Sambutan Presiden RI pada Berbuka Puasa Bersama di Istana Negara, Jakarta, 27-8-09

 
bagikan berita ke :

Kamis, 27 Agustus 2009
Di baca 1090 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

 PADA ACARA  

BERBUKA PUASA BERSAMA

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

27 AGUSTUS 2009 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

 

Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak M. Jusuf Kalla beserta Ibu, Bapak Budiono beserta Ibu,

 

Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga-Lembaga Negara, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

 

Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat, para Pimpinan Lembaga-Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pimpinan Badan-Badan Usaha Milik Negara,

 

Yang saya cintai dan saya muliakan para Ulama yang datang dari berbagai provinsi di tanah air,

 

Hadirin-hadirat sekalian yang saya muliakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena kepada kita masih diberikan nikmat kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan pada tahun 1430 Hijriah ini. Dan, kepada kita juga masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Atas nama shahibul bait, saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang  setinggi-tingginya kepada Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian yang berkenan memenuhi undangan saya untuk berbuka puasa bersama di Istana Negara. Semoga ibadah kita diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan iman serta ketakwaan kita dapat sama-sama kita tingkatkan dengan ibadah yang kita jalani bersama ini. Dan semoga pula silaturrahim kita pada sore hari ini membawa berkah bagi kita semua.

 

Hadirin-hadirat yang saya muliakan,

 

Disamping kita akan bershalat Maghrib berjamaah dan berbuka puasa bersama, kita juga akan mendengarkan renungan Ramadhan yang tentu amat penting untuk kita simak dan kita dengarkan bersama nanti, yang akan disampaikan oleh Saudara Prof. Dr. H. Mohammad Atho Mudzhar, dengan tema "Islam Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin". Memang tema besar kita, tema yang kita usung dan kembangkan  dalam Ramadhan 1430 Hijriah ini adalah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Kita akan mendengarkan secara rinci hakikat, makna, dan bagaimana kita mengimplementasikan ajaran Islam yang luhur itu. Sekali lagi, Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

 

Sebagai seorang umaro dan sebagai yang sedang mengemban amanah dewasa ini, saya ingin menyampaikan beberapa pandangan berkaitan dengan tema besar ini, "Islam Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin", yang akan disampaikan oleh penceramah kita. Saya akan mengajak Saudara-saudara untuk sama-sama menyegarkan pemahaman kita bahwa sesungguhnya ajaran Islam, apakah itu yang bersumber dari firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala maupun sabda Rasulullah, itu benar-benar pertama-tama, merupakan karunia dan jalan untuk menuju ke keselamatan dan kesejahteraan kehidupan umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

 

Yang kedua, ajaran kita, ajaran Islam juga menjadi jalan untuk menuju ke keselamatan dan kelestarian alam semesta ciptaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan segala kehidupannya. Dan yang ketiga, dan dititik tiga ini yang ingin saya singgung secara lebih luas sedikit karena yang pertama dan kedua kita ingin mendengarkan nanti dari ulama kita sebagai tema dari renungan Ramadhan sore hari ini, yaitu bahwa nilai-nilai Islam ternyata juga bersifat universal yang dapat dikontribusikan bagi pembangunan tatanan dunia yang makin adil, makin aman, dan makin sejahtera di tingkat masyarakat global.

 

Oleh karena itu, dengan tiga pengertian yang sangat sederhana itu, maka kita sangat meyakini bahwa Islam benar-benar adalah pembawa rahmat bagi semesta alam. Berkaitan dengan itu, yang ingin saya sampaikan adalah khusus bagaimana ajaran Islam, nilai-nilai Islam itu bisa compatible, bisa kontributif terhadap kehidupan pada masyarakat dunia. Di berbagai forum, di dalam dan di luar negeri, kita sering mendengarkan debat, diskursus yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan kritis, critical questions. Saya ingin angkat beberapa, pertama, benarkah nilai-nilai Islam itu bisa bersifat universal? Itu yang pertama. Yang kedua juga ditanyakan apakah Islam bisa bergandengan dengan demokrasi? Yang ketiga, apakah Islam bisa menerima kehidupan yang modern atau modernitas? Yang keempat, juga ditanyakan karena situasi dunia sekarang memang belum boleh dikatakan damai, banyak konflik dimana-mana, pertanyaannya kemudian menjadi apakah Islam betul-betul bisa berkontribusi secara riil bagi penciptaan perdamaian dan keamanan dunia itu? Dan yang terakhir yang kelima, masih critical question, apakah peradaban Islam itu juga menyumbang bagi pembangunan peradaban dunia dan bisa hidup secara damai atau berdampingan secara damai dengan peradaban-peradaban yang lain? Masih banyak lagi tentu pertanyaan seperti itu. Tapi dari lima itu saja, kita bisa meletakkan secara benar letak dari ajaran Islam.

 

Saya punya pandangan dan pendapat yang kokoh bahwa jawaban terhadap lima pertanyaan itu, ya, benar bisa. Jawaban ini, ya, benar dan bisa, pastilah muncul bagi saudara-saudara kita kaum Muslimin yang sungguh memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits, sunnah Rasulullah, dan yang menjalankan ajaran itu dengan benar.

 

Demikian juga bagi saudara-saudara kita yang non Islam, akan membenarkan jawaban itu manakala mereka juga memahami ajaran Islam dan juga memahami pikiran dan perilaku sebagian sangat besar dari umat Islam se-dunia. Umat Islam berjumlah 1,3 milyar, 90% lebih mainstream pemikiran dan perilaku Islam kalau dipahami betul akan menunjukkan bahwa jawaban tadi benar adanya.

 

Saudara-saudara,

 

Mengapa saya mengemukakan pandangan yang firm dan kokoh itu? Ada dua studi yang menarik. Saudara mendengar yang namanya A Gallop World, lembaga survey yang terkenal di dunia. Lembaga ini melaksanakan survey atau polling selama kurang lebih tujuh tahun. Yang dijadikan sample kurang lebih puluhan ribu dari 35 negara yang mayoritas penduduknya Islam atau negara-negara yang ada kantong-kantong umat Islam sehingga 90% merepresentasikan sample-nya dari 1,3 milyar umat Islam sedunia. Nah, kesimpulan dari jawaban-jawaban survey itu ternyata betul-betul mengatakan bahwa nilai-nilai Islam tidak bertentangan dan bahkan bisa berdampingan secara baik dengan yang saya katakan tadi, nilai universal, nilai demokrasi, rule of law, human right, modernitas, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perdamaian dan keamanan dunia, bahkan peradaban dunia-world civilization.  

 

Bagi yang ingin mendalami latar belakang jawaban saya, ada buku yang menarik, silakan dibaca, judulnya adalah Who Speaks for Islam, dengan judul kecil What A Billion Moslems Really Think?. Tipis hanya 200 halaman sehingga dibaca satu-dua jam selesai. Dan, artinya apa, Saudara-saudara? Tesis atau konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, benar. Dari saya membaca kesimpulan dari survey yang maha besar itu.

 

Yang kedua, atau yang terakhir, mengapa saya memiliki argumentasi seperti tadi, ada Deklarasi Mekkah al-Mukarromah yang di-teken tahun 2005. Terakhir, ada pertemuan puncak dulu di Mekkah, Pak Alwi Shihab ingat saya mewakili Pemerintah dulu. Dan kemudian, Deklarasi Mekkah itu diadopsi menjadi Piagam OKI yang baru. OKI adalah Organisasi Konferensi Islam. Pada tahun 2008, yang saya juga hadir dalam pertemuan puncak di Dakar, Senegal. Itu New Charter of OIC. Dan ternyata, kalau dibaca utuh Deklarasi Mekkah al-Mukarromah dengan Piagam Baru OIC itu, maka tercermin, silakan baca sendiri, negara-negara anggota OKI memiliki komitmen dan tekad yang tinggi untuk betul-betul, bersama-sama dengan bangsa-bangsa yang lain non Islam, membangun tatanan dunia yang adil, yang aman, dan damai sehingga apa terurai tadi dalam survey Gallop itu, semua tercantum dalam Piagam OIC yang baru, Piagam OKI yang baru. Silakan dilihat. Tidak asing bagi nilai-nilai Islam, bagi peradaban Islam sehingga hakikatnya adalah benar Islam sungguh merupakan rahmat bagi semesta alam. Kita yakini dan yang lebih penting kita jalankan bersama. Tentu bukan hanya untuk bangsa kita, bukan hanya umat Islam, tapi tentu mesti membawa kebajikan bagi alam semesta, bagi peradaban dunia yang terus berubah dan berkembang. Rincian dari itu semua kita dengarkan sama-sama nanti dari penceramah kita, Profesor Atho, dan mudah-mudahan menjadi lengkap ibadah kita pada sore hari ini.

 

Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Terima kasih.

 

Wassalaamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara RI