Sambutan Presiden RI pada Penganugerahan Gelar Adat Bali, 23 Maret 2014

 
bagikan berita ke :

Minggu, 23 Maret 2014
Di baca 888 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PENGANUGERAHAN GELAR ADAT BALI

“SEMETON TAMIU UTAMA”

TAMPAKSIRING, BALI

TANGGAL 23 MARET 2014

 

 

Om Swastiastu,

Yang saya hormati, para Menteri  dan Anggota DPR RI,

Saudara Gubernur Bali beserta para pejabat negara dan pemerintahan yang bertugas di Bali, baik dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maupun TNI dan Polri,

Yang saya muliakan, para Pemuka Agama dan Pemuka Adat, yang saya cintai dan saya muliakan Bendesa Pakraman Tampaksiring,

Hadirin sekalian yang saya cintai dan muliakan,

Alhamdulillah, pada malam hari ini, malam yang indah dan semoga penuh berkah, kita dapat berkumpul di tempat yang bersejarah ini untuk menyaksikan, sebenarnya penganugerahan kepada saya dan istri, sebuah kehormatan yang tentu dengan rasa syukur dan sukacita kami terima, yaitu sebagai “Semeton Tamiu Utama”.

Sekali lagi dengan penuh rasa syukur, Bapak-Ibu, para Pemuka Adat dan Pemuka Agama, saya dan istri menerimanya dengan penuh kehormatan dan kebanggaan. Insya Allah kehormatan ini akan kami pertanggungjawabkan demi masa depan Desa Pekraman Tampaksiring yang insya Allah makin ke depan akan makin maju dan sejahtera.

Saya juga mengucapkan terima kasih atas doa yang tulus dari para Pemuka Agama dan Pemuka Adat tadi, yang mendoakan agar saya bisa mengakhiri masa bakti saya sebagai Presiden  Republik Indonesia dengan selamat dan menuntaskan masa bakti kami, dan seterusnya kami pun selalu mendapatkan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya, sekali lagi, dengan tulus mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang membalas jasa baik Bapak-Bapak yang mendoakan kami tadi, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ketua Panitia, yang sama-sama telah kita dengar tadi.

Saya dan istri selama hampir 10 tahun ini, memang benar amat sering berkunjung, bahkan berkantor di Istana Tampaksiring. Pertama-tama, memang kami sangat mencintai Istana Tampaksiring ini, dan saya ingin tempat yang dibangun oleh Presiden Pertama kita, Bung Karno, terus dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya, baik untuk kegiatan kenegaraan, kegiatan pemerintahan, maupun kegiatan sosial. Saya kira lebih dari 30-40 kali melaksanakan kunjungan ke Istana Tampaksiring ini dengan berbagai kegiatan. Misalnya beberapa kali ada kunjungan Tamu Negara dan kami laksanakan pertemuan bilateral di Tampaksiring itu. Kemudian, ada sidang-sidang kabinet yang kami laksanakan juga di Istana Tampaksiring.

Saya masih ingat, beberapa minggu setelah saya menjadi Presiden, saya ingin betul kepariwisataan di Bali segera bangkit karena ada musibah aksi terorisme pada tahun 2002 dan kemudian 2005, maka saya masih ingat Pak Jero Wacik sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dahulu, tentu beserta sejumlah menteri dan sejumlah pejabat terkait melaksanakan Sidang Kabinet Pertama tentang upaya peningkatan pariwisata di Indonesia, khususnya di Bali, kita laksanakan di Tampaksiring.

Dan alhamdulillah, sejak itu kepariwisataan di Bali pulih kembali, dan bahkan di bawah kepemimpinan Bapak Gubernur, Bapak Made Mangku Pastika, sekarang peningkatannya amat tajam, banyak sekali aktivitas atau international events yang kita laksanakan di Bali. Dari Tampaksiring inilah kita gagas dan kembangkan.

Bapak-Ibu masih ingat dahulu, saya ulangi, saya kira Bapak dan Ibu juga ingat, setelah tahun 2002, hubungan kita dengan Timor-Leste ada masalah, belum pulih benar. Adalah di Tampaksiring ini, pertama-tama saya bersama Presiden Timor-Leste waktu itu, Xanana Gusmao, bersepakat untuk mengakhiri sisa konflik bilateral antara Indonesia dengan Timor-Leste dan kami memilih untuk membentuk satu komisi yang disebut dengan the Commission of Truth and Friendship, kebenaran dan persahabatan. Dan, kami terus terang tidak setuju dan menolak prakarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa serta negara-negara barat untuk menyelesaikan sisa masalah Indonesia dengan Timor-Leste, dengan cara-cara yang mereka tentukan. Di Tampaksiring inilah sebagai saksi sejarah, baik Presiden Xanana maupun saya sendiri bertekad untuk menyelesaikan masalah itu secara bilateral, secara damai, secara terhormat, dan lebih melihat ke depan. Akhirnya sisa konflik yang menjadi perhatian dunia bisa kita akhiri, selesai sudah sekarang konflik kita dengan Timor-Leste, dan pikiran dasarnya pertemuan pertama kita laksanakan di Tampaksiring.

Para pejabat tentu mengenal yang disebut Masterplan Percepatan Pembangunan, Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, yaitu satu inisiatif, satu rencana besar untuk membangun infrastruktur atau untuk melakukan investasi besar-besaran di seluruh Indonesia. Sasaran kita, sejak tahun 2011 hingga tahun 2025 itu bisa dialokasikan Rp.4000 triliun untuk membangun semua infrastruktur di seluruh Tanah Air; bandara, pelabuhan, jembatan, jalan-jalan raya, irigasi, dan sebagainya, Rp.4000 triliun. Alhamdulillah hingga saat ini sudah kita keluarkan Rp.800 triliun lebih. Kita berharap sisa tahun 2014 ini masih bisa kita tingkatkan dan harapan saya pemerintahan yang baru nanti, Presiden baru nanti, bisa melanjutkannya sehingga tahun 2025 betul-betul dibangun infrastruktur besar-besaran di seluruh Indonesia, konektivitasnya ditingkatkan dan membuat ekonomi semua wilayah Indonesia akan tumbuh dan bangkit.

Berbicara MP3EI tadi, berbicara tentang kebijakan dan rencana besar tadi, Tampaksiring adalah tempat untuk penggodokan rencana awalnya. Jadi boleh tepuk tangan, ini juga menjadi saksi sejarah. Tentu masih banyak lagi peristiwa-peristiwa penting yang kami laksanakan di Tampaksiring.

Secara pribadi, saya tadi berbicara dengan Pak Gubernur, Bali ingin mengukir sejarah. Pada tahun 2007, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tentunya kita sebagai tuan rumah dan merupakan usulan saya untuk melaksanakan yang disebut Konferensi  Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim. Bangsa-bangsa sedunia ingin, karena terjadi pemanasan global dan terjadi perubahan iklim, maka bencana sering terjadi di seluruh dunia. Biang keladinya karena manusia sedunia itu ceroboh dan tidak pandai merawat dan melestarikan lingkungannya.

Ini tentu bertentangan dengan falsafah yang luar biasa yang muncul dari tanah Bali ini, yaitu Tri Hita Karana. Oleh karena itulah, ketika kita mengusulkan pertemuan di Bali itu, banyak yang bertanya: Apa bisa Indonesia? Apa bisa Bali? Karena negara-negara yang maju macet, pertemuannya kandas, deadlock? Oleh karena itu, kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, waktu itu bulan Desember 2007, di Bali inilah dilaksanakan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim dan hasilnya sangat gemilang.

Dari Bali ini dihasilkan yang disebut Bali Roadmap, yang itu akhirnya membuka jalan bagi konferensi-konferensi berikutnya lagi sehingga dunia, insya Allah, akan segera memiliki protokol baru yang harus dilaksanakan oleh semua bangsa-bangsa untuk memelihara iklim dan alam semesta serta lingkungannya.

Yang ingin saya ceritakan adalah, dalam Konferensi PBB itu, ada sebuah lagu yang berjudul Save Our Planet, artinya selamatkan bumi kita, selamatkan planet kita, yang itu dibawakan pada saat pembukaan konferensi PBB  itu dan kemudian cd-nya dibagi-bagikan. Saya mendengar feed back bahwa mereka senang mendengarkan lagu itu dan yang jelas ada kata-kata “Bali”.

Tetapi begini, waktu saya berangkat dari Jakarta karena lagu itu alhamdulillah saya yang menciptakan, berangkat dari Jakarta menuju ke Bali, terbang, lagu itu bait pertama sudah selesai, bait kedua sudah selesai, reffrain-nya belum selesai. Jadi saya sambil terbang itu mencari ilham bagaimana bagusnya reffrain-nya. Begitu mendarat di Bali, dalam perjalanan dari Bali ke Tampaksiring inilah saya mendapatkan ilham dari Yang Maha Kuasa dan terciptalah reffrain dari lagu itu dan kemudian sampai di istana segera kita coba dengan musik yang lebih lengkap dan terciptalah lagu Save Our Planet. Dan itu juga menjadi saksi sejarah.

Masih ada lagi, ini pengalaman pribadi saya. Saya lupa kunjungan yang keberapa, sekitar tahun 2006 atau 2007, kebetulan saya dengan Ibu Ani dan sejumlah menteri, teman-teman memakan di Bebek Bengil di Ubud, betul ya? Betul? Bebek Bengil di Ubud. Nah, pulang dari sana itu bulan purnama, itu sekitar jam 8 atau jam 9. Begitu saya masuk ke kompleks Istana Tampaksiring, tiba-tiba ada ilham, ada inspirasi, ada mood saya untuk menciptakan lagu. Saya masih ingat ADC saya bernama Kolonel Laut Didit, sekarang sudah Laksamana Muda, Bintang Dua, saya bilang, “Dit, ambilkan Gitar. Siap. Saya kok tergerak untuk menciptakan lagu”.  Nah di situlah saya memetik gitar, di bawah sinar bulan purnama dan terciptalah satu lagu yang manis berjudul Dendang di Malam Purnama.

Ini adalah, akan saya serahkan kalau malam ini, malam ini, kalau besok  pagi, besok pagi, rekaman lagu itu yang pertama Save Our Planet, dan yang kedua “Dendang di Malam Purnama” karena Tampaksiring menjadi saksi dan justru lagu itu, salah satu diciptakan di sini, satunya lagi dimatangkan di sini.

Bapak-Ibu, Hadirin yang saya cintai,

Masih ada lagi, jadi saya kira semua tahu saya ini suka mencipta puisi dan juga mencipta lagu. Ada kumpulan puisi, ada kumpulan tembang yang disebut dengan tembang untuk bangsa. Tebal, tetapi itu berisi lagu-lagu ciptaan saya dan sekaligus background dari musisi dan penyanyi-penyanyinya, penyanyi-penyanyi top ada di situ, musisi-musisi terkenal juga ada di situ untuk membawakan lagu yang saya ciptakan dan, yang ingin saya sampaikan, insya Allah  akan saya serahkan bukunya untuk Desa Pakraman Tampaksiring ini. Buku itu, terus terang, finalisasi Tembang untuk Bangsa kami laksanakan di Tampaksiring. Foto-fotonya juga ada kapan kami memproses lagu itu, hingga buku itu tercipta menjadi Tembang untuk Bangsa.

Tentu masih banyak lagi, masih banyak lagi kenangan manis kami, kenangan indah kami selama di Tampaksiring dan kami mencintai Tampaksiring, mencintai Bali.

Saya masih ingat, Bapak Ibu, ketika kita mendapatkan musibah tahun 2002, saya masih menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, berkali-kali mondar-mandir ke Bali, 2005 ada musibah lagi, Pak Made Mangku Pastika, waktu itu, bukan hanya Kapolda, tetapi bekerja keras mengungkap siapa pelaku-pelaku aksi terorisme itu. Kami bersumpah waktu itu, kami ingin jangan ada lagi peristiwa-peristiwa itu di Bali yang damai, yang sama-sama kita cintai, yang harusnya menjadi tanah di mana semuanya saling menghargai, saling menghormati sehingga tidak perlu ada kekerasan, apalagi aksi-aksi terorisme itu.

Dan sejak itulah, saya ingin betul ada usaha untuk meningkatkan dunia kepariwisataan di Bali. Tadi di Denpasar kita berbincang-bincang sampai saya meminta para menteri, sebagian besar beliau hadir di sini, kalau dunia bertanya, “Eh siapa yang menjadi tuan rumah dari konferensi ini? Atau seminar itu? Tolong langsung angkat tangan, tawarkan Indonesia”. Kalau mereka tempatnya di mana? Tawarkan Bali. Nah, selama ini, begitu kita tawarkan Indonesia, kita tawarkan Bali, maka hampir semua langsung setuju dan berangkat.

Dan, tahun lalu saja ada namanya APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) Summit, pertemuan puncak yang berhasil kita laksanakan di Bali. Kemudian ada East Asia Summit, ASEAN Summit, banyak sekali. Ini salah satu cara untuk menghidupkan Bali, menghidupkan Indonesia, memasukkan Bali pada radar dunia, meskipun dunia sudah mengenal Bali, tetapi ingin kita mengenal lebih baik lagi.

Saya kira Bapak-Ibu pernah mendengar ada film berjudul Eat, Pray and Love; Eat, Pray Love yang dimainkan Julia Roberts. Di situ kan dikatakan, kalau ingin makan-makan di Italia, kalau ingin berdoa di India, tetapi kalau ingin mendapatkan cinta, mendapatkan kasih, mendapatkan sayang, pergilah ke Bali. Itu Eat, Pray, Love, tetapi, saya kira Pak Mangku dan semua setuju dengan saya, ya kalau ke Bali jangan hanya mencari “love”, tetapi juga “eat”-nya di Bali, “pray”-nya di Bali, mendapatkan kasih sayang juga di Bali. Saya kira Bali punya tiga-tiganya. Mau makanan apa pun kuliner, silakan, mangga, kemudian kalau sembahyang, berdoa, saya kira tanah ini diberkati Tuhan karena masyarakatnya religius, dan silakan berdoa di sini, Tuhan, Allah Subhaanahu wa Ta'ala, akan mendengarnya, dan kemudian yang terakhir kalau ingin mendapatkan kasih sayang, tanah ini saya kira banyak yang bisa didapatkan.

Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang saya cintai,

Saya kira itulah yang ingin saya sampaikan, tetapi sekali lagi, karena saya sudah menjadi warga dari Desa Pakraman, Tampaksiring ini, tentu kewajiban kita, Ibu Ani kita jalankan nanti, sebagai warga dari Pakraman, Tampaksiring ini, dan saya akan terus melanjutkan tugas saya sampai bulan Oktober, masih enam-tujuh bulan, saya akan terus bekerja untuk Indonesia yang kita cintai, untuk Bali yang kita sayangi, tentu membangun negara tidak semudah membalik telapak tangan.

Kita ingat, Bung Karno, Pemimpin Besar kita, memimpin 22 tahun, kemudian berlanjut kepada Pak Harto 32 tahun, kemudian berlanjut kepada Pak Habibie, Gus Dur, dan Ibu Megawati, beliau bertiga memimpin selama enam tahun, dan Alhamdulillah, saya insya Allah 10 tahun, akan datang pemimpin kita yang baru dan begitulah pembangunan akan terus berlanjut. Tetapi pada masa bakti saya, tentunya bersama para menteri, para gubernur ingin berbuat yang sebaik-baiknya, ingin berbuat yang terbaik bagi rakyat kita, dan akan kami laksanakan terus.

Saya berharap pengganti saya nanti, dan akan saya sampaikan kepada beliau, kita belum tahu siapa, hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang tahu sekarang ini, saya akan sampaikan ke beliau yang baik-baik dari apa yang kita lakukan selama 10 tahun ini, tentunya dilanjutkan karena rakyat menyukai, yang belum baik di era saya, tentu perlu diperbaiki. Begitulah hakekat pembangunan dan kesinambungan di dalam kehidupan bernegara kita.

Itulah, Bapak-Ibu, Hadirin sekalian yang dapat saya sampaikan, sekali lagi terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridai pertemuan kita ini, mengabulkan niat kita bersama untuk membangun hari esok yang lebih baik, dan tentunya terima kasih atas penganugerahan sebagai “Semeton Tamiu Utama” kepada saya dan istri.

Sekian, akhirnya kami ucapkan selamat malam.

Om Shanti Shanti Shanti Om

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI