Sambutan Presiden RI pada Buka Bersama Menteri KIB II, Pejabat Lembaga Negara, Jakarta, 25 Juli 2012

 
bagikan berita ke :

Rabu, 25 Juli 2012
Di baca 865 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

BUKA BERSAMA DENGAN PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II, PEJABAT LEMBAGA NEGARA, DAN DUTA BESAR NEGARA-NEGARA ISLAM

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

PADA TANGGAL 25 JULI 2012

 

 

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

 

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Marilah bersama-sama kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan Insya Allah kesehatan untuk bersama-sama menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan ini, dan semoga ibadah kita mendapatkan ridho dari Allah SWT.

 

Shalawat dan salam, marilah sama-sama kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikut Rasulullah hingga akhir zaman.

 

Selaku Shohibul bait, izinkan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih atas kesediaan dan kehadiran Bapak-Ibu sekalian untuk memenuhi undangan saya berbuka puasa pada sore hari ini. Semoga silaturahim kita lebih meningkatkan kebersamaan kita untuk terus memajukan dan menyejahterakan kehidupan bangsa.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Bulan Suci Ramadhan adalah bulan yang baik untuk kita saling melakukan refleksi dan kontemplasi, seraya dengan khusyuk kita menjalankan ibadah puasa. Misalnya, sebagai umat-hamba Allah, kebaikan dan kebajikan apa yang telah kita lakukan setahun terakhir ini, sesuai firman Allah dan sabda Rasulullah. Sikap, tutur kata, dan perilaku seperti apa yang kita wujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga kualitas ibadah puasa seperti apa yang senantiasa terus dapat kita tingkatkan dari masa ke masa. Di situlah, di tengah malam di sepanjang Bulan Suci Ramadhan ini, terbuka luas untuk kita bisa melakukan tafakur, refleksi, dan kontemplasi.

 

Sebagaimana Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara maklumi, bahwa bulan Suci Ramadhan kali ini juga bertepatan dengan bulan Agustus, bulan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi pada perjalanan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, sepatutnya pula jika kita juga melakukan refleksi kemerdekaan, menyangkut perjalanan bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai. Apa yang telah kita capai dan hasilkan di negeri ini sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945. Apa pula yang belum dapat kita capai, dan belum kita wujudkan hingga saat ini. Usia 67 tahun, bagi sebuah negara nasional, atau nation state, masih tergolong usia yang muda. Dibandingkan banyak negara, misalnya yang sudah ratusan tahun membangun tatanan kehidupan dan peradabannya, termasuk membangun politik dan tata pemerintahan, membangun ekonomi dan sistem kesejahteraan, serta sistem hukum dan keadilan.

 

Saudara-saudara,

 

Sesungguhnya, sebagaimana kita ketahui bersama, setelah Indonesia mengalami krisis yang luar biasa pada tahun 1998 yang lalu, kita telah memulai babak baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sejatinya kita berada dalam sebuah transformasi, perubahan maha besar, bukan hanya reformasi. Kita masih ingat waktu itu, tahun-tahun pertama kita melaksanakan reformasi, dengan semangat yang meluap-luap, penuh emosi, bahkan kemarahan, kita ingin melakukan perubahan yang fundamental, radikal, dramatis, cepat, dan bahkan besar-besaran. Sementara, kita juga mengetahui bahwa secara sosiologis, sebuah perubahan sosial, social change, apalagi sebuah transformasi dalam lingkup yang sungguh besar, selalu ada, dan ini bagian yang tidak terpisahkan, yang disebut instabilitas, kegamangan, disorientasi, konflik dan benturan, bahkan perpecahan.

 

Kita juga ingat, di masa yang sulit dan tidak menentu waktu itu, yang ditandai dengan banyaknya prahara, disorder, bahkan kerusuhan sosial dan keamanan, negara kita diramalkan oleh banyak pihak di dunia akan bubar, seperti bubarnya negara-negara di Kawasan Balkan. Allah Maha Besar, bangsa kita segera sadar bahwa apa pun yang terjadi, Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika, tidak boleh bubar. Boleh ada perubahan atau reformasi, tetapi janganlah mengubah yang saya sebut dengan fundamental consensus, tiada lain yang telah saya sebutkan tadi, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, dan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Alhamdulillah, sebagai sebuah flashback, dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, selamatlah negara kita. Dan tentu kita wajib bersyukur, dan bersyukur ke hadirat Allah SWT.

 

Bapak, Ibu, Hadirin yang saya hormati,

 

Transformasi yang kita lakukan belum selesai, masih akan terus berlanjut. Kita ingin, insya Allah, di pertengahan abad ke-21 ini, Indonesia, negara yang kita cintai bersama, bisa menjadi bukan hanya emerging economy, sebutan yang akhir-akhir ini diberikan kepada Indonesia di era G20, tetapi kita ingin Indonesia juga menjadi negara yang ekonominya makin kuat dan berkeadilan, strong and just economy, yang politik dan demokrasinya matang dan stabil, stable dan matured democracy, yang peradabannya makin unggul dan maju, advanced-great civilization.

 

Oleh karena itulah, marilah pada kesempatan yang baik ini, kita sama-sama memahami dan menyadari bahwa transformasi itu sebuah proses. Transformasi itu adalah proses yang memerlukan waktu yang cukup panjang. Marilah kita belajar dari pengalaman negara-negara lain yang kini telah menjadi negara yang maju. Dalam proses itu, selalu ada dinamika, pasang surut, bahkan keadaan jatuh bangun, ups and downs, dari sebuah kehidupan yang telah melaksanakan transformasi. Jangankan Indonesia, yang masih berkategori negara berkembang, meskipun sekarang sering disebut sebagai emerging economy, negara-negara maju saja, yang sudah merdeka ratusan tahun sebelumnya, seperti kita saksikan sekarang situasi di Eropa, di Amerika, Jepang, dan banyak negara, mereka juga masih atau tiba-tiba mengalami krisis, baik krisis ekonomi, krisis sosial, maupun krisis politik, tentu dengan skala, intensitas, dan kadar yang berbeda-beda.

 

Oleh karena itu, selaku Kepala Negara, Bapak, Ibu, Hadirin yang saya cintai, sebagai penutup dari sambutan singkat saya ini, saya mengajak untuk kita bersama-sama melaksanakan tiga hal. Pertama, mari kita senantiasa bersyukur atas apa yang telah kita capai dan hasilkan. Kedua, mari terus kita bersatu, berikhtiar, dan bekerja keras, untuk mewujudkan semua yang belum dapat kita capai. Sedangkan yang ketiga, marilah kita tetap sabar, manakala kita menghadapi berbagai permasalahan, ujian, dan cobaan, seberat apa pun. Karena sekali lagi, bangsa kita memang sedang melaksanakan sebuah transformasi, sebuah perubahan yang besar dan fundamental. Insya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa akan senantiasa memberikan pertolongan kepada Bangsa Indonesia yang memiliki cita-cita luhur dan mulia ini. Demikianlah Bapak, Ibu, dan Hadirin sekalian.

 

Terima kasih.

Wassalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI