Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Bali Democracy Forum ke-2, Nusa Dua-Bali, 10-12-09

 
bagikan berita ke :

Kamis, 10 Desember 2009
Di baca 901 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PEMBUKAAN BALI DEMOCRACY FORUM KE-2

DI HOTEL GRAND HYATT, NUSA DUA, BALI

PADA TANGGAL 10 DESEMBER 2009

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

Om swastyastu,

 

Yang Mulia, Sultan Haji Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam,

 

Yang Mulia, Yukio Hatoyama, Perdana Menteri Jepang,

 

Yang Mulia, Kay Rala Xanana Gusmao, Perdana Menteri Timor Leste,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Pertama-tama, ijinkanlah saya, atas nama Pemerintah dan rakyat Indonesia, mengucapkan selamat datang kepada Yang Mulia dan para tamu terhormat di Pulau Bali yang indah dan damai ini, untuk menghadiri Pertemuan Bali Democracy Forum ke-2.

 

Satu tahun yang lalu, di Pulau Bali ini, kita mulai menyelenggarakan Pertemuan Bali Democracy Forum pertama, sebuah pertemuan yang membahas demokrasi dari berbagai sisi dan sudut pandang. Dalam pertemuan yang bersejarah itu, tanpa memandang latar belakang sejarah masing-masing, kita bertekad untuk membangun dan meningkatkan kapasitas politik masing-masing, untuk diabdikan bagi kepentingan rakyat.

 

Saya sungguh berbesar hati, bahwa semangat dan optimisme kita tetap menyala pada pertemuan kedua ini. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah negara peserta maupun pengamat, yang hadir dalam Bali Democracy Forum ini. Ini semua merupakan pertanda yang baik bagi pengembangan dan masa depan demokrasi di Asia.

 

Forum ini tidak dirancang untuk mendebatkan sistem demokrasi mana yang terbaik, atau untuk mencari definisi yang baku mengenai demokrasi. Kita tahu, tidak ada demokrasi yang sempurna. Demokrasi di manapun dan apapun coraknya, merupakan proses yang terus berkembang secara dinamis dan tidak pernah selesai. Tujuan utama Bali Democracy Forum adalah untuk membangun dialog dan kerja sama internasional dan regional di bidang demokrasi.

 

Kita membentuk forum ini untuk saling belajar, dari pengalaman masing-masing, dalam menjalankan demokrasi. Dan Asia, sesungguhnya, kaya dengan pengalaman-pengalaman ini. Karena itulah, saya ingin menyampaikan penghargaan kepada Institute for Peace and Democracy yang sejak dibentuk tahun lalu telah aktif mengadakan berbagai kegiatan, antara lain berupa seminar, lokakarya, dan pertemuan kelompok ahli, dialog antarpakar, serta pengkajian. Let us give them a big hand of appreciation.

 

Di Indonesia sendiri, tahun ini adalah tahun yang istimewa dalam kehidupan berdemokrasi, dengan adanya dua peristiwa politik yang besar yaitu pemilihan Anggota Parlemen pada bulan April dan pemilihan Presiden pada bulan Juli.

 

Dalam kedua peristiwa akbar tersebut, rakyat Indonesia menunjukkan animo yang luar biasa untuk menentukan masa depan bangsanya. Pemilu tersebut diikuti oleh sekitar 128 juta pemilih atau setara dengan 84% dari total pemilih. Hal ini membuktikan bahwa setelah tiga kali melaksanakan pemilihan umum, kepercayaan rakyat terhadap sistim demokrasi semakin besar. Dalam suatu survei yang diadakan oleh Lembaga Survey Indonesia, LSI, tercatat sekitar 90% percaya bahwa bangsa dan negara berada dalam arah yang benar. Ini merupakan bukti bahwa demokrasi telah secara sadar diterima dan menjadi bagian penting dari kehidupan bangsa Indonesia.

 

Era demokrasi dan reformasi Indonesia kini telah berusia 11 tahun. Proses ini sama sekali tidak mudah, tetapi penuh dengan rintangan dan pasang surut. Namun kami bersyukur karena dalam proses yang labil ini, para pemimpin bangsa memiliki kesadaran dan niat yang baik, dapat bekerja sama, seraya mencari konsensus dan kompromi, berani mengambil keputusan-keputusan yang sulit, dan selalu berupaya mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara positif. Dalam perkembangannya, setelah mengalami masa yang penuh gejolak, demokrasi Indonesia kini mencapai suatu equilibrium yang baru, yang relatif stabil, dan dinamis.

 

Kami, rakyat Indonesia, belajar banyak dalam masa transisi, reformasi, dan demokratisasi yang penuh dengan suka dan duka. Kami juga bersyukur bahwa dalam perkembangannya, kehidupan demokrasi yang makin mekar ini juga disertai dengan pembangunan ekonomi yang makin berhasil, politik yang makin stabil, serta good governance dan rule of law yang makin terwujud.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Tema Forum Demokrasi Bali tahun ini adalah Demokrasi dan Pembangunan. Saya ingin menyampaikan, bahwa meskipun demokrasi dan pembangunan adalah dua hal yang berbeda, namun kedua konsep ini saling terkait. Pembangunan tanpa demokrasi akan timpang, sebaliknya demokrasi tanpa pembangunan akan hampa. Dengan demikian, demokrasi dan pembangunan adalah dua proses yang dapat saling memperkuat.

 

Saya yakin, Saudara-saudara, para peserta forum ini akan dapat membahas keterkaitan dan sinergi antara demokrasi dan pembangunan. Dan saya yakin pula, Saudara tentu memiliki cara pandang dan pengalaman yang berbeda-beda sesuai dengan keunikan situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing.

 

Sehubungan dengan itu, perkenankanlah saya menyampaikan beberapa pemikiran mengenai demokrasi dan pembangunan yang barangkali dapat dijadikan salah satu bahan pembahasan.

 

Pertama, baik demokrasi maupun pembangunan menuntut akuntabilitas para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Setiap pemimpin yang mendapatkan mandat dari rakyat harus bekerja sangat keras untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat, melalui wahana demokrasi dan pembangunan. Inilah esensi dari tata kelola pemerintahan yang baik.

 

Kedua, apapun sistem politiknya, pembangunan dan demokrasi harus memberikan ruang bagi partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Setiap masyarakat di manapun selalu mempunyai harapan, aspirasi, dan pilihan. Tugas para pemimpin, baik di pemerintahan maupun parlemen, adalah mencari cara yang terbaik untuk menangkap aspirasi dan harapan rakyat, dan selanjutnya berjuang dan berupaya untuk memenuhi harapan-harapan itu.

 

Ketiga, kita juga harus menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan politik. Jangan sampai yang satu tumbuh terlalu jauh melampaui yang lain karena akan menimbulkan ketidakpuasan dan instabilitas. Di waktu yang lalu, Indonesia pernah mengalami situasi seperti itu. Dalam suatu keseimbangan, kita dapat mencapai sinergi. Melalui demokrasi, pembangunan menjadi inklusif dan adil. Melalui pembangunan, demokrasi menjadi lebih stabil dan berkesinambungan. Kita harus ingat, bahwa baik pembangunan maupun demokrasi mesti menghasilkan manfaat yang nyata bagi rakyat. Manfaat yang luas, adil, dan merata.

 

Di sisi lain, demokrasi dan pembangunan pada intinya adalah proses pemberdayaan. Pemberdayaan untuk seluruh lapisan masyarakat, terutama pemberdayaan bagi mereka yang lemah, yang kecil, yang terpinggirkan, dan yang terbelakang.

 

Saudara-saudara,

 

Dalam kaitan ini, saya melihat adanya hikmah dan pelajaran penting dari krisis finansial global dewasa ini karena krisis itu memaksa dunia internasional untuk melakukan restrukturisasi ekonomi yang lebih demokratis. Salah satu manifestasinya adalah semakin mengemukanya tuntutan terhadap konsep inclusive growth, yang bergulir sejak dilontarkan oleh forum G-20, dan yang juga aktif didukung oleh Asian Development Bank. Inclusive growth memberi perhatian besar pada pembangunan yang merata, dan kepada kelompok-kelompok yang lemah dan kecil. Konsep ini telah menjiwai kerja sama ASEAN dan juga telah diadopsi di forum APEC.

 

Di Indonesia sendiri, sejak lima tahun yang lalu, saya telah menetapkan sebuah strategi pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada pertumbuhan disertai pemerataan, atau growth with equity. Dalam penjabarannya, strategi ini memilik tiga jalur, yaitu pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Saya yakin triple track strategy inilah yang sesuai dengan situasi di negara berkembang yang masih menghadapi permasalahan kemiskinan dan pengangguran.

 

Pada akhirnya, Saudara-saudara, esensi dari demokrasi dan pembangunan adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Baik sebagai hamba Tuhan, maupun sebagai insan sosial.

 

Manusia berasal dari Sang Pencipta yang membuatnya sejajar dengan sesamanya. Dengan demikian, dia memiliki nilai yang tidak dapat diberi harga oleh pasar manapun. Dia memiliki hak yang tidak dapat dihilangkan oleh pemerintahan manapun. Dan dia juga memiliki tanggung jawab yang tidak dapat diganti oleh kekuasaan manapun.

 

Tentu saja, membahas demokrasi dan pembangunan, antara ekonomi dan politik, akan memiliki cakupan yang luas. Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, sejarah dan pengalaman pembangunan masing-masing bangsa juga berlain-lainan. Banyak yang berpendapat bahwa demokrasi itu bukanlah tujuan akhir. Yang menjadi tujuan akhir bagi demokrasi dan juga pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan rakyat lahir dan batin. Kesejahteraan yang menghadirkan rasa keadilan yang sejati.

 

Saya sungguh berharap, di forum ini, Forum Demokrasi Bali, Saudara-saudara saling dapat berbagi pandangan dan pengalaman tentang demokrasi, pembangunan, dan kesejahteraan rakyat.

 

Akhirnya, Saudara-saudara, dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Forum Demokrasi Bali ke-2, dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Terima kasih.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Om santi santi santi om,

 

 

                                 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI