SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KONGRES XX IKATAN NOTARIS INDONESIA DI SURABAYA, 28-1-2009

 
bagikan berita ke :

Rabu, 28 Januari 2009
Di baca 1729 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
KONGRES XX IKATAN NOTARIS INDONESIA
DI HOTEL JW MARRIOT, SURABAYA

 28 JANUARI 2009

 

 

Bismillahirrahmanirrahim,


Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Pejabat Gubernur Jawa Timur dan para Pimpinan dan Pejabat Negara yang bertugas di Jawa Timur, baik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, maupun TNI dan POLRI,

 

Yang saya hormati Ketua Umum Ikatan Notaris Indonesia beserta Pimpinan dan Anggota Dewan Kehormatan Pengurus Pusat dan Keluarga Besar Ikatan Notaris Indonesia,

 

Para Peserta Kongres yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang baik dan, insya Allah, penuh berkah ini,kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas perkenan rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya kita, tugas kita, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Pada kesempatan yang baik ini, atas nama negara, Pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para notaris, Keluarga Besar INI, atas darma bhakti, partisipasi, dan kontribusinya dalam ikut membangun bangsa, terutama di bidang hukum. Saya berharap peran ini terus dilanjutkan di masa depan. Saya juga mengucapkan selamat berkongres, dengan harapan kongres ini menghasilkan program kerja yang tepat untuk 3 tahun mendatang. Dengan penyegaran dan pembekalan pengetahuan, saya juga berharap profesionalitas para notaris makin meningkat, sehingga bisa lebih berpartisipasi dalam meningkatkan investasi di negeri ini, sebagai bagian dari pembangunan ekonomi.


Dan yang terakhir tentunya, harapan saya berkaitan dengan Kongres XX INI ini, agar pengurus baru bisa menjalankan amanahnya demi kepentingan organisasi dan lebih-lebih demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.


Tadi saya mendengar yang disampaikan oleh Ketua Umum INI, Ibu Tien Norman Lubis, dengan harapan agar pemilihan pengurus pusat bisa dilaksanakan secara demokratis, fair, dan yang tidak kalah pentingnya tertib dan damai. Bagi yang terpilih, disamping bersyukur, jalankanlah amanah dengan penuh rasa tanggung jawab. Dan ajak semua anggota INI untuk memajukan organisasi, lindungi, dan sayangi mereka semua meskipun barangkali dalam pemilihan pengurus itu tidak memilih Ketua Umum terpilih nanti.

 

Sebaliknya seluruh anggota INI dukung penuh pengurus yang terpilih, Ketua Umum terpilih nanti, meskipun barangkali dalam pemilihan juga tidak memilihnya. Dan bagi yang tidak berhasil untuk menjadi Ketua Umum, terimalah dengan lapang dada. Ingat, seringkali kekalahan itu kemenangan yang tertunda, dan dengan mengambil pelajaran insya Allah, akan mengukir keberhasilan di masa depan. Tidak perlu menyimpan kekesalan hati, apalagi amarah sampai 3 tahun sampai di Kongres XXI nanti.

 

Saudara-saudara,


Saya ingin merespon sedikit apa yang disampaikan oleh Saudara Andi Matalatta, Menteri Hukum dan HAM, dan oleh Saudari Tien Norman Lubis, Ketua Umum INI tadi menyangkut barangkali tugas, kewajiban, dan wewenang notaris. Saya tahu masih ada perbedaan penafsiran antara Departemen Hukum dan HAM dengan Badan Pertanahan Nasional, mungkin juga dengan komunitas notaris sendiri, itu bisa terjadi dalam sebuah transformasi dan reformasi yang kita jalankan, termasuk penataan kembali sistem hukum. Yang penting, saya dengar tadi permintaan dari Ketua Umum, tolong dicarikan solusinya, supaya ke depan, kita memiliki perangkat pranata yang pasti. Yang penting jangan hanya untuk kebaikan salah satu, bukan untuk memenuhi atau untuk kebaikan Badan Pertanahan Nasional, ataupun Departemen Hukum dan HAM, tetapi agar pelayanan jasa notaris itu betul-betul bisa lebih baik diterima oleh pengguna jasa, rakyat, perseorangan, perusahaan, ataupun badan-badan hukum yang lain. Di situ titik beratnya konstruksi dari peran atau wewenang notaris dalam Undang-undang yang berlaku di negeri kita.

 

Terhadap permasalahan wilayah kerja, jangan kecil hati para Notaris yang dianggap buruk tadi oleh survei, oleh KPK, bukan Notarisnya ya. Tapi yang dianggap belum bagus itu, entah kebijakan, entah implementasi dari penempatan notaris dalam wilayah-wilayah kerja. Saya juga setuju dengan Menteri Hukum dan HAM, agar ini betul-betul kita tata bersama-sama, bagus kalau satu notaris bisa memberikan jasa pelayanan kenotariatan untuk tiga belas ribu. Oleh karena itu, jangan berkumpul di satu wilayah jasa, yang lain sepi, yang lain tidak ada jasa yang cukup untuk membantu rakyat dan dunia usaha kita. Saya sangat yakin itu bisa diselesaikan dengan baik dan tentu saya tidak ingin memasuki wilayah-wilayah teknis yang saya yakin bisa diselesaikan nanti oleh Departemen Hukum dan HAM, oleh INI, dan Kementerian, Lembaga terkait yang bersama-sama dengan niat yang baik, pikiran yang jernih untuk merumuskan instrumen yang tepat bagi dunia kenotariatan di negeri tercinta ini.

 

Saudara-saudara,

 

Kenapa saya berkali-kali menggarisbawahi pentingnya pelayanan? Saudara memberikan pelayanan, saya memberikan pelayanan kepada rakyat, demikian juga Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota. Kalau kita pelayan, kalau kita abdi, abdi negara, abdi masyarakat, tentulah kita harus memberikan pelayanan terbaik. Tidak henti-hentinya saya mengatakan di berbagai forum, kita semua harus menjadi pelayan yang baik. Jangan masalah yang sederhana, dibikin sulit, masalah yang bisa selesai cepat, dibikin lambat, urusan yang mestinya murah, dibikin mahal. Pelayan sejati --insya Allah kita semua ke depan akan menjadi pelayan sejati dengan melakukan reformasi pada diri kita adalah pelayanan yang fast atau cepat, cheap, murah, easy, mudah, dan semuanya bisa dipertanggungjawabkan, accountable. Setuju, Saudara-saudara?

 

Baik, mari kita ingat di Surabaya ini, kita berjanji ingin menjadi pelayan yang baik, insya Allah bisa. Banyak yang kita lakukan tahun-tahun terakhir ini, yang tadinya tidak terbayangkan, Tuhan kasih jalan, karena kita ingin bikin negara kita makin bersih, makin bebas dari korupsi, makin bebas dari penyimpangan-penyimpangan, ada jalan meskipun masih panjang yang harus kita lalui, tapi ada titik cerah di masa depan. Mari tidak kita sia-siakan momentum ini, dan mari bersama-sama kita mereformasi diri, melakukan perubahan atas diri kita kembali, dan akhirnya menjadi pelayan-pelayan yang mulia.

 

Saudara-saudara,


Karena saya tidak ingin memasuki wilayah teknis, maka tema sentral sambutan saya pada Kongres XX INI ini adalah kembali peningkatan kualitas dan akuntabilitas pelayanan, bukan hanya bagi dunia notaris, tapi bagi semua pelayan negara dan pelayan masyarakat. Mari kita sejenak melakukan satu refleksi. Indonesia pasca krisis 10 tahun yang lalu, Indonesia yang sedang melaksanakan transformasi dan reformasi, Indonesia yang sedang kembali membangun perekonomiannya yang porak-poranda, jatuh terhempas, karena krisis nasional yang lalu, meskipun ketika sedang gigih berjuang untuk itu datang persoalan-persoalan baru yang tidak dapat kita elakan, sebagaimana yang kita rasakan sekarang ini, krisis pangan dunia, krisis energi, krisis keuangan, resesi perekonomian global, ditambah persoalan-persoalan dalam negeri kita dan seterusnya. Tetapi kita tidak pernah boleh menyerah, kita harus terus gigih untuk menjalankan kewajiban kita melanjutkan reformasi, membangun kembali perekonomian kita, sambil mengatasi masalah-masalah itu.

 

Dari upaya besar itu, potret yang bisa kita ambil, katakanlah 10 tahun terakhir ini, ada sesuatu yang membikin orang gamang. Apa itu? Yaitu menyangkut kepastian hukum, termasuk kepastian hukum dalam dunia bisnis dan investasi. Kalau saya bicara kepastian hukum, saya berbicara legal framework, saya bicara legal certainty. Harapannya tentunya, kita ingin memiliki sistem hukum yang baik, yang diimplementasikan dengan baik pula. Dan kalau saya bicara tadi legal framework, legal certainty, the implementation of our good system, tentu berkaitan dengan peran, tugas, dan tanggung jawab Saudara-saudara sebagai notaris.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 
Dari perspektif itu, dengan tema sentral bagaimana pelayanan terbaik kita berikan untuk membangun iklim investasi, iklim ekonomi, dan iklim usaha yang baik, maka saya ingin menggarisbawahi beberapa hal. Barangkali sebagian dari Saudara telah mendengar, atau sebagian dari isu-isu penting ini juga sudah Saudara ketahui.

 

Kita bersyukur ke hadirat Allah SWT, bahwa negara kita, meskipun kita sendiri merasa belum puas di dalam membangun dan memajukan kehidupan di negeri ini oleh dunia, bukan oleh SBY, oleh dunia, Indonesia sekarang dikelompokkan menjadi The Emerging Economy. Bukan secara kebetulan, saya mewakili Saudara, mewakili rakyat Indonesia hadir dalam Pertemuan Puncak atau Summit G-8 Plus 8 di Hokkaido, Jepang. Bukan secara kebetulan, saya hadir dalam Pertemuan Puncak G-20 yang membahas bagaimana menyelesaikan krisis perekonomian global ini. Bukan secara kebetulan, OECD, pimpinannya datang ke Jakarta bertemu dengan saya, mengajak Indonesia sebagai partner utama bersama-sama dengan China, India, Brazil, South Korea. Bukan secara kebetulan Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dalam pidato di Capitol Hill, menyebut ada 5 negara yang akan berperan besar di abad ini, disamping negara-negara maju, kembali China, India, Brazil, Afrika Selatan, dan Indonesia.

 

Oleh karena itu, bersyukur kita sudah dimasukkan Club Emerging Economies. Ini kerja seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pekerjaan SBY, pekerjaan kita semua. Tapi mesti kita syukuri. Kalau kita pandai bersyukur, Tuhan akan memberikan nikmat dan anugerah yang lebih banyak lagi. Kalau kita tidak pandai bersyukur, yang datang bisa azab yang pedih. Oleh karena itu, mari senantiasa kita bersyukur terhadap apa yang kita capai. Jangan kita melukai diri sendiri, seolah-olah Indonesia ini jelek, Indonesia tertinggal, Indonesia terbelakang, negara-negara lain baik, jangan dan keliru, meskipun masih banyak pekerjaan rumah kita, meskipun masih banyak tugas kita, masih banyak yang harus kita perbaiki, tetapi bersyukurlah dan dengan lapang dada, mari kita betul-betul apa yang kita capai ini kita jadikan modal untuk mencapai yang lebih banyak lagi di masa depan.

 

Saudara-saudara,


Saya sendiri sangat yakin kita akan menjadi major economy, kita akan menjadi big economy. Why? Mengapa? Karena potensi kita besar, sumber daya kita besar, termasuk sumber daya alam, sehingga kalau semuanya dikelola dengan baik, jangan ada yang menyimpang, jangan terjadi korupsi, jangan terjadi pemborosan, mismanagement. Dan semuanya kita pelihara dengan baik, yakin dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, kita akan benar-benar menjadi negara ekonomi besar dan tidak lama lagi, insya Allah 10, 20 tahun kita akan menjadi negara seperti itu.

 

Saya tadi mendengar Ikatan Notaris Indonesia dan apapun namanya dulu, ini telah berusia 100 tahun tahun lalu, sama dengan kebangkitan nasional. Tahun lalu 20 Mei 2008, saya menyampaikan pidato 1 Abad Kebangkitan Nasional. Saudara, saya kira mendengar bahwa dalam pidato saya, saya punya keyakinan, Indonesia yang kita cintai ini bisa menjadi negara maju, bermartabat, dan sejahtera di abad 21 ini, dengan syarat kita punya tiga pilar yang makin kokoh. Pertama, kemandirian. Kedua, daya saing. Ketiga, peradaban bangsa. Dan dengan tiga pilar itu, ya syarat berikutnya lagi kita bersatu, jangan bercerai-berai, melangkah bersama dan bekerja lebih keras lagi. Kalau kita bicara daya saing, kita bicara bagaimana iklim investasi, iklim perekonomian, iklim bisnis di negara ini menjadi baik. Bicara itu, kembali notaris memiliki peran yang penting.

 

Saudara-saudara,


Kita bersepakat ekonomi nasional harus tetap tumbuh, tumbuhnya bukan sekedar tumbuh secara statistik, tumbuh secara berkelanjutan, sustainable, tumbuh secara inklusif, inclusive growth. Semua mendapatkan manfaat dari pertumbuhan itu, dan pertumbuhannya harus meluas, broad based growth. Semua sektor, semua bidang di seluruh tanah air. Tetapi terus tumbuh disertai iklim, disertai equity, disertai justice, disertai pemerataan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan yang baru, yang sering saya sampaikan. Kemarin saya sampaikan dalam pidato ilmiah saya di Universitas Brawijaya, Malang, dalam Dies Natalis Universitas itu yang ke-46, bahwa pembangunan harus berdimensi kewilayahan, semua harus tumbuh sebagai sentra-sentra pembangunan. It means investasi lokal harus bergerak. It means para notaris harus berada di mana-mana untuk memberikan jasa bagi pertumbuhan investasi itu. Selalu ada korelasinya dengan tugas pelayanan, termasuk pelayanan para notaris.

 

Saudara-saudara,


Kita tahu, terutama yang mendalami ekonomi, komponen pertumbuhan itu pertama consumption, konsumsi masyarakat. Alhamdulillah, income per capita kita sekarang ini sudah di atas 2.200 dolar per kepala. Sebelum krisis, sebelum Pak Harto lengser dulu sekitar 1.100, waktu krisis drop sampai 600 dolar saja. Alhamdulillah, kita sudah memiliki konsumsi, daya beli dan income per capita yang lebih tinggi.

 

Komponen yang kedua, pengeluaran pemerintah, government spending, government of expenditure. Kalau APBN kita sudah di atas Rp 1.000 triliun sebenarnya, mungkin ada koreksi sedikit, karena krisis global ini, itu juga lebih banyak lagi yang kita keluarkan untuk menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan.

 

Yang ketiga, yang disebut dengan nett import dan export, nett export import. Dan yang keempat, kembali berkaitan dengan tugas Saudara growth disumbang oleh investment. Kalau saya bicara investasi, bukan hanya investasi dari luar negeri, saya ingin justru investasi ini lebih banyak yang datang dari kita sendiri. Itulah bangsa yang harus lebih suka menabung, saving. Saving akan kita gunakan untuk investment. Kalau investment-nya dalam negeri lebih kokoh, tidak perlu khawatir dengan capital outflow, terbangnya modal manakala terjadi krisis global. Agar investasi dan kegiatan ekonomi tumbuh baik, maka yang diharapkan oleh para investor dalam dan luar negeri, iklim investasi itu penuh dengan kepastian, certainty, menawarkan peluang, there are opportunity. Enggak ada yang menginvestasikan kalau enggak ada peluang.

 

Lantas ada good revert. Dia invest US$ 1 juta, mosok 5 tahun tetap 1 juta, yo siapa mau, lebih baik ke Vietnam, ke India, ke Laos, dan sebagainya. Lantas competitive. Competitive ya kita better dibandingkan negara-negara yang lain. Kalau kita bicara yang tadi itu, akhirnya kembali-kembalinya adalah pada legal framework, pada legal certainty, yang mesti kita bikin lebih baik lagi di negeri kita.

 

Saudara-saudara,


Berkaitan dengan itu, saya masih mendengar, Saudara pun mendengar, ada sejumlah isu yang berkaitan dengan masalah hukum. Kita masih dinilai, meskipun sesungguhnya sudah ada kemajuan yang kita capai secara sistematis, masih ada pranata hukum yang belum terkonsolidasi dengan baik. Ya contoh tadi itu, wewenang notaris dilihat dari kacamata BPN dan dilihat dari kacamata Departemen Hukum dan HAM, atau kacamata lembaga-lembaga yang lain. Kita juga dikritik, kalau ada dispute, ada business dispute, kadang-kadang dispute settlement mechanism itu tidak berjalan sempurna. Suka lama, mahal dan putusannya pun tidak terduga-duga, unpredictable, “Lho, kok begitu keputusannya.”

 

Saya sering mendengar komplain dari banyak pihak. Mari kita bercermin, apa iya, mungkin sebagian iya, sebagian tidak. Mari kalau ada dispute, harus ada mekanisme penyelesaian sengketa itu. Yang tadi itu, yang bagus, yang cepat, yang murah, yang mudah, dan akuntabel. Jangan sebaliknya, syukur-syukur ini bisa dicegah dispute Itu. Pekerjaan Saudara memberikan autentifikasi dari dokumen, dari semua yang menjadi instrumen transaksi, kalau itu proper, we could prevent any dispute to happen, begitu. Kalau terpaksa lolos, terjadi dispute, ya harus ada mekanisme penyelesaian persengketaan. Kalau tidak, siapa yang mau berbisnis di negara kita, siapa yang mau berinvestasi di negera kita, pindah ke tempat yang lain.

 

Ingat para Bupati, Walikota, kalau Kabupaten Kotanya sepi, pasti ada yang tidak benar dari investasi. Tanpa investasi bagaimana menolong rakyatnya, bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan, bagaimana PAD-nya naik. Demikian juga Gubernur, hati-hati, kalau Provinsinya sepi dari investasi, dunia usaha tidak ada, enggak bergerak, kemiskinan nggak bergerak, pengganguran tidak bergerak, infrastruktur begitu-begitu saja, mawas diri, ada apa.

 

Ini Negara, negara kita sendiri. Bangsa, bangsa kita sendiri, semua bertanggung jawab, semua akuntabel, semua menjadi bagian dari solusi, jangan menggantungkan satu orang, dua orang. SBY tidak mungkin menyelesaikan masalah keseluruhan di negeri tercinta ini. Meskipun saya bekerja 8 hari seminggu, 36 jam sehari. Semua dipilih oleh rakyat pilkada. Rakyat pilih Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, Gubernur Wakil Gubernur, jalankan amanah itu, jangan sedikit-sedikit unjuk rasa di depan Istana, urusan Kabupaten urusan Kota. Kemana Pak Bupati, kemana Walikota, kemana Pak Gubernur. Semua bertanggung jawab, semua menjalankan amanah, adil, adil namanya.

 

Saudara-saudara,


Kepada para Notaris, dengan semuanya itu saya berharap jasa Saudara, jasa kenotariatan makin baik, jangan justru menambah kesemrawutan dari hal-hal yang masih belum semuanya bisa kita perbaiki. Perkuat dunia bisnis, perkuat iklim investasi, perkuat jasa pelayanan.

 

Akhirnya, harapan dan ajakan saya kepada Ikatan Notaris Indonesia, kepada Saudara-saudara, para Notaris. Pertama, mari terus kita melakukan reformasi diri. Sebelum kita menuding, menyalahkan, mengkritik macam-macam, mari kita lihat diri kita sendiri, apa yang telah kita perbuat sekarang ini cukup tidak, apa yang kita perbuat di masa lampau ada tidak. Dan ke depan kita ingin meningkatkan darma bhakti kita tidak, mari kita berkaca dulu diri kita sendiri, itu yang paling baik. Setelah itu baru setelah kita baik, mengajak tidak harus mencaci-maki, mengajak, “Ayo kita perbaiki masa depan kita.”

 

Good governance penting. Saya juga belum puas reformasi birokrasi, terus terang. Good corporate management, dunia usaha berbenah diri juga, termasuk dunia kenotariatan, semua tidak ada yang immune terhadap perubahan ke arah yang lebih baik di negeri tercinta ini, bareng-bareng kita laksanakan.

 

Para Notaris tentunya harus makin profesional, you are the profesional, punya kode etik, bukan hanya mengejar keuntungan semata, rejeki halal tentu kita harapkan. Makin sejahtera menjadi harapan kita untuk notaris, tapi ingat ada kode etik, ada idealisme yang mesti dijunjung tinggi. Lantas capable, cocok kalau ada pembekalan, penyegaran pengetahuan dan terus-menerus, agar semakin capable.

 

Saya, Bapak, Ibu, masih terus belajar setiap harinya, belajar dari masa lalu, belajar dari masa kini, belajar dari negara lain, belajar dari pemimpin lain, belajar dari keberhasilan dan kegagalan, I am the student. Jadi jangan merasa sudah paripurna. Mari kita terus berbenah diri, mengembangkan diri untuk mencapai yang lebih baik dari segi kapabilitas. Dan di atas segalanya, you have to be accountable, apa yang Bapak Ibu teken, itu suci, suci, jangan nanti tiba-tiba terjadi masalah because of piece paper that you have signed already. Jangan ada masalah setelah di-teken, di kelak kemudian hari oh jadi utrek-utrekan bertahun-tahun dan seterusnya. Itu tidak akan masuk surga itu, kata ulama bukan kata umaro.

 

Dengan ajakan dan pesan dan harapan itu, saya ingin berbagi cerita sedikit sebelum menutup. Ingat saya. Saudara-saudara kita, orang-seorang, perusahaan-perusahaan, badan hukum, ketika meminta jasa Saudara, jasa pelayan publik yang lain, mereka mengeluarkan ongkos, betul? Tentu dengan harapan ongkos itu sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Saya sering mengumpamakan pelayan-pelayan di negeri ini, bukan hanya notaris, semua, termasuk saya barangkali, para Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, semua yang melayani rakyat, kita memerlukan mereka, kita memerlukan kebangkitan dunia usaha.

 

Contoh beginilah, seorang Gubernur menginginkan Provinsinya ekonominya tumbuh, kemiskinan berkurang, pengangguran berkurang, ekonomi bergerak, begitu. Itu bisa dicapai, apabila betul terjadi investasi dan pergerakan perekonomian lokal di situ. Wajib sang Gubernur itu mengajak semua be nice to investors, ucapkan selamat datang kepada mereka, welcome. Kami memerlukan anda untuk membangun di sini untuk rakyat kami, ada lapangan pekerjaan. Saudara bayar pajak untuk saya bikin meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, harus begitu. Bayangkan datang investasi ingin bikin listrik, 2 tahun nggak direspon, balik lagi. Datang ingin membikin jalan yang bagus ditunggu-tunggu, suruh ngubungi adiknya, bukan menghubungi yang bersangkutan malam hari, itu pun macam-macam permintaannya balik kanan. Siapa yang datang ke situ, padahal mereka yang perlu. Tapi karena dipersulit, bukan dipermudah, dipersulit tadi itu, tidak datang.

 

Begini, ada dua pemuda dari sebuah desa yang indah dan permai, datanglah ke ibukota Jakarta yang penuh dengan modernitas, gemerlapan sinar lampu dan kehidupan yang serba wah. Si dua pemuda desa yang lugu ini masuk ke sebuah rumah makan di Jakarta, dengan harapan uang yang ada tidak terlalu banyak bisa membeli sesuatu. Yang punya rumah makan namanya siapa misalkan, siapa yang mudah itu, siapa, Manurung. “Kau bikin rumah makan baik-baik sama yang datang, supaya kita dapat keuntungan, keuntungan kalian, kesejahteraannya meningkat jauh di atas UMR, kita terus tumbuh, nanti bikin rumah makan lagi dan seterusnya. Begitu pesannya. Baik-baik kau sama yang mau makan di situ,” begitu kata Pak Manurung.

 

Datanglah dua pemuda itu. Begitu masuk, “Ngapain ke sini?” “Mau beli makan.” “Duduk.” Duduk dia. Terus dia lihat itu nama makanan, soto, sate, nasi goreng. “Eh kau cepat-cepat pesan, lihatnya terus, makan apa kamu itu?” begitu caranya. Apa yang terjadi? Mungkin dia makan dengan penuh penderitaan di situ. Waktu dia pulang ke kampung, tujuh turunan jangan datang ke rumah makan itu. Dia ingin membeli, mengeluarkan uang untuk warung itu, warungnya tumbuh untuk keuntungan, diperlakukan seperti itu. Itulah jasa atau pelayanan publik yang jelek. Bayangkan, mestinya kan segala cara. Jadi, kita ini lack of hospitality, kurang menjadi bangsa yang ramah, ramahlah, pandai berterima kasih, mau menghargai karya orang lain yang dianggap baik, dan seterusnya, dan seterusnya. Ini kepribadian, karakter yang harus bersama-sama kita bangun. Dengan cerita saya itu, saya yakin kita semua tidak ingin seperti contoh yang ekstrim tadi, kita tingkatkan pelayanan kita yang mulia kepada masyarakat kita.

 

Demikianlah, Saudara-saudara, dan akhirnya, akhirnya dengan terlebih dahulu dengan memohon ridho Allah SWT, seraya mengucapkan Bismillahirrahmanirrahiim, Kongres XX Ikatan Notaris Indonesia dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Sekian.

 

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh