Sambutan Presiden RI pada Hari Menanam Pohon Nasional, Padalarang-Jabar, 8-12-09

 
bagikan berita ke :

Selasa, 08 Desember 2009
Di baca 909 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

ACARA PERINGATAN HARI MENANAM POHON NASIONAL

DI PADALARANG, JAWA BARAT

TANGGAL, 8 DESEMBER 2009

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

 

Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, utamanya Saudara Menteri Kehutanan dan Menteri Lingkungan Hidup,

 

Yang saya hormati, saya lihat, hadir dari jajaran TNI, Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut,

 

Saudara Gubernur Jawa Barat, dan para pejabat negara yang bertugas di Jawa Barat, baik dari unsur eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun TNI dan Polri,

 

Yang saya hormati para pemuka agama, tokoh masyarakat, pimpinan dunia usaha, lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang bergerak disektor lingkungan hidup, keluarga besar Departemen Kehutanan,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Saya mengajak Saudara-saudara semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena untuk yang kesekian kali kita bersama-sama menjalankan ibadah yang  sangat mulia yaitu menanam dan melihara pohon untuk keselamatan anak cucu kita di masa depan. Saya akan mengawali sambutan singkat saya ini dengan mengajak Saudara menjawab pertanyaan ini. Pertanyaannya begini, mengapa dunia kita tahun-tahun terakhir ini mengalami peningkatan bencana alam? Terjadi dihampir seluruh bagian dunia. Banjir yang luar biasa, kemarau panjang yang menimbulkan kelaparan dan kematian, karena tanaman atau pertanian kita rusak, topan, badai, dan hal-hal yang berkaitan dengan iklim yang berubah. Tentu masih ada jenis bencana yang lain seperti bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi yang sesungguhnya lebih berkaitan dengan peristiwa alam dan tidak berkaitan langsung dengan lingkungan hidup.

 

Kembali ke yang pertama tadi, mengapa bencana alam sering terjadi di dunia? Jawabannya adalah karena lingkungan dunia rusak. Mengapa rusak? Karena kesalahan umat manusia. Pada abad ke-18, ketika revolusi industri yang dimulai dari Eropa telah mengubah kehidupan di dunia ini, sejak itu sesungguhnya telah terjadi proses pengrusakan lingkungan, dan terus terjadi seiring dengan pembakaran karbon, yang menghasilkan karbondioksida yang akhirnya membikin bumi ini panas, bumi yang panas mengubah tata iklim yang akhirnya merusak lingkungan karena terjadi berbagai peristiwa alam akibat dari pemanasan global itu. Pertanyaannya adalah akankah kita biarkan lingkungan kita ini terus seperti ini, atau makin rusak? Atau berarti masa depan kita akan suram dan anak cucu kita tidak akan selamat? Saya yakin dalam hati kita masing-masing kita menjawab tidak. Tidak akan kita biarkan lingkungan kita ini terus semakin rusak. Oleh karena itu, tekad yang kita miliki adalah mulai sekarang tidak perlu menunggu esok hari adalah bersama-sama memperbaiki lingkungan kita, bersama-sama melakukan untuk mencegah bumi makin panas, bersama-sama melakukan upaya agar perubahan iklim tidak menjadi-jadi. Hanya dengan cara itulah kita bertanggung jawab atas masa depan, kita bertanggung jawab ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala, yang menciptakan alam semesta dan seisinya ini untuk kepentingan kita semua termasuk kepentingan manusia yang diciptakan.

 

Saudara-saudara,

 

Dari gambaran singkat itu mengapa sekarang kita bersama-sama menanam pohon atau kalau saya ungkapkan dalam pertanyaan yang lain, mengapa hutan menjadi sangat penting? Mengapa pohon menjadi sangat penting untuk terus kita tanam, pelihara, dan kembangbiakan?

 

Saudara-saudara,

 

Salah satu sumber kerusakan lingkungan adalah hutan yang tidak dikelola dengan baik, negeri kita yang dianugerahi sumber daya hutan yang besar, terus terang juga mengalami perusakan-perusakan tertentu. Perusakan pertama sebenarnya bermula dari abad kolonialisme, para penjajah yang datang ke negeri kita, mulai abad ke-17 dulu karena kepentingan ekonominya telah melakukan perusakan hutan secara sisitematis, itu sejarah, tidak boleh ditutup-tutupi. Kemudian ketika Indonesia merdeka, kita pun juga tidak pandai memelihara hutan kita, ada kelalaian, ada kecerobohan, ada kesalahan didalam mendayagunakan hutan. Contoh, pengelolaan HPH yang serampangan, penebangan liar yang menjadi-jadi dan berbagai ulah kita sendiri yang mengakibatkan banyak hutan  yang rusak. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menghutankan kembali, menyelamatkan dan melindungi hutan kita, dan kalau ditanya apa yang paling banyak yang terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan emisi karbondioksida yang bikin bumi ini panas? Ternyata yang paling banyak disumbang karena kerusakan hutan, setelah itu baru yang lain-lain, karena bahan bakar minyak, karena pengelolaan limbah, karena transportasi, dan sebagainya. Jadi ternyata bagi kita, untuk keselamatan tanah air kita, untuk keselamatan masa depan tanah air kita, kuncinya adalah mari kita rawat baik-baik, mari kita pelihara dengan seksama, hutan yang rusak kita perbaiki, hutan yang baik jangan dirusak, ditambah dengan semua upaya. Menteri Kehutanan telah menjelaskan apa yang dilakukan ke depan untuk melakukan penghutanan kembali, istilahnya rehabilitasi, di negara lain disebut reforestasi, atau istilah-istilah sejenis. Gubernur Jawa Barat telah menjelaskan pula tadi, berbagai langkah di Provinsi Jawa Barat untuk juga melakukan gerakan menanam dan pelestarian hutan, itu hutan.

 

Hutan Indonesia hutan tropis, konon disebut paru-paru dunia, mata dunia memandang kepada Indonesia. saya berharap pandangannya adil, karena dulu sebagian mereka merusak hutan kita. Oleh karena itu, kalau kita sekarang dengan kesadaran penuh, dengan semangat yang tinggi, dengan sumber daya yang kita miliki, kita ingin menghutankan kembali merawat hutan kita, maka jangan disalah-salahkan terus, justru mereka harus membantu bagaimana lebih banyak lagi kemampuan kita untuk menghutankan kembali hutan yang sudah rusak dan memelihara hutan yang masih baik yang jumlahnya juga tidak sedikit di Indonesia, yang semua itu bermanfaat bagi masyarakat dunia.

 

Saudara-saudara,

 

Mengapa pohon-pohon? Itu juga memiliki fungsi yang banyak, katakanlah yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Sebuah pohon dengan daun-daunan, dengan kanopi yang bisa besar, itu bisa menyerap Co2, bisa menyerap gas buang yang akhirnya membikin bersih udara kita, itulah yang terjadi pada pohon. Di sebelah kiri saya, depan Saudara ini pohon trembesi. Kalau yang besar seperti yang ada di Istana Negara dan Istana Merdeka, kanopinya, bentangan yang ada di atas itu mencapai 30 sampai 35 meter. Manakala trembesi sudah memiliki kanopi atau bentangan daun sepanjang 30 sampai 35 meter, konon satu pohon satu tahun bisa menyerap karbondioksida sebanyak 28 ton. Bisa dibayangkan kalau kita punya satu juta pohon terembesi yang kalau kita tanam sekarang 30 tahun lagi, 20 tahun lagi sudah berfungsi dengan baik untuk menyelamatkan lingkungan kita dengan menyerap karbondioksida yang disebut dengan karbon capture atau karbon sink yang ada dalam istilah lingkungan sekarang ini.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan cerita yang sederhana itu, maka strategi yang kita pilih adalah ada dua track, dua jalur, dua cara. Cara yang pertama, negara, pemerintah, dalam hal ini Departemen Kehutanan memiliki tugas untuk melaksanakan program yang dikatakan rehabilitasi tadi, yang intinya menyelamatkan, memelihara kalau ada yang rusak, menghutankan kembali hutan kita. Di luar itu jalur yang kedua atau track yang kedua dari strategi adalah masyarakat luas, termasuk kita hari ini diharapkan dengan penuh kesadaran juga melakukan gerakan menanam dan memelihara pohon. Dua-duanya harapan saya, kita jalankan terus-menerus di masa depan. Memang hasilnya tidak kelihatan tahun depan, juga belum lima tahun lagi, barangkali sepuluh tahun mulai kelihatan, tetapi nanti 20 tahun dari sekarang, 30 tahun dari sekarang bangsa ini akan bertetima kasih dari apa yang kita lakukan. Ada sebuah contoh yaitu negara Korea Selatan, dulu lingkungannya tidak baik karena pengaruh gurun Gobi dan dataran di sebelah barat Korea Selatan sehingga mengakibatkan lingkungan yang tidak baik. 35 tahun yang lalu bangsa Korea melakukan seperti apa yang kita lakukan sekarang ini, gerakan menanam dan memelihara pohon. Kini Korea memiliki lingkungan hidup yang baik, Green Korea, yang tentunya sangat penting bagi keselamatan penduduknya, demikian juga keselamatan buminya yang juga menimbulkan ketenteraman yang sejati.

 

Saudara-saudara,

 

Dunia sekarang mengatakan, kalau Saudara ikuti di televisi, di media cetak, di radio yaitu tahun 2020 sebagai pedoman, apakah yang kita lakukan secara global itu efektif, dan kemudian juga tahun 2050. Tahun 2050 hampir pasti sebagian besar dari kita telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Anak cucu kita insya Allah masih akan hidup pada tahun 2050. Nah, ketika zaman itu datang, mereka akan melihat kalau negerinya hijau, mereka akan mengatakan alhamdulillaah, terima kasih Tuhan, terima kasih pendahulu-pendahulu saya, kakek-kakek saya, orang tua saya yang telah mewariskan Indonesia seperti itu. Sebaliknya kalau 2050 Indonesia kering kerontang, lingkungannya rusak, mereka akan menghujat, menyalahkan kita sebagai generasi yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, tentu kita memilih, anak cucu kita berterima kasih kepada pendahulu-pendahulunya yang bertanggung jawab untuk betul-betul mewariskan keadaan yang baik bagi mereka semua.

 

Saudara-saudara,

 

Tadi baik Pak Gubernur atau Pak Menteri Kehutanan mengatakan one man one tree, man di sini tolong dibaca person, nanti ibu-ibu, women-nya dimana? Kok hanya man gitu, padahal laki-laki 50%, perempuan atau wanita 50%. Man di sini dalam arti person, sebab dalam istilah arti demokrasi dulu ada one man one vote, satu orang satu suara, man itu orang lah maksudnya, jadi one man one tree, satu orang satu pohon, minimal, tolong. Kalau kita bisa menanam sepuluh, tanam sepuluh; kita menanam seratus, tanam seratus. Empat hari yang lalu di Palangkaraya, saya menyampaikan kepada seluruh gubernur diseluruh Indonesia, saya akan membantu bibit trembesi, masing-masing provinsi empat ratus ribu, sebuah paguyuban juga akan membantu tambahan benih, kalau diinginkan. Kalau ada kampus-kampus, perguruan tinggi, lingkungan masyarakat, perumahan yang memerlukan binit trembesi, hubungi staf saya, ya, gratis tapi angkutan ditanggung sendiri, diambil di lokasi, silahkan diangkut dan akan dibimbing bagaimana cara menanam mulai dari biji trembesi sampai tumbuh.

 

Saya punya kebun kecil sekitar seribu meter yang kita gunakan sebagai kebun percontohan, demonstration plough, untuk mengajari bagaimana membibit dan menanam pohon trembesi. Saya inginkan trembesi dikembangluaskan, Saudara yang pernah ke Singapur, tahu sepanjang jalan Singapur ke Changi Airport, itu trembesi, di Kuala Lumpur, di kota-kota yang indah ternyata trembesi salah satu yang memiliki fungsi yang baik.

 

Kembali pertanyaan saya, mengapa one man one tree? Saudara, kalau setiap tahun kita menanam minimal 230 juta, 10 tahun kita punya 2,3 miliar pohon, 20 tahun 4,6 miliar pohon, 30 tahun 6,9 miliar pohon, 40 tahun atau 2050 yang menjadi tonggak perbaikan lingkungan di dunia ini kita akan memiliki 9,3 miliar. Andaikata dari jumlah itu yang hidup subur baik separuhnya, kita memiliki sekitar 5 miliar. Andaikata pada tahun itu satu pohon, tidak usah 28 ton Co2 yang diserap, anggaplah 10 ton saja, kita akan bisa menyerap tiap tahun 50 miliar ton Co2. Tentu ini merupakan kontribusi yang luar biasa dari anak bangsa Indonesia terhadap negeri dan dunianya. Itu adalah angka yang pesimis, angka yang konservatif apalagi kalau nanti negara dan masyarakat bersama-sama menanam lebih banyak lagi, yang tumbuh lebih banyak lagi, yang hidup lebih banyak lagi, maka akan lebih banyak lagi Co2 yang bisa kita serap. Oleh karena itu, dengan ilustrasi dan gambaran seperti itu Saudara-saudara, mari kita sukseskan gerakan one man one tree. Selalu ada yang pesimis, selalu ada yang skeptis, selalu ada yang mengejek, untuk apa itu, jangan dengarkan, berdoalah kepada Tuhan agar disadarkan orang seperti itu dan bersama-sama kita ikut menanam pohon.

 

Saya sungguh berharap melalui mimbar ini para gubernur di seluruh Indonesia, para bupati, para walikota berdiri di depan. Rakyat mengharapkan kepemimpinan para gubernur, bupati dan walikota untuk sungguh peduli pada penyelamatan lingkungan termasuk penanaman pohon ini. Saya juga menghimbau dunia usaha-dunia usaha, perusahaan-perusahaan punya dana yang disebut CSR, Corporate Social Responsibility itu bisa dikeluarkan di situ berapa pun, sekian ribu, sekian puluh ribu, seratus ribu tanam bersama-sama masyarakat agar lebih banyak lagi, lebih besar lagi yang bisa kita lakukan. LSM, Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan saya senang sekali, banyak sekali LSM di Indonesia ini yang peduli pada lingkungan.

 

Tolong di samping mengkritik, di samping apa namanya berunjuk rasa, baik di dalam maupun di luar negeri, ada juga LSM kita berunjuk rasa di luar negeri ketika Presidennya atau pemimpinnya datang ke sana itu hak mereka tetapi selebihnya jangan lupa pula menyukseskan apa yang kita lakukan ini, dengan demikian LSM juga bagian dari kita semua untuk menyelamatkan bumi Indonesia. Tentu organisasi sosial kemasyarakatan mari bersama-sama bergandengan tangan. Kaum perempuan saya berikan penghargaan karena terus tiap tahun dan setiap even melakukan kegiatan ini. Perempuan itu punya naluri menanam bukan memotong. Oleh karena itu, kalau perempuannya turun semua ikut menanam, akan lengkaplah sudah dan akan sukseslah gerakan kita ini.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah yang ingin saya sampaikan dan semoga Allah Subhaanahu wa Ta'aala, Tuhan Yang Maha Kuasa mendengarkan cita-cita baik kita, niat baik kita, komitmen kita, memberikan jalan agar semua yang kita lakukan ini berhasil.

 

Demikianlah Saudara-saudara, disambut dengan hujan, hujan barokah, insya Allah meridhoi niat dan cita-cita kita.

 

Sekian,

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI