Sambutan Presiden RI pada Musrenbangnas RPJMN 2010-2014, PRJ-Jakarta, 11-12-09

 
bagikan berita ke :

Jumat, 11 Desember 2009
Di baca 1100 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

 PADA  

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2010-2014

TANGGAL 11 DESEMBER 2009

DI PEKAN RAYA JAKARTA, KEMAYORAN


 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia,

 

Saudara Ketua DPR RI,

 

Saudara Ketua DPD RI,

 

Saudara Ketua Mahkamah Agung,

 

Para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu II,

 

Para Gubernur, para Bupati, dan para Walikota,

 

Hadirin sekalian peserta Musrenbangnas RPJMN 2010-2014 yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkat ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kepada kita semua, atas perkenan rahmat dan ridhoNya, masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk bersama-sama melanjutkan pembangunan bangsa lima tahun ke depan untuk kepentingan rakyat yang sama-sama kita cintai.

 

Hari ini sebagaimana disampaikan oleh Prof. Armida Alisjahbana tadi, akan dimulai satu acara yang sangat penting, yaitu sebuah musyawarah yang dihadiri oleh para pengelola jalannya pemerintahan untuk menetapkan rancangan pembangunan kita lima tahun mendatang. Saudara yang hadir di ruangan ini, pada hakikatnya, mewakili rakyat Indonesia, membawakan aspirasi dan kepentingan mereka yang justru bersama-sama nanti harus kita jawab dan kita penuhi sekuat tenaga aspirasi dan harapan rakyat itu. Oleh karena itu, seraya saya mengucapkan selamat datang kepada Saudara-saudara yang datang dari berbagai penjuru tanah air, saya berharap gunakan waktu sebaik-baiknya selama tiga hari ini agar RPJMN 2010-2014 sebuah rencana yang tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh rakyat kita dan kemudian ketika kita jalankan bersama nanti membawa hasil yang nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara kita.

 

Tentu saja yang datang dari daerah atau apalagi yang jarang ke Jakarta, gunakan pula untuk sedikit berganti suasana, relax sedikit, jangan banyak-banyak, nanti lupa tugas pokoknya.

 

Selama lima tahun yang lalu, pada periode pertama saya memimpin bangsa dan negara, saya telah berkunjung ke hampir seluruh wilayah Indonesia, bertemu dengan Saudara-saudara atau dengan pendahulu-pendahulu Saudara. Saya tahu semuanya sesungguhnya ingin berbuat yang terbaik, saya tahu semua ingin memenuhi harapan rakyat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Saya pun juga tahu bahwa permasalahan di lapangan seringkali mengalami atau menghadapi tantangan, kendala, dan permasalahan yang Saudara dengan gigih berusaha untuk mengatasinya. Atas semuanya itu, terimalah sekali lagi ucapan terima kasih dan penghargaan saya yang tulus kepada Saudara semua.

 

Saudara-saudara,

 

Sebenarnya dalam kurun waktu dua bulan ini, sejak saya mengemban tugas saya untuk periode kedua atau periode terakhir, bersama-sama dengan Bapak Boediono dan jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, saya telah menyampaikan banyak hal kepada Saudara. Ingat, tanggal 29 Oktober yang lalu, di Jakarta pula, saya telah menyampaikan dalam acara Temu Nasional atau National Summit waktu itu, bagaimana kita bersama-sama menjalankan dan menyukseskan pembangunan kita untuk lima tahun mendatang. Kemudian, beberapa saat setelah itu, ketika saya menghadiri pertemuan di Palangka Raya, yang dihadiri oleh para gubernur, saya kembali menggarisbawahi apa yang mesti kita lakukan bersama, ke depan. Kemudian, hari ini kita bertemu lagi meskipun besok Wakil Presiden, para Menteri Koordinator, dan para Menteri terkait akan berdialog langsung dengan Saudara untuk memastikan semua memahami tugas yang akan bersama-sama kita emban. Semua mengerti tujuan dan sasaran pembangunan lima tahun mendatang. Itu sangat penting. Oleh karena itu, pada acara pembukaan hari ini, saya ingin mengemukakan hal-hal yang pokok-pokok saja untuk benar-benar Saudara pahami bahwa kebersamaan kita sangat menentukan keberhasilan pembangunan lima tahun mendatang. Sebagaimana yang saya sampaikan di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, beberapa saat yang lalu. Dulu, waktu kita masih menjalankan pemerintahan yang relatif sentralistik, dimana yang lebih berperan adalah Pemerintah Pusat, maka peran daerah seolah-olah lebih kecil dibandingkan peran pusat. Di era reformasi ini, dengan telah diberlakukannya kebijakan dan sistem pemerintahan yang lebih didesentralisasikan dengan berlakunya otonomi daerah, dengan beralihnya fungsi pemerintahan ke daerah minus enam fungsi yang masih berada di tangan Pemerintah Pusat, maka sesungguhnya kalau boleh saya ibaratkan perbandingannya atau rasionya, kalau dulu di era sentralisme, 60% yang menentukan pusat, 40% sangat terpulang pada keberhasilan pembangunan di daerah. Sekarang saya mengatakan bahwa justru pusat hanya memiliki andil dan kontribusi untuk keberhasilan sebanyak 40%, yang 60% sangat ditentukan oleh kerja keras, kegigihan, dan semangat yang dilakukan oleh jajaran Pemerintah Daerah di seluruh tanah air. Oleh karena itu, saya berharap para gubernur, bupati, walikota, dengan semua jajaran Pemerintah Daerah, saya harap benar-benar memahami bahwa maju-mundurnya, berhasil tidaknya pembangunan sangat terpulang kepada apa yang Saudara lakukan di daerah. Di sini diperlukan sinergi, diperlukan koordinasi, diperlukan kerja sama Pusat-Daerah. Bahkan, saya sering mengatakan sebagai Kepala Pemerintahan, sebagai Presiden, saya berjalan bersama-sama dengan pemimpin yang memimpin pembangunan sektoral, para menteri, dan pemimpin yang memimpin pembangunan regional, para gubernur. Oleh karena itu, sekali lagi sinergi pusat dan daerah, sinergi antara pembangunan sektoral yang dalam hal ini dikoordinasikan oleh para menteri, dan pembangunan regional dalam hal ini dipimpin oleh para gubernur, bupati-bupati, dan walikota sangat menentukan keberhasilan pembangunan kita.

 

Saudara-saudara,

 

Oleh karena itu, saya ingin sejak sekarang sampai lima tahun mendatang, koordinasi, komunikasi, konsultasi, dan sinergi dapat kita bangun secara efektif. Jangan dan tidak perlu saling salah-menyalahkan. Kalau ada masalah, dilihat, kemudian carikan solusinya segera, sesuai dengan siapa yang paling bertanggung jawab terhadap masalah itu. Dengan demikian, setiap masalah dapat kita pecahkan dan kita dapatkan jalan atau pun peluang yang baik untuk terus mencapai hasil yang lebih baik lagi di masa depan.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Tema dari pembangunan lima tahun ke depan sudah jelas. Satu, kita ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat, karena hakikatnya pembangunan itu yang meningkatkan kesejahteraan rakyat. Yang kedua, kita ingin demokrasi kita ini tumbuh dengan baik. Dan yang ketiga, di atas segalanya pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, di dalamnya adalah pembangunan ekonomi, yang penting bergandengan tangan dengan partisipasi rakyat dalam demokrasi, semua menghasilkan keadilan yang sejati bagi rakyat kita. Tiga elemen penting ini saling terkait satu sama lain. Development untuk menghasilkan prosperity, democracy, dan justice. Tolong dipatrikan dalam hati dan pikiran kita lima tahun mendatang, seraya memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, bismillah, kita ingin benar membangun negara ini di seluruh Indonesia, agar betul-betul negara kita makin sejahtera, makin demokratis, dan makin berkeadilan.

 

Saudara-saudara,

 

Saya baru saja kembali dari Bali, tadi siang, setelah kemarin satu hari memimpin, menghadiri, satu forum internasional yang telah kita selenggarakan untuk yang kedua kalinya, yaitu Bali Democracy Forum, karena forum itu juga dihadiri oleh beberapa Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Kemarin yang hadir adalah Perdana Menteri Jepang, Hatoyama, Sultan Brunei Darussalam, Sultan Hassanal Bolkiah, dan juga Perdana Menteri Timor Leste, Perdana Menteri Xanana. Maka saya gunakan pula untuk sebuah pertemuan bilateral, dengan tujuan kerja sama Indonesia dengan negara-negara itu makin berkembang dan menghasilkan sesuatu baik bagi negara itu maupun bagi bangsa kita.

 

Tema yang dibahas dalam Bali Democracy Forum, yang dihadiri oleh tentunya banyak menteri, banyak pejabat senior dari puluhan negara di Asia maupun non Asia adalah pembangunan dan demokrasi atau kaitan antara pembangunan dan demokrasi. Saya ingin sampaikan intisari, buah pemikiran yang saya sampaikan kemarin dalam forum itu kepada Saudara karena sangat relevan dengan apa yang akan kita lakukan lima tahun mendatang, setidaknya, atau di masa depan.

 

Ada tiga hal yang saya sampaikan berkaitan dengan hubungan atau korelasi antara pembangunan dan demokrasi. Pertama, baik pembangunan maupun demokrasi menuntut akuntabilitas yang tinggi, responsibility yang tinggi dari semua yang menjalankan demokrasi dan yang menjalankan pembangunan. Saudara bagian dari demokrasi, pelaku demokrasi, Saudara, kita memimpin pembangunan pada lingkup tugas kita masing-masing. Butir pertama ini, kepada kita mulai dari saya, Wakil Presiden, para menteri, gubernur, bupati, walikota, semua yang ada dalam jajaran pemerintahan wajiblah memiliki tanggung jawab, akuntabilitas yang setinggi-tingginya. Setiap keputusan, setiap kebijakan, setiap tindakan yang kita lakukan, yang kita pimpin harus dapat kita pertanggungjawabkan. Sama dengan demokrasi, siapa pun yang menjalankan demokrasi, harus bisa mempertanggungjawabkan kepada rakyat, apakah perilaku politik, perilaku demokrasi yang dipertontonkan itu sesuai dengan norma-norma dan kaidah demokrasi yang baik. Akuntabilitas, accountability, itu yang pertama.

 

Yang kedua, saya katakan kemarin dalam sambutan saya di Denpasar bahwa baik demokrasi dan pembangunan perlu melibatkan rakyat untuk turut serta di dalam pengambilan keputusan, dalam istilah politik, kita sebut partisipasi rakyat, partisipasi politik rakyat. Ajak mereka dalam pembangunan dan dalam demokrasi. Pemilihan, baik Pemilihan Umum atau pun Pemilihan Kepala Daerah, hakekatnya adalah rakyat berpartisipasi untuk memilih siapa-siapa yang diberikan mandat untuk memimpin mereka. Apakah memimpin negara, memimpin provinsi, memimpin kabupaten, dan memimpin kota, dan banyak lagi. Sebagaimana yang kita ketahui sistem parlemen, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk DPRD yang daerah, itu juga pengejawantahan dari partisipasi rakyat dalam demokrasi. Dalam pembangunan pun, kita memberikan ruang, memberikan opportunity kepada rakyat untuk ikut menyuarakan pikiran-pikirannya, pandangan-pandangannya, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan pembangunan itu. Ambillah contoh, program yang disebut PNPM Mandiri, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, yang dilakukan di tiap kecamatan dengan anggaran 2 sampai 3 milyar per tahun dengan desa-desa tertentu. Itu juga melibatkan partisipasi mereka. Contoh, mereka juga terlibat dalam pembangunan. Demikian juga, masalah-masalah lain. Kehadiran Saudara ini sendiri, musyawarah itu sendiri, sesungguhnya adalah upaya kita untuk mengajak serta semua dalam proses pembangunan, kali ini dalam proses perencanaan pembangunan. Bisa saja negara, pemerintah membikin satu rencana pembangunan untuk lima tahun mendatang dan kemudian diteruskan ke bawah untuk dijalankan, tetapi itu kurang mewadahi pikiran-pikiran yang hidup, yang cerdas, aspirasi dan harapan dari rakyat kita. Relevan sekali apa yang saya sampaikan kemarin di Denpasar dengan forum kita ini, partisipasi dan kontribusi masyarakat kita.

 

Yang ketiga, masih berkaitan dengan demokrasi dan pembangunan, karena kalau kita lihat judul di sini, kesejahteraan ini kita wujudkan melalui pembangunan. Pembangunan ekonomi yang menjadi pilar dalam pembangunan, juga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 

Yang ketiga, kedua misi penting itu, pembangunan dan demokrasi haruslah berada dalam satu keseimbangan. Pembangunan demokrasi, politik dan ekonomi tidak boleh satu terlalu jauh meninggalkan yang lain sehingga tidak simetris, sehingga tidak seimbang. Kalau tidak seimbang, pengalaman di banyak negara, termasuk pengalaman kita di waktu yang lalu menimbulkan ketidakpuasan, memunculkan instabilitas, misalnya pembangunan ekonomi menjadi prioritas, rakyat tidak diberikan ruang untuk mengekspresikan kebebasan, pilihan-pilihannya, pikiran-pikirannya. Maka, ternyata tidak berkelanjutan. Krisis terjadi. Demikian juga kalau hanya mengedepankan freedom, kebebasan, Hak Asasi Manusia, demokrasi, itu sendiri, kemudian pembangunan tidak dapat dilaksanakan, ekonomi tidak berjalan, kesejahteraan tidak meningkat, maka negara itu juga tidak bisa bertahan dengan keadaan atau kehidupan nasional seperti itu. Kita sendiri punya pengalaman, negara lain juga demikian. Mari kita pastikan ke depan ini, antara pembangunan untuk kesejahteraan dengan demokrasi yang bernafaskan kebebasan itu berjalan seiring.

 

Tiga hal itulah yang ingin saya ingatkan seolah-olah tidak terkait langsung dengan RPJMN 2010-2014, tetapi dalam praktik, dalam kehidupan kita di seluruh Indonesia, kita akan menghadapi fenomena, realitas, dan tantangan-tantangan seperti itu.

 

Saudara-saudara peserta Musrenbangnas yang saya cintai,

 

Saya ingin mengingatkan bahwa dalam pidato saya di depan Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, periode yang lalu, pada tanggal 19 Agustus 2009, waktu itu, saya kedepankan 6 kebijakan dan juga strategi dalam pembangunan 5, 10 tahun mendatang. Sebelumnya, saya berpidato di depan DPR RI yang intinya, saya kedepankan bahwa bangsa ini akan memasuki era reformasi gelombang kedua. Reformasi gelombang pertama, 10 tahun pertama sudah kita lakukan dengan hasil yang kita nikmati, dengan kekurangan-kekurangan yang masih ada, kita bertekad 10 tahun mendatang kita lakukan reformasi gelombang kedua. Melanjutkan, meningkatkan yang sudah kita capai, kemudian melakukan koreksi, perbaikan terhadap hal-hal yang kita anggap tidak tepat. Itulah hakikat dari reformasi gelombang kedua. Nah, khusus yang berkaitan dengan pembangunan, saya mengatakan ada 6 kebijakan dan strategi dasar dalam pembangunan, yang saya sebut dengan pembangunan untuk semua, development for all, 6 butir itu saya ingatkan karena relevan sekali dengan apa yang akan kita laksanakan bersama lima tahun mendatang.

 

Pertama, strategi pembangunan kita haruslah bersifat inklusif. Inklusif itu ya adil, ya merata, tidak boleh hanya satu bagian saja yang berhasil, yang maju. Apakah daerah, apakah kelompok masyarakat atau apa pun. Kalau kita ingin mencapai pertumbuhan 7% pada tahun 2014, maka akibat pertumbuhan GDP 7% itu, maka berkurangnya pengangguran, berkurangnya kemiskinan, berkembangnya ekonomi-ekonomi lokal, dan kemajuan-kemajuan lain yang kita harapkan haruslah sekali lagi betul-betul adil dan merata dan dapat dirasakan, dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Ini kewajiban kita yang paling utama, memastikan pembangunan lima tahun mendatang adalah bersifat inklusif berarti adil, berimbang, dan merata.

 

Yang kedua, ini sebagai koreksi terhadap pembangunan di waktu yang lalu, yang kurang mempertimbangkan aspek yang berbeda di daerah dan telah kita koreksi di era reformasi ini, dengan sistem otonomi daerah, maka kebijakan dan strategi kedua, pembangunan haruslah berdimensi kewilayahan. Tidak akan sama satu wilayah dengan wilayah yang lain. Provinsi daratan akan berbeda kebijakan dan strateginya dengan provinsi kepulauan. Jawa akan berbeda dengan Sumatera, dengan Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, misalnya. Jadi, dimensi kewilayahan dengan keunggulannya, dengan potensinya, dengan kondisinya, perlu dipertimbangkan secara baik agar rencananya lebih realistis, implementasinya pun lebih efektif.

 

Yang ketiga, Saudara-saudara adalah, negara kita luas 8 juta km2 seluruh wilayahnya, kurang lebih, 2 juta km2 daratan dan 6 juta km2 lautan. Dengan sebaran pulau besar dan pulau kecil yang membentang, sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini memerlukan pengintegrasian ekonomi secara nasional yang baik. Kalau kita menjadi satu kesatuan ekonomi nasional yang kuat, strong, stronger untuk 5 tahun mendatang. Maka, posisi tawar kita dalam globalisasi dengan percaturan perekonomian dunia, secara geoekonomi kita pada posisi yang lebih kuat, lebih berdaya saing. Oleh karena itu, kita harus mengintegrasikan, menyatukan potensi-potensi ekonomi yang ada di daerah menjadi satu kesatuan geoekonomi secara nasional, untuk kita gunakan sebagai modal atau capital bagi pengembangan lebih lanjut lagi.

 

Yang keempat, Saudara-saudara, adalah setelah kita melihat secara utuh, maka ekonomi-ekonomi lokal harus betul-betul dikembangkan. Para gubernur, bupati, dan walikota memiliki kewenangan yang luas. Ada desentralisasi fiskal, Saudara paling tahu kondisinya, mana yang plus mana yang minus, mana yang menjadi opportunity, menjadi peluang. Kita berharap dengan rancangan pembangunan yang baik, dengan implementasi yang baik, dengan sinergi yang baik, Saudara bisa mengembangkan ekonomi lokal masing-masing. Saya sudah menjelaskan di Palangka Raya, misalnya, bagaimana para gubernur dibantu oleh para bupati dan walikota nanti mengangkat ekonomi provinsinya masing-masing, ekonomi lokalnya masing-masing.

 

Kemudian, yang kelima Saudara-saudara, ini klasik sebetulnya, tapi saya ingatkan kembali bahwa dalam konsep pembangunan untuk semua, development for all, itu perlu dijaga keserasian antara pertumbuhan dan pemerataan, growth with equity. Ingat, negara lain juga banyak yang memiliki kesalahan. Barangkali negara kita, di waktu yang lalu ada kesalahan-kesalahan kita juga. Kalau kita hanya mengejar pertumbuhan, economic growth, bisa 7%, 8%, 9%, tapi apa artinya pertumbuhan yang tinggi itu kalau kesenjangannya itu lebar. Kalau yang maju tidak semua, kalau yang merasakan hasil pembangunan hanya sebagian saja. Oleh karena itulah, strategi pembangunan ekonomi yang telah kita tetapkan sejak tahun 2004 masih berlaku, masih relevan. Ada 3, yaitu pro growth, kita harus mencapai 7%, 2014, itu sasaran kita. Mari kita capai dengan sekuat tenaga agar dengan pertumbuhan 7% itu, kita berbuat lebih banyak lagi. Untuk yang kedua, pro job, kalau terjadi pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja tercipta, pengangguran berkurang. Dan yang ketiga, akibatnya, orang yang menganggur, ekonomi yang tumbuh, sumber dayanya lebih lanjut, pendapatan lebih banyak, kita alokasikan pendidikan, kesehatan, usaha kecil, mikro, menengah dan sebagainya. Maka, pro poor policy atau pembangunan yang mengurangi kemiskinan akan terjadi.

 

Itu implementasi dari growth with equity, pertumbuhan disertai pemerataan, yang sudah kita jalankan, yang hasilnya sudah mulai nampak. Saya sering bertemu dengan para gubernur, beliau mengatakan kepada saya tentang pertumbuhan di masing-masing provinsi, tentang pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, inflasi dan sebagainya. Saya gembira karena ternyata hampir semua provinsi mengalami kemajuan yang baik minus tahun terakhir ini karena memang dunia sedang mengalami resesi sejak akhir tahun lalu dan tahun ini. Tetapi sebelum itu, saya melihat tren yang positif dari masing-masing daerah di dalam segi pertumbuhan, penciptaan lapangan pekerjaan maupun pengurangan kemiskinan.

 

Saudara-saudara,

 

Sedangkan yang keenam atau yang terakhir masih menyangkut strategi dan kebijakan pembangunan untuk semua adalah yang kita ingin tuju kualitas manusianya. Jangan keliru di dalam berorientasi. Infrastruktur penting, maha penting, apakah listrik, apakah jalan, apakah jembatan, apakah pabrik, apakah gedung-gedung, semua penting, sarana transportasi karena itu bisa menggerakkan perekonomian, itu bisa menciptakan keadilan tapi jangan lupa bahwa di atas segalanya, kalau kita harus menguji one by one, satu demi satu, datanglah para bupati, para walikota, ajak camatnya, ajak kepala desanya, datang ke desa-desa, apakah ada perubahan tiap tahun yang dirasakan oleh mereka itu.  Pendidikannya misalnya, kesehatannya, apakah bisa menabung, dan sebagainya. Mereka lah rakyat kita. The quality of life of the people. Kualitas kehidupan rakyat kita. Itu ukuran yang paling sejati. Kalau yang lainnya benar tadi, pasti orang seorang, tahun demi tahun, kecuali ada krisis, akan meningkat kesejahteraannya, lahir dan batin.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Setelah saya jelaskan ketiga hal itu. Pertama tadi adalah tema besar dari pembangunan kita lima tahun mendatang. Yang kedua, saya ingatkan korelasi antara pembangunan dan demokrasi. Dan yang ketiga, saya ingatkan kembali apa yang telah saya pidatokan ke hadapan rakyat Indonesia di mimbar Sidang Paripurna DPD waktu itu. Saya ingatkan kembali bahwa kita telah menetapkan 45 program untuk 5 tahun, termasuk 15 program prioritas untuk dilaksanakan 100 hari pertama ini.

 

Saya tidak akan mengulangi satu demi satu, karena pada proses dialog, musyawarah, interaksi Pusat-Daerah, Daerah-Daerah, melibatkan para pakar, melibatkan para aparat pemangku hajat yang lain, dunia usaha, Saudara saya kira akan bisa menemukan pilihan yang paling baik, dituangkan dalam rencana yang paling tepat, dan kemudian dijalankan bersama-sama dengan penuh rasa tanggung jawab. Ingat, accountability, responsibility sangat penting bagi kita pelaku demokrasi dan juga pemimpin-pemimpin pembangunan.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan semuanya itu, harapan saya besok Saudara Wakil Presiden, Pak Boediono, dengan para Menteri Koordinator, para menteri yang lain bisa masuk dalam substansi-substansi yang telah dipersiapkan. Apakah yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, apakah yang berkaitan dengan perekonomian, dan apakah yang berkaitan dengan politik, hukum, dan keamanan. Saya mendengar pandangan-pandangan, usulan-usulan cerdas dari para gubernur, barangkali dari para bupati, walikota juga demikian, Pemerintah Pusat dengarkan apa yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Sebaliknya, ketika Pemerintah Pusat menjelaskan constraint, kendala, baik APBN maupun sumber daya yang lain, apalagi di masa krisis global sekarang ini, saya berharap pimpinan daerah juga mengerti. Dengan demikian, dari apa yang kita miliki itulah, kita membuat rencana. Apakah rencana yang kita buat ini pasti kita jalankan persis dengan rencana itu, A, B, C, D, E, F, G, H, tidak. Sepanjang jalan, entah tahun depan, tahun depannya lagi barangkali akan ada perubahan-perubahan, revisi, adjustment, itulah perlunya RKP, itulah perlunya APBN dan APBD. Tetapi, kita harus punya long term objective, medium term objective. Sepuluh tahun lagi Indonesia, kita harapkan berada dimana? Itulah visi. Lima tahun mendatang seperti apa negara kita? Itulah pandangan jangka menengah. Dari posisi ini kita berangkat, berbenah, merancang, menjalankan, melakukan pengawasan bersama, termasuk koreksi dan perbaikan. Itulah sesungguhnya yang disebut dengan perencanaan pembangunan yang nanti akan dituangkan dalam pelaksanaan pembangunan yang akan kita jalankan secara bersama.

 

Saudara-saudara,

 

Itulah yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini. Saya tidak akan masuk pada urusan yang operasional, yang teknis, angka-angka. Silakan besok pada saatnya dibahas dengan seksama, dan nanti hari ketiga saya akan mendapatkan laporan dari Wakil Presiden dari Kepala Bappenas tentang output dari musyawarah ini. Dan harapan saya karena sudah kita musyawarahkan, mari kita jalankan secara bersama. Kita semua bertanggung jawab untuk rakyat kita. Selamat bertugas, selamat berjuang, Tuhan beserta kita. Dan akhirnya, Saudara-saudara, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, seraya mengucapkan bismillaahirrahmaanirrahiim, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Sekian.

 

Wassalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI