Sambutan Presiden RI pada Doorstop di Stasiun Senen-Jakarta, 28-4-09

 
bagikan berita ke :

Selasa, 28 April 2009
Di baca 984 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

ACARA DOORSTOP DI STASIUN SENEN, JAKARTA

TANGGAL, 28 APRIL 2009

 

 

 

Tadi sudah dijelaskan oleh Menteri Perhubungan, maksud difungsikannya kembali Kereta Api yang berangkat atau datang dari stasiun Tanjung Priok ke stasiun Senen ini. Pertama, sejak tahun 2000 idle, tidak dipergunakan, gedung stasiun itu rusak dan terjadi penyalahgunaan penggunaan dari tempat itu, dan diniatkan dengan menghidupkan kembali stasiun Priok itu, kita ingin fungsi Kereta Api sebagai angkutan publik diantara kedua stasiun ini berjalan kembali. Yang kedua, mengingat nilai sejarah yang tinggi dari stasiun Tanjung Priok tentunya bisa digali semacam ekonomi warisan, heritage economy, untuk wisata, untuk studi, dengan demikian ada fungsi lain, tujuan lain yang hendak dicapai. Saya berharap tujuan itu bisa dicapai dengan pengelolaan yang baik dari Departemen Perhubungan dan PT. Kereta Api Indonesia.

 

Yang ingin saya sampaikan ketika kita tadi mengikuti perjalanan dari stasiun Tanjung Priok ke stasiun Senen ini, saya melihat rute perjalanan kita, rel, kiri kanan rel, perumahan penduduk di sepanjang jalur itu menurut saya perlu ditata kembali. Saya sudah menginstruksikan tadi kepada menteri-menteri terkait, Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Meneg BUMN, kemudian Gubernur sendiri, Walikota, dan juga PT. Kereta Api Indonesia untuk segera merumuskan apa yang mesti kita lakukan untuk menata, yang penting zona yang dilintasi oleh Kereta Api ini bersih. Kemudian masih kita lihat banyak sekali sampah, tentu dibikin bersih, dibikin tempat-tempat sampah, sehingga tidak dibuang sampah sepanjang rel tempat kita berjalan tadi. Kalau perlu ada penghijauan-penghijauan dilakukan, kalau ada kemudahan-kemudahan air di situ dibangun, agar disamping baik untuk lintasan Kereta Api, penduduk, saudara-saudara kita yang tadi berada di situ juga mendapatkan lingkungan yang baik, yang dalam teori ekonomi kita sebut positive externality, jadi eksternalitas yang positif.

 

Saya minta para menteri dirumuskan sumber pendanaannya barangkali dipadukan antara anggaran pusat, anggaran daerah, baik Provinsi maupun Kota. Tentu saja saudara-saudara kita sebagian besar yang kita lewati tadi, tidak memiliki kemampuan secara ekonomi untuk membikin lingkungannya lebih bersih, lebih sehat, dan lebih indah. Oleh karena itu, negara, dalam hal ini pemerintah dan sekali lagi saya instruksikan kepada jajaran pemerintah, rumuskan dalam waktu yang tidak terlalu lama, laporkan kepada saya, agar semua bisa kita tata kembali.

 

Memang kadang-kadang dilematis, mereka sudah terlanjur berada di zona itu, untuk, katakanlah memindahkan juga tidak mudah secara sosial, secara psikologis. Namun bagaimanapun harus kita tata dan kita atur, yang penting bagi saya, yang sudah ada di situ tadi, toh Kereta Api juga bisa berjalan dengan baik, ditata kembali. Dengan demikian mereka juga senang, mereka mendapatkan lingkungan yang baik, kemudian kota ini, Jakarta yang kita cintai ini juga menjadi lebih bersih, lebih tertib, dan lebih sehat.

 

Saya kira itu yang ingin saya sampaikan, dan terima kasih atas perhatian saudara.

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI