Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Kongres Sepak Bola Nasional, 30 Maret 2010

 
bagikan berita ke :

Selasa, 30 Maret 2010
Di baca 979 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PEMBUKAAN KONGRES SEPAK BOLA NASIONAL

TANGGAL 30 MARET 2010

DI GOR KEN AROK, MALANG

 

 

Bismillahirrahmanirrahmanirohim,

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Hadirin yang saya muliakan, para pecinta sepak bola yang saya cintai, dan saya banggakan, termasuk para supporters dari seluruh Indonesia.

 

Saya bangga atas semangat kalian semua. Semoga dengan semangat yang tinggi, sepak bola Indonesia kembali berjaya di waktu yang akan datang, Alhamdulillah. Ada tiga pertanyaan yang  harus kita jawab, Saudara-saudara. Pertama; mengapa kita berkumpul di tempat ini? Jawabannya adalah kita ingin menyatukan tekad dan langkah untuk memajukan sepak bola di negeri kita. Pertanyaan kedua; apakah sepak bola kita bisa bangkit dan berjaya kembali? Jawabannya Insya Allah bisa. Kita harus yakin dan optimis bahwa sepak bola Indonesia akan kembali berjaya, baik di pentas nasional, maupun di pentas dunia. Pertanyaan ketiga; caranya bagaimana? Caranya adalah diperlukan gerakan nasional untuk bersama-sama untuk memajukan sepak bola kita. Sanggupkah Saudara melaksanakan gerakan nasional? Terima kasih.

 

Saya ingin berbagi cerita. Ada tiga cerita yang ingin saya sampaikan kepada Saudara semua. Cerita pertama adalah, pada tahun 2006, Presiden FIFA, Sepp Blatter, didampingi oleh Presiden AFC, Mohamed Bin Hummam berkunjung ke Aceh, tujuannya adalah FIFA membantu masyarakat Aceh yang terkena Tsunami, dengan Nias waktu itu, berjumlah Rp 100 Milliar. Dalam kunjungan itu, Presiden FIFA bercakap-cakap dengan Gubernur Aceh waktu itu. Sekarang gubernurnya menjadi Menteri BUMN yang tadi menandatangani MoU, Saudara Mustafa Abu Bakar.

 

Pak Mustafa Abu Bakar dan Sepp Blatter berdialog. Pak Mustafa bertanya, "Hei, Sepp Blatter, apakah ada hubungannya prestasi sepak bola dunia dengan jumlah penduduk sebuah negara?" Dikatakan "Tidak ada hubungannya. Meskipun jumlah penduduknya ratusan juta, kalau talentanya tidak ada, belum tentu muncul sebagai pemain terbaik dunia." Begitu jawabannya. Pak Mustafa tanya lagi, "Nah, kalau begitu meskipun Indonesia penduduknya 230 juta, apa berarti di masa depan tidak bisa tampil sebagai pemain dunia." Dijawab oleh Sepp Blatter, "Oh, tidak. Justru Indonesia sangat bisa suatu saat berjaya dalam pentas dunia."

 

Mengapa? Kata Presiden FIFA, Indonesia punya talenta, punya kemampuan, punya riwayat, bahwa sepak bolanya pernah berjaya, ditambah penduduknya besar, 230 juta. Apa artinya Saudara-saudara? Benar, bahwa kita punya talenta, penduduk kita besar, tidak ada alasan sama sekali untuk suatu saat, Indonesia tidak menjadi pemain baik pada tingkat dunia. Saya ingin bercerita. Dulu, tahun 1956, ketika Olympic dilaksanakan di Australia, pemain Indonesia bertanding atau bisa menahan sepak bola Rusia dengan nilai 0-0. Dan pemain Rusia waktu itu mendapatkan medali emas dalam pertandingan olimpiade. Waktu dulu pula, Indonesia terkenal dengan sebagai Macan Asia, bukan hanya Macan Asia Tenggara, tetapi Macan Asia. Bahkan pernah Indonesia bermain imbang, waktu itu dengan Manchester United, dengan Ajax Amsterdam, dan dengan tim dari Brasilia. Kalau dulu bisa, masa yang akan datang, dengan gerakan nasional, Insya Allah bisa.

 

Itu cerita yang pertama. Dan saya masih ingat, waktu Presiden FIFA dan Presiden AFC berada di Aceh, saya menelepon beliau dari Merauke. Saya mengundang untuk bertemu saya di Jakarta. Satu tahun setelah itu, ini cerita saya yang kedua, dilaksanakan pertandingan Asia Cup di Jakarta, pada tahun 2007. Masih ingat saudara? Saya pada pertandingan final, antara Irak dengan Saudi Arabia, menyerahkan Piala Kejuaraan Asia Cup kepada tim sepak bola Irak didampingi oleh Presiden FIFA dan Presiden AFC. Saya memohon pada Allah SWT suatu saat, yang diserahkan piala itu, bisa diserahkan kepada tim sepak bola Indonesia.

 

Saya ingin memberi ucapan penghargaan dan terima kasih, Kita ini jarang memuji, lupa berterima kasih. Pada saat itu, sepak bola Indonesia juga bermain baik. Kita menang melawan Bahrain. Kalau tidak salah 2-1. Meskipun kita kalah dengan Saudi Arabia, 1-2. Saya datang menemui pemain sepak bola. Saya kira masih ingat. Saya tunggui melawan Korea Selatan. Meskipun kita 0-1, tetapi saya bangga, pada saat itu kita berjuang habis-habisan dan bisa mendapatkan 0-1. Saya telepon Pak Nurdin Halid, saya bicara sama semua pemain sepak bola. Meskipun Saudara kalah, saya bangga karena Saudara tadi berjuang dengan baik. Artinya, tahun 2007 pun ada tanda-tanda bahwa kita bisa meningkatkan prestasi kita dan bisa berjaya di tingkat Asia. Itu cerita saya yang kedua.

 

Nah, cerita saya yang ketiga, kemarin saya menggunakan kendaraan darat dari Surabaya ke Malang, hujan lebat. Sepanjang jalan berdiri para pelajar SD, SMP, para supporter Aremania dan semua supporter, dengan semangat yang tinggi. Saya sangat terkesan. Saya pun terus melambai-lambaikan tangan meskipun diguyur hujan, Kalau begini semangat generasi muda kita, kalau begini semangat supporter kita, tidak lama lagi, Indonesia akan kembali bangkit menjadi pemain yang handal di tingkat dunia.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mau mengecek apakah Aremania ada di sini? Ngalamania, Metromania, dan supporter dari seluruh Indonesia? Semuanya itu adalah modal, modal. Jangan disia-siakan modal ini, modal sejarah, modal prestasi, modal semangat, modal sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

 

Saudara-saudara,

 

Dengan tiga cerita itu, akhirnya saya tidak ingin berpanjang lebar, yang ahli Saudara semua, bicarakan nanti dalam kongres bagaimana kita membangkitkan kembali persepakbolaan kita. Saya bukan ahlinya. Saya percayakan penuh pada semua. Tetapi yang penting sebagai Kepala Negara dan sebagai Kepala Pemerintahan, saya harus menyampaikan, pertama; kita ingin sepak bola Indonesia bangkit dan jaya kembali di Asia dan di dunia. Itu ingin yang pertama. Ingin yang kedua; kita ingin kita semua bersatu, jangan bertengkar, agar kita benar-benar bisa memajukan sepak bola kita. Keinginan yang ketiga, kita ingin melakukan evaluasi, yang sudah baik teruskan, yang belum baik koreksi, perbaiki, dan sempurnakan.

 

Saya berharap melalui Kongres ini bisa dihasilkan apa yang belum baik, dan apa yang sudah baik, untuk kemudian disampaikan dalam rekomendasi. Keinginan yang keempat, kita ingin membantu PSSI agar betul-betul lebih berhasil lagi di waktu yang akan datang. Keinginan yang kelima atau yang terakhir, dengarkan baik-baik, dengan memohon ridho Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Bangsa Indonesia ingin lima tahun lagi sepak bola Indonesia menjadi Macan Asia Tenggara, sepuluh tahun lagi sepak bola Indonesia menjadi Macan Asia, dan kemudian dunia. Lima tujuan mulia itu, bukan sesuatu yang mustahil untuk kita capai. Insya Allah bisa kita capai dengan baik. Dan akhirnya, saya menunggu selesai Kongres ini, ada Rekomendasi Malang, rekomendasi untuk kita semua, semua.

 

Dengan demikian kita bisa bersatu padu untuk, sekali lagi, memajukan sepak bola kita. Pemerintah akan merespon dengan baik rekomendasi dari saudara-saudara semua. Dan saya senang menyampaikan tiap tahun akan kita perebutkan Piala Presiden, yang akan kita desain dengan bagus, dan menjadi momentum kebangkitan kembali melalui kompetisi yang kita laksanakan. Saya sendiri bersama dengan pejabat Negara akan menyaksikan nanti setiap final dari perebutan Piala Presiden yang setiap tahun kita laksanakan.

 

Itulah Saudara-saudara, mari sekali lagi kita bangkit, kita maju merebut kembali kejayaan kita pada tingkat nasional, Asia, maupun pada akhirnya nanti dunia. Dengan ajakan dan harapan itu, maka dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Kongres Sepak Bola Nasional dengan resmi saya nyatakan dibuka. Terima kasih.

 

Wasssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI