dan menjadi contoh menanam pohon-pohon pangan dan juga menabur benih ikan. Kalau seluruh Indonesia menabur benih ikan, kalau Ibu-ibu yang melahirkan menanam satu pohon dan gerakan ini terus-menerus, bahkan saya sudah memerintahkan Menteri Kehutanan bersama-sama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri terkait, insya Allah, suatu saat pohon yang kita tanam tiap tahun itu sama dengan jumlah penduduk Indonesia. Kalau penduduk kita 230 juta maka tiap tahun kita bisa menanam 230 juta pohon. Kalau itu kita lakukan akan dahsyat sekali dan sekali lagi, anak cucu kita akan memiliki masa depan yang baik. Tadi yang kedua, ketahanan pangan.

 

Yang ketiga, ajakan dan harapan saya, mari kita kembangkan ekonomi kreatif. Ibu-ibu pasti sudah mengikuti, kita terus mengembangkan ekonomi kreatif. Ini Menteri Perdagangan sebagai penjurulah atau sebagai penggerak bersama Dekranas, bersama semua pihak, terus-menerus menggalakkan ekonomi kreatif. Indonesia punya keunggulan yang luar biasa di bidang ekonomi kreatif, handycraft, furniture, batik, ekonomi produk budaya, banyak sekali. Yang itu memadukan antara seni dengan teknologi. Saya sangat bangga, saya sangat senang melihat berbagai pameran dan berbagai ajang promosi yang memamerkan produk-produk bangsa kita, masyarakat kita, komunitas kita, kaum ibu, yang banyak sekali menjadi pelaku ekonomi kreatif. Makin ke depan, ekonomi kreatif makin banyak diminati dan akan menjadi sumber perekonomian kita. Kalau ekonominya maju, pasti kesejahteraan rakyat juga ikut ditingkatkan.

 

Jadi, marilah kita tingkatkan bersama-sama ekonomi kreatif ini dalam berbagai bentuknya. Saya harap Perwari, pengurus Perwari, berkomunikasi dengan Menteri Perdagangan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut seperti apa ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan di keluarga besar Perwari karena itu juga mendatangkan pendapatan, income, penghasilan, yang bisa untuk menghidupi kegiatan Perwari. Tadi banyak sekali aksi sosial, mengelola pendidikan dan saya ingat dulu ada beberapa lahan atau tanah yang statusnya belum jelas begitu, tolong nanti melalui Menteri-Menteri terkait, Seskab sampaikan, dilihatlah apa yang bisa kita bantu kepada Perwari karena beberapa sekolah-sekolah di provinsi itu statusnya belum jelas. Kita telusuri, kadang-kadang memang 1 tanah, 1 bangunan itu tumpang tindih. Ini menganggap, ah, ini kami yang berhak. Sebelah sana, nggak saya yang berhak, dan seterusnya. Tolong dibantu untuk mendapatkan statusnya dengan ditelusuri asal-usul dan status hukum tanah dan bangunan yang bersangkutan.

 

Kecuali 3 hal itu, khusus untuk Perwari, saya ingin menyampaikan harapan, permintaan, dari saya. Pertama, teruslah meningkatkan pengetahuan Ibu-ibu. Pengetahuan penting agar kita menjadi bangsa yang cerdas, bangsa yang rasional, bangsa yang tidak mudah mendapatkan cerita yang aneh-aneh, bangsa yang percaya pada takhayul, bangsa yang mudah sekali mempercayai desas-desus, bukan itu bangsa yang cerdas. Kita tidak dapat apa-apa kalau pengetahuan kita seperti itu, tingkatkan pengetahuan Ibu. Kalau pengetahuan Ibu-ibu, bukan hanya yang di ruangan ini, saya yakin yang di ruangan ini memiliki pengetahuan yang tinggi, yang lain-lain juga ditingkatkan pengetahuannya untuk bisa membimbing putra-putrinya sedini mungkin. Pengetahuan, mendidik mereka memiliki akhlak, budi pekerti yang luhur, sifat-sifat yang baik, yang bersemangat, yang optimis, itu semua bisa dilakukan apabila Ibu-ibu memiliki pengetahuan yang luas dan setiap saat bisa mendidik putra-putrinya.

 

Tidak ada yang lebih tepat kecuali orang tua sendiri, ibu, dalam mempersiapkan putra-putrinya mengarungi kehidupan yang sering keras dan kompetitif ke arah masa depan. Tingkatkan pengetahuan Perwari, pengurusnya, baik pusat maupun daerah, punya tanggung jawab untuk, secara berkala, dengan cara-cara tertentu, mengasah pengetahuan dari anggota Perwari.

 

Yang kedua, harapan saya kepada Perwari, perkuat kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. Kalau saya dengar tadi, berarti sudah bagus, peduli bagi orang yang mengalami musibah, peduli bagi mereka yang perlu mendapatkan bantuan, dan seterusnya. Ini adalah nilai-nilai luhur bangsa kita, tidak hanya mengejar kesenangannya masing-masing karena kita ingin menjadi bangsa yang makmur bersama, betul Ibu-ibu? Bukan makmur sendiri-sendiri. Kita ingin menjadi bangsa yang maju bersama, bukan maju sendiri-sendiri. Oleh karena itulah, kalau ada tetangga kita, saudara kita yang mengalami musibah, bantu. Mari kita bantu, tentu sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

 

Dan yang ketiga atau yang terakhir adalah teruslah berkontribusi pada kehidupan masyarakat. Menjadilah bagian dari solusi bukan bagian dari masalah. Berpikirlah positif, jangan berpikir negatif, bersikaplah optimis, optimistik, bukan pesimis, seolah-olah masa depan gelap terus. Kalau itu yang dilakukan pada jiwa, pada hati, pada pikiran Ibu-ibu, insya Allah, Ibu-ibu akan menjadi pembaharu, penggerak, dan yang ikut menyukseskan pembangunan kita. Kita harus bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa dimulai dari mencerdaskan kehidupan kita sendiri. Itulah yang saya harapkan dan dengan demikian, saya punya harapan yang tinggi kepada Perwari untuk terus melanjutkan kiprah dan pengabdiannya dan setelah kongres ini, lakukan konsolidasi, lakukan penataan kembali, dengan demikian, ke depan, Perwari akan lebih baik dari yang sekarang.

 

Sebelum menutup sambutan saya ini, tadi pimpinan Perwari mengatakan partisipasi Perwari dalam kehidupan demokrasi, dalam kehidupan politik, silakan dilanjutkan tradisi yang baik itu. Bagi saya, berpartisipasilah dalam kehidupan demokrasi, jangan pasif, jangan hanya menonton, ikutlah menyumbangkan suara, pikiran-pikiran, dan perannya. Demokrasi yang kita bangun, demokrasi yang damai, demokrasi yang cerdas, demokrasi yang penuh etika. Ibu-ibu punya kekuatan, kekuatan moral, kekuatan sosial untuk mengajak rakyat kita masuk dalam era baru demokrasi seperti itu. Kalau ada apa-apa, mari kita selesaikan secara damai, bukan dengan cara yang menimbulkan benturan, apalagi kekerasan-kekerasan yang tidak perlu. Nanti kita mempertanggungjawabkan di suatu saat, kenapa kok kita tidak bisa menjadi contoh, memberi contoh, menjadi pelopor, menegakkan kehidupan demokrasi yang damai, cerdas, dan penuh etika.

 

Itulah yang saya sampaikan, sekali lagi selamat berjuang Ibu-ibu, Tuhan beserta kita, dan semoga Perwari makin ke depan makin jaya.


Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.