SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA ACARA PEMBUKAAN RAKER GUBERNUR SE-INDONESIA, 11-12-2008

 
bagikan berita ke :

Kamis, 11 Desember 2008
Di baca 1372 kali

SAMBUTAN PRESIDEN RI
PADA ACARA
PEMBUKAAN RAPAT KERJA GUBERNUR
SE-INDONESIA, DI DEPARTEMEN DALAM NEGERI
TANGGAL 11 DESEMBER 2008

 

Bismilahirrahmannirrahim,

 

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,
 
Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Koordinator, Saudara Menteri Dalam Negeri dan para Menteri, serta anggota Kabinet Indonesia Bersatu, para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara, para Gubernur, para Ketua Dewan Rakyat Daerah Provinsi, para Pimpinan Jajaran KPU,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan, insya Allah, penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas perkenan rahmat dan ridho-Nya kita semua dapat hadir ditempat ini untuk bersama-sama mengikuti pembukaan Rapat Kerja Gubernur seluruh Indonesia pada tahun 2008. Kita juga bersyukur karena kepada kita masih diberikan kesempatan, kekuatan dan, insya Allah, kesehatan untuk melanjutkan karya, tugas, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta.

 

Saudara-saudara,

 

Karena ini bagi kita bukan sebuah acara seremonial, saya ingin menyampaikan arahan kepada jajaran pemerintahan di seluruh Indonesia. Atas nama Konstitusi, saya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa jalannya pemerintahan di negeri ini berlangsung dengan baik, dan sekaligus ajakan dan harapan bagi semua pihak untuk bersama-sama bersatu, bekerja keras, mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi dan melanjutkan pembangunan bangsa dan negara kita menuju masa depan yang lebih baik.

 

Saya ingin menyampaikan secara substansi dan saya tidak akan terlalu melihat keteraturan, sistematika sebuah pidato karena saya mengutamakan, saya ingin menyampaikan hal-hal yang esensial terutama yang akan kita hadapi tahun depan dan tahun depannya lagi. Masa yang saya anggap critical, penuh dengan tantangan yang harus kita jawab bersama. Tantangan yang saya maksud adalah kita semua tahu akibat krisis keuangan global dan resesi perekonomian dunia dan resesi perekonomian dunia yang pasti kita terkena dampaknya. Namun, sebelum kita masuk kepada substansi dari direction saya, Saudara-saudara, saya mulai tentunya dengan permintaan maaf karena semula saya dijadwalkan pukul 14.00 dan baru bisa hadir 1 jam kemudian,15.00, saya tidak biasanya. Saudara tahu saya sangat disiplin pada waktu karena punctuality bagian dari sistem yang baik. Bagian dari good governance dan bagaimana kita mengefektifkan resources termasuk waktu yang ada pada kita. Ini karena dinamika yang datang sebenarnya saya setelah menghadiri acara penting Bali Democracy Forum dan peresmian Institute For Peace and Democracy yang dilaksanakan di Denpasar, Bali, satu event Internasional yang dihadiri oleh Pimpinan dan Pejabat-pejabat senior dari 32 negara se-Asia dan para Pengamat dari belahan dunia Eropa dan Amerika.

 

Saya berencana untuk kembali kemarin sore, tapi diluar yang kita rencanakan ada sejumlah pertemuan bilateral yang diminta oleh mereka. Ketika saya berada di Denpasar yang baru saya dapat rampungkan tadi pagi. Diantaranya Perdana Menteri Xanana, utusan Perdana Menteri Jepang dan Pejabat lain yang memang harus saya terima karena berkaitan dengan kerjasama dan kemitraan kita. Kedepan, terutama menghadapi tahun-tahun sulit. Baru setelah itu kembali ke Jakarta dan melanjutkan kegiatan Sidang Kabinet. Sidang Kabinet belum rampung, saya break dulu, saya tunda untuk dilanjutkan dan Sidang Kabinet itu juga membahas masalah yang essential. Pertama adalah bagaimana mengatasi kemungkinan gelombang pengangguran yang datang tahun 2009 dan tahun 2010. Sebagaimana yang terjadi di dunia.

 

Saudara tahu, Amerika Serikat saja yang ekonominya dianggap paling kuat di dunia, bulan November penganggurannya berjumlah 533.000, setengah juta lebih. Bagaimana kita merespons nanti dengan cara-cara yang tepat pekerjaan bersama kita yang dapat dilakukan kemudian. Lantas, dalam Sidang Kabinet tadi kita juga mengagendakan bagaimana menjaga agar sektor riil tidak terlalu terpukul kalau terkena dampaknya. Tidak ada satupun di dunia ini sektor riil yang ingin, yang kebal terhadap krisis, terhadap resesi perekonomian dunia.

 

Yang ketiga, yang belum kita bahas atau tertunda, barangkali besok atau lusa atau kapan, atau nanti malam kalau perlu, itu penyelesaian solusi tentang pupuk yang sangat penting, dari hulu sampai hilir, production, distribution, dan yang terakhir kebijakan tentang harga BBM yang harus merespons dengan perkembangan harga minyak mentah dunia yang Saudara semua juga terus mengikutinya. Oleh karena itu, saya break disana, saya lari kesini sehingga saya minta maaf ada keterlambatan waktu 1 jam, bukan karena sengaja kami berlalai-lalai tetapi harus membagi waktu yang sama-sama penting.

 

Saya sudah mengundurkan pertemuan dengan PM Malaysia yang harusnya jam 16.30 saya meminta Pak Lah, Abdullah Badawi untuk bersabar dan beliau dengan penuh pengertian bisa, dan saya akan bertemu dengan beliau setengah jam lebih lambat dari jadual yang ditentukan.

 

Saudara-saudara,

 

Yang pertama minta maaf, yang kedua, terima kasih. Terima kasih kepada para Gubernur, Pimpinan DPRD yang selama ini saya nilai berusaha dengan sungguh-sungguh bekerja keras untuk bersama-sama mengelola permasalahan di negeri kita, di seluruh wilayah Indonesia. Tidak terbilang yang harus saya berikan apresiasi dan terima kasih. Saya ambil dua contoh saja misalnya Gubernur Jawa Tengah, mana Pak Bibit. Itu saya nilai berprestasi dalam upaya pembebasan tanah yang tadinya tidak lancar. Dengan kecepatan lebih lancar. Sebab kalau tanah tidak bebas, bagaimana kita bisa membangun infrastruktur yang betul menggerakkan perekonomian, yang itu menciptakan lapangan pekerjaan, yang itu juga tentunya menjadi mata rantai dari kehidupan perekonomian nasional kita.

 

Pak Karel mana? Bapak sudah kembali kemarin? Terbang kesini lagi? Tepat, ketika ada sedikit gesekan di lapangan, dengan cepat datang, dengan jajaran yang harus menangani masalah keamanan sehingga bisa dicegah untuk melebar dan meluas. Lagi-lagi contoh bagaimana seorang pemimpin, kita semua diharapkan cepat bertindak, cepat mengatasi masalah dan mencegah permasalahan itu menjadi eskalatif dan banyak lagi prestasi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

 

Kalau kehadiran Saudara di ruangan ini, saya tidak perlu berterima kasih karena wajib, yang justru dipertanyakan kalau ada acara resmi rapat kerja seorang pemimpin tidak datang. Kalau diundang oleh Presiden, tentu membahas masalah yang penting, seorang pemimpin tidak datang. Pemimpin itu ciri khasnya tanggung jawab. Kepatuhan pada etika, pada sistem. Itu dulu, sebelum meminta yang lain, menghormati diri sang pemimpin. Kita sama-sama belajar menjadi pemimpin yang baik. Karena sistem perlu ditegakkan. Demikian juga etika. Etika pemerintahan, etika politik.

 

Saudara-saudara,

 

Yang ingin saya sampaikan pertama adalah meskipun Saudara terus mengikuti tetapi saya ingin, secara sangat singkat meng-update, memperbaharui perkembangan pada tingkat dunia yang berdampak langsung pada perkembangan dalam negeri kita. Terutama saya ingin bicara masalah perekonomian. Kalau masalah politik, masalah menghadapi Pemilu 2009, saya percaya para Gubernur, para Pimpinan DPRD kita semua memilki komitmen yang sama, tanggung jawab yang sama, niat yang sama untuk membuat rangkaian pemilihan umum menjadi satu peristiwa demokratis yang aman, yang tertib, yang demokratis dan membawa maslahat bagi kepentingan bangsa dan negara di masa depan. Rasanya tidak perlu seorang Presiden harus terlalu banyak bicara seperti itu karena saya sudah memiliki keyakinan yang tinggi. Silakan nanti diakurkan satu sama lain, baiknya bagaimana.

 

Demikian juga, segi-segi yang lain, tentang semangat anti korupsi, pencegahan korupsi, saya juga punya keyakinan, tidak ada seorangpun di ruangan ini yang berniat melakukan korupsi, yang ingin mengembangkan korupsi di daerahnya. Saudara pastilah ingin membikin sistemnya bersih, pemerintahan yang Saudara pimpin sistemnya bersih. Nah, dalam kaitan itu silakan saja dibahas secara mendalam, karena niat saya sesungguhnya yang paling baik, kita mencegah korupsi, jangan punya pikiran menjebak seseorang, akhirnya terlibat dalam korupsi, pahalanya kurang. Pahalanya yang tinggi kalau dengan sistem, dengan cara-cara yang baik kita mencegah seseorang berbuat sesuatu yang tidak kita harapkan, misalnya korupsi itu.

 

Dengan demikian, sebagaimana yang diantarkan oleh Saudara Mendagri saya ingin fokus pada bidang perekonomian yang menjadi agenda dan prioritas utama untuk tahun 2009 ke depan. Resesi dunia yang paling optimis, bisa rampung satu tahun atau lebih sedikit, yang paling pesimis bisa sampai 3 sampai 4 tahun. Tergantung seberapa dalam resesi dunia, how deep it is.

 

Saudara-saudara,

 

Resesi dunia, resesi perekonomian dunia itu nyata, bukan fiksi. Saya harus jujur menyampaikan pada saudara semua daripada saya membikin sesuatu yang meneduhkan ataupun meneduhkan dalam arti yang negatif ya, angin surga, semuanya akan baik-baik saja, malah  keliru. Lebih bagus saya jelaskan apa adanya, tetapi kita bersemangat, bekerja keras untuk mengatasinya di seluruh tanah air. Resesi perekonomian dunia nyata, kalau negara mengalami resesi ekonomi ada mata rantainya ke negara-negara lain karena perekonomian dunia sudah terintegrasi, kita hidup dalam tata perekonomian global. Kita hidup dalam globalisasi. Contoh krisis keuangan ini, episentrumnya, pusat gempanya, kalau kita bicara tsunami, keuangan di Amerika Serikat. Mengapa yang menanggung kita semua? Karena interconnectivity, terintegrasinya perdagangan, investasi, dan bentuk-bentuk kerjasama perekonomian yang lain. Amerika Tengah, menjalar ke Eropa, menjalar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. yang sering saya katakan kita ini tidak bersalah, tidak berdosa, sedang giat-giatnya membangun, giat-giatnya meningkatkan pertumbuhan perekonomian kita kena getahnya, kena banjir kiriman. Begitu logikanya, metaphor-nya, begitu. 

 

Dunia mengalami resesi perekonomian, pasar mereka menciut. Karena menciut, ekspor dari negeri kita, sebagaimana pula ekspor negara-negara lain ke pasar global, Amerika misalnya, Eropa misalnya, juga ikut susut. Nah, kalau ekspor barang-barang kita susut, maka industri-industri manufaktur kita dan koneksitas yang lain, tidak semudah dulu mendapatkan pasar untuk dipilih, untuk dikonsumsi oleh mereka. Kalau ini terjadi, maka perusahaan-perusahaan, industri itu akan mengalami kesulitan bisa menimbulkan gelombang PHK. Kalau PHK terjadi, maka terjadi penurunan daya beli dan seterusnya akan slow bowling, akan membikin resesi ini juga menular, menjalar ke negara-negara lain dengan dampak sosial, dampak politik, dan dampak keamanan yang menyertainya. Begitu penyakitnya, visualisasi dan mata rantainya.

 

Menghadapi itu, mari kita sekuat tenaga, sebagaimana yang saya sampaikan pada pertemuan pertama kita dulu, beberapa minggu yang lalu, Saudara saya undang di kantor Sekretariat Negara, saya bicara langsung, bagaimana kita menghadapi, mencegah, menanggulangi, manakala itu krisis datang agar ekonomi kita selamat kalau menghadapi masalah. Kita dapat meminimalkan dampak dan masalah itu. Begitu semangat kita.

 

Saudara-saudara,

 

Mengapa saya menekankan upaya dalam negeri? Alhamdulilah, akibat penilaian dari masyarakat internasional terhadap negara kita, atas apa yang kita lakukan bersama tahun-tahun terakhir ini. Bahwa kita bisa membangun kembali perekonomian kita setelah krisis 10 tahun yang lalu, maka kita diletakkan sebagai negara yang patut diajak bicara oleh negara-negara lain. Pertama kali dalam sejarah, Saudara tahu, kita diundang dalam forum G8+8 diajak memikirkan bagaimana mengatasi krisis pangan, krisis energi, dan krisis iklim, yang terkenal dengan climate change dan global warming.

 

Yang kedua, kembali kita dipilih dalam Global Summit yang membahas perekonomian global di Washington DC yang disebut dengan G20 Summit. Bersama-sama G8, negara yang konon dianggap maju dan bersama-sama dengan E-Economic yang dianggap bakal menjadi superpower seperti China, India, Brazil, Afrika Selatan, Australia dan sebagainya. Disamping itu, ada APEC Meeting di Amerika Latin dan ASEM Meeting, pertemuan pemimpin Eropa dan Asia di Beijing. Yang ingin saya sampaikan bukan pertemuannya itu. Apa yang akan dilakukan masyarakat global dan masyarakat regional? Dunia masyarakat global bersepakat karena krisis ini akan meluas, maka lembaga-lembaga keuangan dunia, konon akan membantu negara-negara yang mengalami kesulitan, kita anggap bagus. Tidak lepas tangan begitu saja, seperti Indonesia, yang kita tidak tahu apa-apa dengan itu, kena getahnya, kena banjir kiriman tadi, mesti ada tenggang rasa mereka. Yang kedua, mereka juga berkomitmen dan melakukan sekarang, melakukan langkah-langkah dalam negerinya masing-masing. Amerika dengan stimulasi pertumbuhan yang besar, Eropa demikian juga, kita dengan China dan lain-lain.

 

Nah, kalau ekonomi mereka cepat pulih, pasar mereka terbuka kembali, perdagangan dunia akan lancar, kita akan bisa menjual tekstil kita, elektronik kita, produk pertanian kita dan lain-lain. Positif lagi, investasi akan jalan.  Yang kedua, bagus.

 

Yang ketiga, karena gara-garanya inlikuiditas, gara-garanya pasar modal, gara-garanya pasar valuta asing, gara-garanya tidak mudah lagi kita mendapatkan aliran dana, mengganggu neraca pembayaran, mengganggu cadangan dan sebagainya. Ada komitmen untuk bersama-sama memperbaiki atau menstabilkan keuangan global, bagus. Tiga hal itu paling tidak sedikit melegakan bagi negara berkembang, bagi emerging economic seperti negara kita, tapi tidak cukup. Negara-negara di kawasan, di Asia, itu juga bukan hanya bersepakat, tapi melangkah untuk melakukan juga upaya menjaga pertumbuhan perekonomian di kawasan. Singkat kata, ASEAN 10 ditambah tiga negara ASEAN+3 itu sepakat untuk apa yang sudah kita niatkan akan segera diimplementasikan dengan arsitektur yang bagus, dengan mekanisme yang bagus, yaitu yang disebut dengan Chiang Mai Initiative. ASEAN ditambah 3 negara China, Jepang dan Korea Selatan mengumpulkan uang, diharapkan US$120 miliar yang itu dicadangkan apabila ada negara-negara, 13 negara itu memerlukan. Dan mereka berharap perdagangan investasi di kawasan juga di jaga, bagus, sedikit melegakan. Tetapi itu semuanya belum benar-benar melegakan, kecuali kita sendiri mengatasi dengan sungguh-sungguh.

 

Saya mengajak atas nama tanggung jawab kita pada bangsa dan negara, atas nama sumpah jabatan kita, atas nama komitmen kita, untuk bertanggungjawab mengatasi masalah ini, mari kita melakukan langkah-langkah yang sangat serius di seluruh Indonesia tahun depan dan barangkali tahun depannya lagi. Barangkali karena tahun depan ada pemilu, ada pergantian pemerintahan, siapapun Presidennya, siapapun Menteri-menterinya, kalau krisis masih berlanjut, krisis dunia ini, tentu amanah, misi itu akan perlu dilanjutkan.

 

Saudara-saudara,

 

Akhirnya saya harus mengatakan semuanya sangat berpulang kepada kita sendiri, apa yang dapat kita lakukan di negeri ini. Dari situ mari kita merumuskan yang disebut dengan problem statement. Kalau kita belajar metodologi memecahkan masalah, ketahui masalahnya apa, ketahui sebab-sebab dari masalah itu. Pecahkan, carikan solusi dari masalah itu. Tidak bisa kita bikin program, bikin aksi, pilih-pilih saja bussiness as usual, seperti tidak ada resesi perekonomian global, seperti tidak ada krisis keuangan global. Hampir pasti tidak cocok, hampir pasti tidak bisa menyelesaikan masalah. Maka mari kita identifikasi apa yang bisa terjadi tahun depan dan juga tahun-tahun depannya lagi.

 

Pertama sektor riil kita, perekonomian itu ada sektor keuangan sebetulnya, ada sektor riil. Sektor keuangan itu urusan moneter, sebetulnya, sedikit fiskal, money ekonomi. Sektor riil sekarang ini ada industri, ada dagang, ada pertanian, itu riil ekonomi. sektor riil kita hampir pasti mengalami pukulan, mengalami hambatan, mengalami kesulitan. Mengapa? Ya, tadi itu, antara lain karena menciutnya pasar perekonomian global. Demand, atau konsumsi menurun. Nah, bagaimana kita bisa memproduksi barang dengan uang tertentu, tapi tidak ada yang beli di luar negeri. Intinya mari kita lakukan semua upaya untuk menjaga agar sektor riil kita tidak betul-betul jatuh. Kalau jatuh, PHK akan terjadi besar-besaran. Itu strategi pertama.

 

Strategi kedua, andaikata, dan saya kira tidak bisa kita cegah, mesti ada gelombang-gelombang pengangguran. Sekarang ini ada 15 ribu. Kecil dibandingkan negara lain, Amerika yang setengah juta. Dan, manakala itu bertambah, maka solusinya mari kita ciptakan lapangan pekerjaan baru untuk bisa mengabsorbsi, bisa mengakomodasi para penganggur baru itu mendapatkan lapangan pekerjaan, lantas mendapatkan penghasilan, lantas dengan penghasilan bisa berbelanja untuk kehidupan sehari-harinya. Ini strategi yang kedua, melakukan sejumlah kegiatan ekonomi, membangun proyek-proyek perekonomian yang bisa menampung tenaga kerja. Itu strategi yang kedua.

 

Strategi yang ketiga, dalam dinamika perekonomian, dalam interaksi ada masalah sektor riil, ada  masalah employment dan unemployment ditambah memang negara kita masih ada saudara-saudara kita yang miskin sebagaimana negara-negara lain, jangan kecil hati. Maka mereka akan bisa menghadapi kesulitan yang lebih besar. Solusinya adalah dengan melaksanakan program disertai anggaran untuk meringankan beban mereka, membantu kehidupan mereka. Itu yang disebut dengan social safety net, jaring pengamanan sosial.

 

Tiga hal inilah yang utama, yang pokok, yang prioritas, ditambah dengan upaya yang lain, saya senang karena biasanya para Gubernur, para Bupati, para Walikota yang bersama-sama pimpinan dan anggota DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan Kota, mencari akal lain, mencari solusi lain yang khas dengan permasalahan di daerahnya masing-masing. Silakan, dan saya berterima kasih kalau itu masih bisa ditambah lagi sesuatu yang lebih klop, lebih cespleng untuk menjadi solusi di daerahnya masing-masing.

 

Saudara-saudara,

 

Sebelum kita, atau begini sebelum saya mengupas secara singkat yang urusan menjaga supaya sektor rill kita tidak terjatuh benar, agar pengangguran bisa kita carikan solusinya dan agar yang miskin bisa kita tetap berikan bantuan, agar bisa mengatasi kesulitan kehidupan sehari-harinya. saya menyampaikan kepada Saudara semua, cara berpikir kita, cara bekerja kita, management kita tahun 2009 haruslah cara berpikir kepemimpinan dan management mengatasi krisis. Mengatasi keadaan darurat, crisis action leadership. Saya tidak ingin mendengar di antara kita biasa-biasa saja dalam menangani masalah ini. Kasihan rakyat kalau kita anggap biasa-biasa saja.  Kita punya kewajiban moral, tanggung jawab sosial untuk betul-betul menangani masalah ini dengan derap, dengan semangat, dengan tempo yang lebih tepat. Tidak harus dibentuk crisis management centre. Tidak harus. Cara berpikir kita, cara bertindak kita, cara kerja kita dan bukan hanya kita, tapi para Bupati, para Walikota, semua. Termasuk Lembaga Negara, termasuk dunia usaha. Saya katakan dunia usaha bukan berarti, kalau Saudara-saudara mengalami kesulitan, semua harus di bail out oleh Pemerintah. Minta semua pajak dihapuskan, minta semua insentif, ya, Pemerintahnya bangkrut.

 

Negaranya bangkrut, bagaimana bisa membiayai pendidikan, membiayai kesehatan, dan lain-lain. Harus ada yang disebut kegiatan berbagi sharing. Misalnya dunia usaha X, perusahaan D karena krisis yang tadi penghasilannya setahun 300 miliar rupiah bersih, setelah pajak. dengan  keadaan ini, wah ini, kalau begini, kalau tidak ada bantuan apa-apa, untung saya tinggal 100 miliar. Untung, 100 miliar. Padahal biasanya tiap tahun 300 miliar, saya. Tidak boleh, pemerintah tutup yang 200 miliar. Nah, kalau semua perusahaan seperti itu cara berpikirnya, datang ke Gubernur, datang ke Menteri, minta penutupan, minta agar ditutup kekurangannya, jebol negaranya. Yang betul adalah, oke, semua mengalami kesulitan.

 

Mari duduk bersama, apa kita lihat pajaknya, kita lihat policy-nya, kita lihat fasilitasnya. Kita keluarkan solusi ini, sebab kalau saudara bangkrut, PHK terjadi, kita sharing. OK, dengan policy ini anda diringankan. Kalau dengan policy itu diringankan Rp. 100 miliar, yang tadinya keuntungannya Rp. 300 miliar, ya harus diterima. Tahun depan turun Rp. 100 miliar, karena Pemerintah juga spent, mengeluarkan pajaknya berkurang. Itu contoh yang simpel. Meski tidak sesederhana itu. Tapi cara berpikir kita, sharing, sebab mereka harus jalan, saudara kita dapat bekerja, tidak perlu ada PHK. Tetap mendapatkan penghasilan, Pemerintah tetap punya uang, APBN, APBD untuk membiayai pembangunan termasuk belanja barang. Dan, itu juga semuanya untuk kehidupan rakyat kita.

 

Cara berpikir seperti itulah yang mesti kita lakukan. Oleh karena itu di seluruh Indonesia, ditingkat Pusat, ya, ditingkat Provinsi, saya berharap para Gubernur, para Pimpinan DPRD teruskan nanti ke Kabupaten dan Kota memiliki cara berpikir dan kegiatan yang sama, duduk bersama. dalam keadaan seperti ini kita bersatu, nggak boleh SDM, tahu SDM, selamatkan diri masing-masing. Dunia usaha sendiri, pemerintah sendiri, bank-bank sendiri. Nanti seperti 10 tahun yang lalu terjadi capital outflow, terjadi kasus rontoknya perbankan, BLBI, segala macam, lose ratusan trilyun. Itulah, jangan terjadi lagi.

 

Alhamdulilah, langkah-langkah awal kita, kebersamaan kita sudah benar, tapi belum selesai karena masih akan menghadapi gelombang persoalan baru tahun depan. Mari duduk bersama pemerintah, termasuk Pemerintah Daerah dengan lembaga perbankan, termasuk dengan dunia usaha di daerah masing-masing dan pihak-pihak yang lain untuk menjaga agar sektor riil kita tetap terpelihara. Contoh tekstil. Pak, kalau masih begini struktur perpajakan kita, misalnya, maka hampir pasti kita tidak bisa berkompetisi dengan China, dengan Malaysia, dengan Amerika Latin untuk menjual produk tekstil, bahan tekstil dan produk tekstil ke luar negeri. lantas, tolong Pak, diringankan. Untung ada solusi, untuk sedikit menambah daya saing mereka. Selebihnya berjuang mencari pasar-pasar baru diluar negeri yang tidak terkena dampak terlalu dalam. Begitu berpikirnya.

 

Perumahan, perumahan itu penting. Karena kalau kita bikin housing project. Itu pabrik seng, pabrik kayu, pasir, semua jalan. Nah, sekarang apa masalahnya? ini, kalau masih begini, pinjam ke bank kreditnya tidak lancar betul, ya, kita berhenti. Bicara bank, pemerintah, dunia usaha, real estate, pengembang. bagaimana baiknya, bapak bicara listriknya bagaimana, insfrastrukturnya bagaimana? Seperti itu. Selalu ada solusi bersama dengan syarat mari kita permudah setiap urusan. Hilangkan mentalitas jangan coba-coba kalau belum ada paraf dari biro saya, dari direktur saya, dan ini, dan, itulah yang bikin pusing. Mari kita menjemput bola, welcome, selamat datang saudara-saudara, lakukan usaha di Kabupaten saya, di Kota saya, di Provinsi saya, di negeri tercinta ini.

 

Kalau kita memperlancar urusan, mempermudah urusan tanpa harus kolusi. Tidak ada yang berniat kolusi. Kita ini sudah, masalah kita selesaikan sudah bersyukur, berterima kasih saudara-saudara. Kalau seperti itu saya akan melihat banyak yang bisa kita selesaikan.

 

Banyak kisah-kisah diwaktu yang lalu. Saudara teriak-teriak kurang listrik. Ada yang ingin membangun listrik, dua tahun tidak tembus, diminta ini, diminta itu, suruh ketemu ini, ketemu itu, kandas, balik kanan, membikin ditempat yang lain, sudah nyala listriknya. Contoh karena dihadang oleh birokrasi, dihadang oleh bad governance, dihadang oleh kepentingan-kepentingan pribadi, macet. Membikin jalan, tinggal 2 kilometer, belum bebas tanahnya,  yang 30 kilometer sudah bebas. Berhenti 2 tahun, kalau sini nggak mau, ya sudah, gitu. Coba dan coba, jangan diakali rakyat, berikan haknya, harga yang pantas. Setelah itu diajak bicara lihat ini, ini sudah sekian ratus kilo, tinggal 2 kilo, rakyat juga senang di provinsi ini akan ada kehidupan baru, lapangan pekerjaan baru dan lain-lain. Kalau dibiarkan itu barang, ya berhenti betul. Sampai kapan pun. Tapi kalau saudara ingin menyelesaikan ya, selesai betul.

 

Jadi sekali lagi, jangan melihat dunia usaha ini, wah, ini cari untung saja. Mereka itulah yang bayar pajak, mereka itulah yang menciptakan lapangan pekerjaan, pajak. Tetapi yang nakal di jewer. Tidak ingin kita 10 tahunnya lagi negara bangkrut karena ketidak betulan. Semangat kita kan lain sekarang ini. Jadi sudah harus diajak bicara baik-baik untuk semua proyek yang saudara inginkan. Itu mengalir. Sektor riil negara kita banyak, negara kita tidak terlalu berdampak. Banyak negara yang lebih parah dibandingkan Indonesia., masih ada opportunity, sumber daya alam kita tidak kemana-mana. Mereka mungkin perlu barang-barang kita. Singapura 1 hari 1000 ton sayur dan buah. Singapura punya uang, punya gedung, dia nggak punya mangga, dia nggak punya sayur. Tiap hari kita supply, tapi sayang, yang kita supply hanya 4 persen. Bayangkan, saya tidak bisa terima, saya ketemu, Duta Besar Singapura, hari Minggu, ketika saya membesuk almarhum Bapak Ali Alatas. Pak Dubes, hanya 4 persen, kok 4 persen, masih ada nggak suratnya? Masih, Pak. Masih ada nggak suratnya? Masih Pak. Loh, kenapa nggak gerak? Belum pas, Pak, ini, itu. Bayangkan, yang men-supply lebih banyak Jawa Barat dan Jawa Timur, sedikit Jawa Tengah. Kalau Sumatera, kalau Jawa men-supply, ingin saya nanti, jangan naik 10 persen, kalau perlu 20 persen, 30 persen.

 

Saudara-saudara,

 

Mohon maaf, banyak sekali orang Indonesia belanja di Singapura. Singapura dapat dari kita, banyak uang orang Indonesia di Singapura, betul? Itu sumber perekonomian Singapura dan Singapura beli dong barang-barang dari kita. Itu fair, itu adil. Itu di daerah di Kabupaten dan Kota berikan kemudahan, berikan gambaran, berikan informasi. Dengan syarat, memang kalau sudah janji tiap hari sekian ton mangga ya dipenuhi, dengan kualitas yang oke. Kalau janjinya 3 hari datang, jangan 3 minggu nggak kunjung datang, pindah ke Malaysia, pindah ke negara lain.

 

Jadi ini sebetulnya opportunity, sektor riil saudara-saudara, kita bisa berbuat banyak untuk mempertahankan kinerjanya, supaya nggak ada PHK, termasuk bagaimana kita mempertahankan ekspor. Saya berharap disemua, biar banyak Gubernur yang punya jiwa enterpreneurship tolong kembangkan diwaktu krisis ini. Lakukan sesuatu. Saya percayakan penuh. Saya akan berikan penghormatan yang setinggi-tingginya, kalau semua hidup dan tidak terlalu padam sektor riil, strateginya.

 

Menteri Keuangan, Menko Perekonomian disini, bisa bicara dengan beliau. Bagaimana policy, adjustment, tapi dengan cara tadi itu, jangan pemerintah nanggung segalanya. Berbagi dong, nanti kalau ekonomi pulih kembali, yang tadi juga berjaya lagi, bukan sesuap nasi, sesuap Mercy. Jadi pada saat sulitnya bareng-bareng.

 

Yang kedua, pengangguran. Resep yang paling cespleng, itu pembangunan infrastruktur. Bapak, Ibu lihat running text di CNN, di BBC, CNBC, Chanel News Asia, semua itu, China, mengalokasikan hampir US$ 600 milyar, diutamakan infrastruktur, cara negara lain begitu. Kita juga harus. Kita punya uang yang lumayan, yang di APBN kita saja, kurang lebih sekitar 32 itu yang dikerjakan PU, dikelola PU Rp. 12 trilyun, bukan Rp. 2 trilyun, Rp. 12 trilyun, Perhubungan, belum yang lain-lain. Itu bisa mencapai sekitar Rp. 50 trilyun ditambah DAU .

 

Saudara-saudara,

 

Sejak Bupati, Walikota mempercepat, mempermudah supaya jalan semua itu proyek-proyek dan semua bisa bekerja. Kami akan cari akal lagi disamping yang sudah ada dalam anggaran APBN. saya pengin lagi ada diluar itu. Kerjasama kita dengan negara sahabat, financing, tenaga kerjanya orang kita, infrastruktur kita, untuk ikut menggerakkan ekonomi kita, financing-nya bisa kerjasama. Dengan pajaknya seperti Indonesia sendiri, masih banyak dunia usaha kita punya uang, bohong, kalau mereka tidak punya uang sama sekali. Ajak, jangan dipersulit diajak. Infrastructure saya minta menjadi prioritas. Tolong, saya cek satu persatu rencana tahun depan di masing-masing Departemen.

 

Saya minta Menteri-menteri juga terbuka, Menteri-menteri juga berkomunikasi dengan para Gubernur. Dengan  demikian, bisa dipikul bersama, dilancarkan bersama. Jangan ini urusan saya, ah ini urusan saya. Itu begitu sebuah bangsa, sebuah pemerintahan mengatasi krisis, buka bersama-sama. Saya sudah meminta segera diajak bicara nanti, duduk bersama dengan para Gubernur, Bupati, Walikota juga diajak bicara. Jangan masing-masing mengerek benderanya sendiri-sendiri. Bersama-sama.

 

Saya mendengar dari para Gubernur, Pak ini, Pak, ini kadang-kadang beliau, Pak Bupati, Walikota tidak mau dengar kita. Bareng-bareng dong, nggak dengar bagaimana? Sistem pemerintahan itu satu. Baca pasal 4 Undang-undang Dasar 1945, saya bertanggung jawab seluruhnya. Pemerintahan Daerah ada eksekutif, ada legislatif. Nggak bisa misalkan terus, wah inikan sedikit, Pak, kami dengan Pak Gubernur good bye saja, nggak bisa. Bareng-bareng. Jadi saya tidak ingin ada sekat-sekat, ada batas-batas yang tidak sehat. Itulah yang sumber-sumber penyimpangan. Kalau saling terbuka, sama-sama dikelola, hampir pasti akan bagus. Infrastruktur, saya memberikan penggarisan yang luar biasa, untuk Saudara. Kami juga terus. Hanya kalau kita sedang memiliki keperluan jangan sombong dengan kawan-kawan kita, kita bekerja sama, saling bantu. Dengan demikian akan hidup.

 

Saudara sudah mengetahui saya telah memutuskan untuk kerjasama kita dengan negara sahabat, dengan lembaga-lembaga internasional. Tidak sama dengan 10 tahun yang lalu Indonesia-IMF, LoI, kerja, sudah itu harus ditunggu seperti itu. Catat. Meskipun gagalnya sebagian karena  IMF, sebagian dari kita juga, sebagian karena keadaan. Kita tidak lagi memilih format itu. Tapi mesti ada kerjasama internasional. Nah, kerja sama internasional yang saya minta nanti para Menteri juga menjelaskan dengan para Gubernur, Gubernur pada Bupati, Walikota, bareng-bareng. Kita lakukan upaya meskipun dalam bentuk kerja sama internasional toh, juga akan dilaksanakan didaerah-daerah. Tidak di Jakarta semuanya, yang dikelola Pak Fauzi Bowo, tentu ada batasnya. Semuanya di daerah, dan begitu tatanan otonomi daerah, tatanan sistem pemerintahan yang didesentralisasikan. Itu yang kedua.

 

Infrastructure based, segera buka rekap daerah itu apa, ya, RKPD, ya, APBD ditambah dengan pusat. Lihat masing-masing. Saya tidak ingin satu proyek pun Saudara tidak jalan. Saya cek mengapa nggak jalan. Jangan-jangan ada faktor X. Jangan, harus kita jalankan. Itu strategi kedua.

 

Strategi yang ketiga adalah menolong saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan. Program yang ada saja, mari kita jalankan. Misalnya bantuan langsung masyarakat, dana pendidikan dengan BOS dan lain-lain, Kesehatan dengan Jamkesmas, BLT bersyarat, dijalankan saja. Ini untuk rakyat, Saudara-saudara. Jangan sampai rakyat nanti salah terima pada kita. Nah, ini kok seperti dianggap tidak penting, penting. BLT Saudara-saudara. Saya juga kadang-kadang suka bertanya, Jepang itu income perkapitanya berapa sekarang ini ya? lebih dari 20, terima lebih ya, US$ 1000 orang per orang, Amerika Serikat dan itu BLT ada. Oleh negara-negara yang lain. Itu bukan politik, Saudara-saudara. Sudahlah, kita dari hati kita, ini membantu saudara-saudara kita memerlukan. Semua, nggak ada politiknya.

 

Demikian juga PNPM ke kecamatan-kecamatan, ada kritik dari daerah. Mbok semua jangan dikendalikan pusat, mbok daerah juga diperankan. Setuju saya. Tapi PNPM tersendiri itu sendiri yang nanti akan sekitar Rp. 3 miliar per kecamatan. Itu juga menggerakkan ekonomi di kecamatan di desa itu. Mari kita sukseskan. Kredit Usaha Rakyat sudah saya evaluasi kemarin. terima kasih, saudara-saudara bekerja. Dari Rp. 14 triliun sudah mengalir Rp. 12 triliun untuk menolong usaha mikro, kecil, dan menengah. Itu juga membantu, supaya ada kegiatan tahun depan, insya Allah, tahun depan kita teruskan dan kita tambah. Nah, itu saja, mari kita jalankan rakyat kita sudah senang, sambil kita melanjutkan dua hal yang susah tadi.

 

Saudara-saudara,

 

Ketika itu kita jalankan, saya minta back up dari bidang Politik, Hukum dan Keamanan wilayah dari Pak Widodo-cs, Kapolri, Panglima TNI. Semua, mari kita bikin udara kita stabil. Alhamdulilah, politik stabil, alhamdulilah, keadaan sosial baik. Alhamdulilah, keamanan dalam negeri prinsipnya terkelola. Makanya berbicara kejadian di Maluku harus cepat diatasi. Itu semua penting. Jangan ditambah masalah-masalah baru karena kita ingin fokus untuk mengatasi permasalahan perekonomian ini. Itu semua menjadi amanah, tugas dan kewajiban kita. Saya ingin melihat sedikit catatan saya untuk yang susah saya katakan tadi, saya garis bawahi dalam keadaan seperti ini peran pemimpin sangat penting.

 

Saya berikan contoh Saudara-saudara, kalau Pak Gubernurnya hands on. Hands on itu menangani langsung, turun ke lapangan, membahas, memberikan directions, mengambil keputusan cepat dan tepat. Percayalah, provinsi-provinsi  akan bergerak karena di tingkat Pusat kami juga begitu, insya Allah. Khusus, infrastruktur ya, nanti para Gubernur, saya minta proaktif berkomunikasi dengan jajaran pemerintah pusat, dengan Departemen Pekerjaan Umum, ada jalan, ada bandara, ada pelabuhan, ada jembatan. Saya sampai melihat tadi ada sekitar setengah triliun, untuk apa ini? Pak ini untuk pelabuhan bandara di seluruh Indonesia Kabupaten-Kota. Cek, sampaikan ke daerah. jangan sampai tidak mengalir, terhenti, ada opportunity tidak dilakukan. Saya lihat satu persatu tadi. Saya, daerah juga punya informasi yang sama bahwa itu ada proyek, ada anggaran yang kita alokasikan.

 

Perhubungan banyak sekali. Perumahan, saya ingin pemerintah, baru saya resmikan Rusunami. Rumah susun sederhana milik, ada Rusunawa, rumah susun sederhana sewa yang diangsur oleh golongan menengah-ke bawah. Mari kita kembangkan. Terutama kota-kota besar. Pertanian juga banyak. Lantas, kalau sektor riil sudah disampaikan tadi, Perbankan kita, Saudara-saudara, saya sudah berpesan pada Gubernur Bank Indonesia. Saya sudah menyampaikan majunya perbankan. Duduklah bersama agar kemacetan tidak pada kritis, pada uang. Ada likuiditas, tapi entah karena mis disana-sini tidak mengalir. Sama saja dengan saudara-saudara punya uang, disimpan di bank tertentu. Secara berlebihan. Itu namanya opportunity lost.

 

Setengah mati kami mencari kerjasama dunia, agar APBN kita yang ada defisit lebih dari 1 persen ketutup. Tidak mudah sekarang mendapatkan sumber-sumber financing untuk APBN. Oleh karena itu, yang kita miliki didalam harus kita gunakan. Termasuk dana-dana daerah. Saya punya catatan, sekian triliun mandek di Bank Pembangunan Daerah. Ada yang diambil SBI-nya, ada yang ini dan itu. Nah, kita teriak-teriak kesana kemari mendapatkan capital, ada yang nongkrong. Tidak boleh terjadi.

 

Saya akan lihat, benar rakyat mesti tahu, loh kok, Pak, Provinsi Bapak punya uang, ini nggak kemana-mana. Uang. Kita perlu uang untuk program-program untuk usaha mikro, kecil, menengah segala macam. Mari kita gunakan semua resources yang kita miliki.

 

Kemudian, saya sudah meminta kepada Sekretaris Kabinet, juga Mensesneg untuk bisa dibikin pertemuan lagi saya dengan BPK, dengan KPK, dengan Jaksa Agung, dengan Kapolri, dengan BPKP. Dalam keadaan darurat, dalam situasi krisis, itu tidak boleh semua ragu-ragu dan takut. Bisa saja administrasinya kurang rapi, tapi itu bukan kejahatan. Saya kira ndak ada, kok, dalam keadaan ini ingin mengambil uang masuk ke kantor sendiri.

 

Saya berpikir apakah Keppres Nomor 80 kita lihat kembali sehingga tidak menghambat dimana-mana, yang realistis. Merugi sebagai negara kita punya sesuatu tapi tidak bergerak cara-cara, takut ini, takut itu, kok ini korupsi, ini begini. Tunggu dulu, kalau memang korupsi, ya resiko, ya dihukum, tapi jangan sampai takut ini, takut itu, ditakuti-takuti lantas nggak bergerak semua. Saya sudah sampaikan pada beliau, ada kecepatan yang diambil oleh daerah, oleh semua. Semua akan macet kalau harus, nanti gimana minta pendapat ini, minta konsultasi, fatwa segala macam, walah, sudah terlanjur datang itu banjir kiriman.

 

Jadi saya ingin ketemu secepat-cepatnya dan saya minta nanti hasil pertemuan diteruskan Pak Mendagri kepada para Gubernur, supaya di daerah juga sama. Ini harus kita ubah cara berpikir kita, yang jelas, yang gamblang. Kalau ada yang masih ragu-ragu, ya, tanya. Tapi kalau ragu-ragu selamanya, harus ganti. Ada seorang kepala proyek, kepala biro yang nggak bergerak sama sekali, ya, minggir dulu. Cari yang cekatan, dengan tatanan baru, dengan kerja sama yang baru.

 

Saudara-saudara,

 

Kita gigih memberantas korupsi, saya, saya kira semua tahu memprioritaskan tapi jangan sampai terjadi iklim yang tidak perlu, semua ragu-ragu, semua takut mengambil keputusan. Makanya saya ingin duduk bersama, sekali lagi dengan penegak hukum agar gamblang, agar jelas. Itu, sebab kalau ada apa-apa susah betul ekonomi kita, harus bertanggungjawab kepada rakyat, siapa yang bikin tidak jalan semuanya ini. Harus akuntabel, dong. Oleh karena itu, ini penting untuk kita sama-sama atasi dan kendalikan.

 

Dan, akhirnya, Saudara-saudara, diatas segalanya adalah marilah kita tidak lengah, tidak lalai, tidak mengurangi, mengurangkan, yang betul Bahasa Indonesianya apa? Mengurangkan semangat kita atau mengurangi semangat kita itu? Pak Bambang Dibyo Mendiknas, apa yang betul bahasanya itu? Ya, maksudnya itulah. Jangan semangat kita menurun karena tahun depan ada Pemilu. Pemilu silakan digunakan dengan sebaik-baiknya, silakan. Tapi yang urusan ini, ya, jangan sampai kita abaikan.

 

Tuhan itu Maha Besar, rakyat juga punya hati melihat Saudara segrep mengatasi ini, insya Allah masa depan akan baik. Percayalah, saya yakin semuanya itu. Karena kalau sudah begini tidak ada kok warna politik itu. Warna politik itukan hanya pemilu, kompetisi. Selebihnya, kan, kita sama-sama bangsa Indonesia, pasti pikiran kita sama, untuk kebaikan bersama.

 

Saya kira itu, Saudara-saudara, dan sekali lagi mari kita melangkah bersama. Di sini ada pimpinan KPU, apalagi dari BPK, dari semua ada, mari bersama-sama untuk mengatasi ini. Selamat bertugas, selamat berjuang, Saudara-saudara. Tuhan beserta kita.

 

Dan dengan memohon ridho Allah SWT seraya mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Rapat Kerja Gubernur Seluruh Indonesia Tahun 2008 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Sekian.

 

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh