Sambutan Presiden RI pada Penyerahan Citra Bhakti Abdi Negara, 11 Februari 2010 di Istana Negara

 
bagikan berita ke :

Kamis, 11 Februari 2010
Di baca 834 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PAD

PENYERAHAN PIALA CITRA BHAKTI ABDI NEGARA

TANGGAL 11 FEBRUARI 2010

DI ISTANA NEGARA, JAKARTA

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, para pimpinan lembaga pemerintah non kementerian, para gubernur, para bupati, dan para walikota yang berprestasi, yang saya cintai.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Marilah sekali lagi pada kesempatan yang baik dan Insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena atas rahmat dan ridlo-Nya, kita semua masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita, kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Utamanya, untuk bersama-sama meningkatkan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

 

Pada kesempatan yang baik ini pula, atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan selamat kepada Saudara-saudara yang telah mendapatkan tanda penghargaan atas prestasi yang Saudara-saudara ukir untuk diabdikan bagi kepentingan masyakarat luas. Rakyat pasti berterima kasih kepada Saudara, karena layanan publik hakikatnya membawa keadilan bagi masyarakat kita.

 

Oleh karena itulah, mewakili rakyat yang pasti berterima kasih kepada Saudara, saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas peran, jasa, dan capaian-capaian yang Saudara raih. Ada yang mengatakan mencapai sesuatu lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Oleh karena itu, saya berharap semua prestasi ini dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan dari waktu ke waktu.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Kemarin saya menerima pimpinan dan anggota Dewan Tanda Kehormatan. Biasanya dalam pemerintahan baru, presiden-wakil presiden terpilih, itu juga mengangkat pejabat-pejabat, atau meresmikan lembaga-lembaga baru yang oleh Undang-Undang diamanahkan untuk itu. Misalnya Dewan Pertimbangan Presiden, kemudian kemarin Dewan Tanda-tanda Kehormatan. Ketika saya berbicara dengan beliau semua, saya katakan kemarin, marilah kita membangun budaya dan peradaban yang baik di negeri ini. Karena kita merasakan, kita ini kurang pandai berterima kasih. Dan, kurang pandai pula memberikan penghargaan kepada mereka yang patut diberikan penghargaan.

 

Barangkali, kita lebih suka mengatakan yang tidak baik, mencerca, dan bahasa-bahasa yang sejenis. Tetapi sekali lagi sulit untuk berterima kasih dan memberikan penghargaan. Tentu tabiat demikian tidak membawa ketentraman, dan sesungguhnya tidak adil. Yang namanya adil, kalau berbuat kesalahan, alpa dia, patut mendapatkan teguran. Apalagi kalau terlibat dalam pelanggaran kejahatan mesti mendapatkan hukuman. Perangkat ini sudah siap. Ada kepolisian, ada kejaksaan, ada pengadilan, ada badan-badan pengawas; BPK, BPKP, KPK dan sebagainya.

 

Tetapi, ketika putra putri terbaik bangsa berprestasi, ketika abdi negara meraih sesuatu sebagaimana yang Saudara raih hari ini, para pejabat pemerintahan karena kerja kerasnya, juga mencapai prestasi-prestasi tertentu, seringkali kita kurang memberikan perhatian yang sepadan. Oleh karena itulah, sejak tahun 2006 sesungguhnya kita ingin membangun keseimbangan. Ada reward ada punishment, ada penghargaan ada hukuman, begitu singkatnya. Agar sekali lagi, kehidupan ini benar-benar adil. Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh pemerintah, utamanya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, ini salah satu wujud dari upaya membangun budaya dan peradaban yang baik tadi.

 

Saudara-saudara,

 

Saya berharap pemerintahan baik seperti ini juga sampai kepada masyarakat yang Saudara-saudara pimpin. Bisa masuk ke media massa lokal. Ada yang mengatakan good news is no news. Berita baik itu bukan berita. Ada yang mengatakan justru bad news itu good news. Saya kurang setuju. Bad news is bad news. Good news is good news. Maknanya apa? Kalau ada kealpaan, kekurangan, kesalahan, apapun silakan itu, diangkat untuk menjadi pelajaran, untuk tidak dicontoh, agar rakyat juga tahu siapa yang lalai, yang berbuat kesalahan itu. Dan kemudian harapannya, ya sanksi diberikan. Begitu.

 

Tetapi kalau ada good news jangan disembunyikan, jangan malu-malu untuk mewartakan karena itu juga punya dampak yang baik. Rakyat tahu, bisa dicontoh, yang lain termotivasi. "Kalau dia bisa, saya harus bisa. Kalau Pacitan bisa, mengapa Ponorogo tidak bisa?" misalnya begitu. Ini juga membangun rasa bersaing yang positif, positive sense of competition. Kompetisi yang baik itu membikin maju. Kompetisi yang buruk, menghalalkan segala cara, tidak membawa manfaat. Dan harus kita jauhi serta kita tinggalkan.

 

Saya kalau berkunjung ke negara-negara tetangga, terutama negara-negara ASEAN, datang ke kedutaan besar-kedutaan besar, para diplomat kita sering mengeluh kepada saya. "Bapak, kita punya media massa, punya televisi itu ditangkap oleh negara-negara di ASEAN. Saya menyarankan di samping berita-berita yang buruk tentang negeri kita; perkelahian antar kampung, pembakaran, ini-itu. Mengapa sekali-kali juga diangkat yang baik-baik, supaya negara tetangga; Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan sebagainya itu, melihat Indonesia utuh. Ada yang belum baik, ada yang sudah baik. Agar juga persepsi tentang negara kita menjadi utuh, tidak bias." Itu harapan mereka.

 

Karena banyak sekali kita merugi dari segi investasi, dari segi pariwisata, dari segi kerja sama yang lain, takut tayangan. Sampai investasi yang besar, memerlukan untuk ketemu Presiden Republik Indonesia, biar yakin betul bahwa Indonesia itu dalam pengelolaan yang baik. Tidak seperti apa yang dicitrakan di luar negeri, yang sering penuh dengan bias. Ini saya dengar langsung dari para diplomat kita. Dan memang harus begitu.

 

Ada negara yang diangkat yang baik-baik saja. Biasanya media massa atau persnya dikontrol. Itu juga tidak baik. Tidak jujur. Bisa memberikan pandangan yang keliru. Yang baik, yang benar adalah, ada kebebasan, ada freedom of the press, tetapi pers itu sendiri mengangkat segala sesuatunya secara berimbang. Dan ini saya sampaikan kemarin di Palembang, tempatnya Pak Alex Noerdin ketika saya memberikan sambutan pada Hari Pers Nasional, yang dihadiri oleh ribuan insan pers, termasuk para wartawan senior.

 

Kita sendirilah yang harus menceritakan apa adanya, yang baik dikatakan baik, yang tidak baik atau belum baik katakanlah demikian. Tetapi tidak usah khawatir, para gubernur, bupati, dan walikota, andaikata tidak terpublikasikan, andaikata masyarakat tidak tahu, Allah SWT Maha Mengetahui, karena kita hidup itu di dua alam; di dunia dan di akhirat. Insya Allah apa yang Bapak, Ibu, Saudara-saudara lakukan akan menjadi bagian dari kehidupan yang utuh. Dan saya yakin pada kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa dengan Ke-Maha Tahuan-Nya, semuanya dicatat oleh Allah SWT.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Tadi pagi saya mendapat laporan dari para menteri di jajaran perekonomian, termasuk Menteri Keuangan bahwa sudah pasti kita mendapatkan good news dari capaian ekonomi tahuin 2009. Saya belum berani berkata dan mengeluarkan statement, baru hari ini. Karena yang ada hanyalah perkiraan, hanyalah ramalan. Contoh, karena kita alhamdulillah bisa meminimalkan dampak krisis dunia yang terjadi sejak tahun 2008 dan 2009 kemarin, kita berharap bisa mencapai pertumbuhan antara 4,3 % - 4,5 %.

 

Dunia memperkirakan, meskipun Indonesia diuji, tumbuh positif setelah Tiongkok dan India sesama anggota G-20, tetapi angkanya ditaruhnya sekitar 3,5 - 4%. Tentu saja, kita semua termasuk Gubernur, Bupati, dan Walikota saya tahu, dua tahun ini berjuang dan bekerja keras untuk menjaga ekonomi kita di tengah-tengah gejolak dunia yang seperti itu, dan positif sudah bahwa alhamdulillah di tengah-tengah pertumbuhan negatif dari banyak negara, 2009 kemarin kita mencapai pertumbuhan 4,5 %.

 

Bukan hanya itu, inflasi, karena mengukur bukan hanya growth, bukan hanya pertumbuhan, tapi juga inflasi. Atas kerja keras kita semua, Saudara semua angkanya pada kisaran 2,8 % dan itu dalam 30 tahun hanya ada 3 tahun termasuk 2009 yang inflasinya di bawah 3 %. Tolong bisa dijaga secara bersama oleh kita semua. Cadangan devisa, ini tertinggi dalam sejarah, mencapai US$ 66,5 milliar. Kita ingin suatu saat cadangan devisa kita minimal US$ 100 milliar. Dengan demikian lebih aman, lebih luas, kita untuk menghadapi goncangan, baik pada tingkat global maupun pada tingkat regional.

 

Saudara-saudara,

 

Di Palembang juga kemarin, dalam kuliah perdana saya kepada para siswa Sekolah Jurnalistik Indonesia, yang pertama kali didirikan di Palembang dan akan disusul oleh Provinsi-provinsi lain, saya mengatakan, dalam kuliah itu, bahwa Indonesia harus berhasil ke depan ini. Mengapa? Karena kita, dengan ridlo Allah dan dengan kerja keras kita, berhasil mengatasi dua ujian. Ujian pertama; ujian yang maha berat yang dihadapi, dialami, oleh bangsa kita sejak tahun 1998 - 2008, diperkirakan Indonesia akan runtuh, collapse, bubar, tidak terjadi, bertahan kita, survive kita. Dan bahkan reformasi dan apa yang kita lakukan membuahkan hasil, lulus kita pada ujian pertama.

 

Dan yang kedua, alhamdulillah pula kita lulus pada ujian kedua menghadapi resesi perekonomian global dan krisis keuangan dunia sekarang ini. Kalau kita lulus dalam dua ujian yang berat itu, mengapa tidak, kita tidak lulus lagi untuk membangun negeri kita pada lima tahun pertama ke depan ini dan lima tahun-lima tahun berikutnya lagi. Ini harus menjadi keyakinan kita, harus menjadi visi kita, dan sekaligus misi yang harus kita jalankan secara bersamaan.

 

Saudara-saudara,

 

Berulang kali saya sampaikan bahwa lima tahun mendatang pembangunan kita memiliki tiga pilar. Pilar pertama: ekonomi, harus terus meningkat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ekonomi harus tumbuh dan kemudian pertumbuhan itu didistribusikan secara adil. Itulah mengapa saya menggarisbawahi keberhasilan yang harus kita capai di dalam pembangunan ekonomi. Yang kedua: demokrasi yang makin matang, makin bermartabat, dan makin membawa manfaat. Yang ketiga, pilarnya adalah keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan itu harus dirasakan oleh mereka semua, pembangunan untuk semua, development for all. Tiga inilah yang menjadi pekerjaan rumah, menjadi tugas kita bersama.

 

Dengan penjelasan ini, maka, setelah saya menyaksikan sendiri bahwa reformasi birokrasi yang meskipun masih harus kita tingkatkan di tahun-tahun mendatang, tetapi Alhamdulillah birokrasi kita makin baik. Meskipun jangan cepat berpuas diri, belum semuanya baik. Kalau ciri-ciri birokrasi yang baik itu yang responsif, belum semuanya responsif, yang transparan di dalam mengelola pembangunannya, yang akuntabel, segala sesuatu dapat dipertanggungjawabkan, dan yang capable, yang berkemampuan untuk menjalankan manajemen pemerintahan di daerahnya masing-masing. Maka dengan kata-kata saya tadi ada yang sudah baik benar, ada yang baik, ada yang belum baik benar, maka harus kita tingkatkan secara sungguh-sungguh.

 

Pertanyaannya adalah, di samping birokrasi yang mesti baik tadi, apa yang bisa menjamin perekonomian kita lima tahun mendatang tumbuh dengan baik di seluruh Indonesia? Bukan hanya secara nasional, bukan hanya secara sektoral, tetapi juga secara regional. Ada tiga, tolong dicatat oleh Saudara-saudara. Ekonomi akan tumbuh dengan baik, insya Allah lima tahun mendatang manakala iklim usaha di seluruh tanah air baik, iklim investasi baik, iklim bagi pertumbuhan ekonomi juga baik.

 

Saudara pasti sudah tahu karena sudah terus mengelola. Yang pertama-tama; bikin provinsi, kabupaten dan kota itu keamanannya baik, termasuk keamanan publik. Bikin kehidupan politiknya, meskipun dinamis tetapi sesungguhnya tetap stabil. Bikin kebijakan, peraturan daerah, kondusif untuk majunya dunia usaha di situ. Bikin proses-proses perijinan juga baik. Iklim itulah yang pertama-tama akan menjadi pre-conditions, prakondisi, bagi terwujudnya pembangunan yang lain, termasuk kegiatan usaha di masing-masing provinsi, kabupaten dan kota. Pemimpin harus peduli bahwa iklim usaha, iklim investasi, iklim pembangunan ekonomi baik.

 

Yang kedua, yang tidak kalah pentingnya, teruslah membangun infrastruktur. Pemerintah pusat jelas dengan APBN yang kami miliki akan terus meningkatkan pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Tetapi saya juga ingin Saudara berpartisipasi, ada share daerah. Ajak pula kalangan swasta untuk bersama-sama membangun infrastruktur itu. Makin lengkap, makin baik infrastruktur kita, apakah listrik, apakah jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, apapun yang diperlukan, makin hidup dan makin tumbuh kegiatan usaha itu. Jangan pernah tidak memikirkan pembangunan infrastruktur. Itu yang kedua.

Yang ketiga, yang menjadi hajat kita hari ini, semuanya akan berjalan dengan baik apabila birokrasinya memang lebih baik dari sekarang. Itu saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, sekembali dari Jakarta ini, saya sungguh berharap Saudara-saudara sebagai pemimpin pembangunan di daerah masing-masing, untuk benar-benar bertekad meningkatkan pembangunan ini, utamanya pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat kita.

 

Saudara-saudara,

 

Saudara juga sudah mendengar bahwa reformasi birokrasi dan pelayanan publik itu prioritas. Saya ingin menyederhanakan bagaimana kita memaknai dan kemudian menjalankan pemberian pelayanan publik dengan baik. Pertama, pelayanan publik kepada masyarakat, dan yang kedua pelayanan publik kepada dunia usaha.

 

Kepada masyarakat, kalau pelayanannya baik, berkali-kali saya mengatakan, pelayanan yang baik itu pelayanan yang mudah, jangan dipersulit, yang cepat. Kalau bisa seminggu, kenapa sebulan? Kalau bisa satu hari, kenapa seminggu? Yang murah. Kalau harus gratis mengapa ditarik biaya? Kalau biayanya murah kenapa dibikin mahal? Kemudian juga yang berkualitas. Artinya, bukan asal-asalan, apakah pelayanan kesehatan, pelayanan pengurusan surat-surat ijin, pelayanan kemudahan usaha, pembayaran sekolah dan sebagainya. Yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat kita.

 

Dan saya ingin, para menteri ada di sini, mulai tahun 2011, kita semua meningkatkan pelayanan kepada para penyandang cacat berat, dan para golongan lanjut usia. Dan saya minta Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi untuk juga memberikan penilaian, dan berikan penghargaan, sebagaimana yang diterima oleh beliau-beliau sekarang ini. Kepada bupati-walikota utamanya, dan gubernur tentu yang memimpin para bupati dan walikota, yang memiliki prestasi di dalam pemberian pelayanan pada para penyandang cacat berat dan para golongan lanjut usia.

 

Caranya bermacam-macam, silakan. Di terminal kereta api misalnya, di tempat-tempat publik, pastikan ada fasilitas untuk penyandang cacat berat. Tidak sulit itu. Bagaimana kalau antri, apakah penyandang cacat berat antriannya sama dengan yang sehat jasmaninya? Ke toilet, di antara sekian toilet mungkin ada satu yang khusus penyandang cacat berat, dan seterusnya. Demikian juga golongan lanjut usia. Ini tidak mahal, tapi itu kepedulian dan kecintaan kita kepada mereka yang termasuk disable atau memiliki handicap sebagai manusia yang biasa. Tentu banyak sekali pelayanan kepada masyarakat yang mesti kita tingkatkan.

 

Yang kedua pelayanan pada dunia usaha. Saya senang makin banyak kabupaten dan kota yang sudah menerapkan one stop service, pelayanan satu atap. Itu bagus sekali. Itu gemanya kemana-mana. Yang sedang mencari peluang dimana mau berbisnis, begitu dengar Kabupaten X, Kota Z sudah betul-betul menjalankan OSS tadi, maka akan berbondong-bondong mereka untuk melakukan investasi, baik dari dalam negeri, maupun dari luar negeri. Sebaliknya, kalau ngurus satu bulan tidak jelas, tiga bulan tidak jelas, satu tahun wassalam, siapa mau datang ke daerah itu? "Sudah-sudah cukup, kapok saya. Sana saja-sana saja, kabupaten itu, walikota itu, provinsi itu." Ini sepertinya joke atau guyon, tetapi itu riil. Kapok dia dua tahun nunggu, tidak kunjung datang. Padahal diperlukan investasi itu.

 

Jadi saya minta bikin mudah segala urusan, namun tetap dengan mengacu pada undang-undang dan peraturan yang berlaku. Kemudian salah satu pelayanan, kalau ada sengketa, ada dispute, tolong membantu agar sengketa itu selesai dengan baik. Jangan dibiarkan, jangan diping-pong, apalagi diperes, digergaji, disembelih. Itu juga kemana-mana. "Habis sekian saya, nggak selesai juga urusan." Bagaimana mau maju, mau bergerak usaha, investasi, dan sebagainya?

 

Bantu untuk sebuah dispute settlement mechanism, dispute resolutions. Ikut menyelesaikan supaya selesai dan bisa segera bergerak itu usaha. Tetap mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang berlaku. Itulah, kita lakukan gerakan memberantas mafia hukum, jangan pula yang mempermainkan dari penegak hukum. Bawa sana-bawa sini, janji sana-janji sini, peres sana-peres sini, tidak selesai masalahnya juga. Jadi korban dia. Yang menikmati orang-orang yang menjadi mafia itu. Ini juga penting untuk kita perbaiki bersama-sama, Saudara-saudara.

 

Kalau itu telah berjalan, pastilah pendapatan negara meningkat, pendapatan asli daerah, baik langsung maupun tidak langsung, juga meningkat. Distribusi fiskal dari pemerintah pusat ke daerah, dalam bentuk apapun, DAU, DAK, Dana Bagi Hasil, Dana Otonomi, pasti juga meningkat. Itu mata rantai. Beberapa saat yang lalu saya meresmikan National Single Window. Satu kemudahan untuk menyelesaikan administrasi di pelabuhan dan di bandara, baik ekspor maupun impor, agar Indonesia memiliki ekonomi yang efisien, ekonomi biaya rendah. Kalau ekonomi biayanya rendah, maka ekspor kita akan laku. Ekspor kita laku perusahaan bergerak. Perusahaan bergerak, lapangan kerja juga bergerak. Demikian juga proses yang lain. Ini kecil tetapi membikin lancarnya kerja sama perekonomian. Sehingga kalau ada apa-apa yang maju bukan hanya Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia juga bisa maju. Apalagi kita ekonomi terbesar di ASEAN.

 

Saudara-saudara,

 

Saya hanya ingin menitipkan begini. Kalau ekonomi kita minus, alhamdulillah tidak. Andaikata kemarin ekonomi kita minus. Ingat, 1998 dulu dari pertumbuhan 6 - 7 % langsung minus 13 %, kontraksi 21 %. Negara lain mengalami ini. 2007 positif 7 - 8 %, 2008 sudah mulai rendah, ada minus 2 %, 2009 drop lagi. Itupun terjadi. Yang ingin saya sampaikan adalah andaikata pertumbuhan perekonomian kita minus drop, sebaliknya ketika pertumbuhan ekonomi kita tinggi-naik, itu adalah aggregate sebetulnya, kumpulan, gabungan dari semua aspek.

Pertama, ekonomi tumbuh manakala; dari segi yang disebut demand side economy, kalau ekspornya meningkat, sehingga ekspor dikurangi impor tetap baik nett-nya, nettonya; apabila pengeluaran pemerintah baik, pusat-daerah; apabila konsumsi masyarakat oke seperti sekarang ini. Masyarakat ternyata punya daya beli, sehingga bergerak semuanya. Dan kemudian apabila investasi berkembang. Jadi ekonomi tumbuh 4,5 % kemarin di tengah-tengah minusnya itu bukan datang dari langit. Di daerah Saudara konsumsinya baik, investasi bergerak ternyata meskipun ada masalah. Ekspor meskipun ada hambatan tetap jalan. Demikian juga pengeluaran pemerintah. Itu dari sisi demand side economy.


Sisi yang lain, kalau tumbuh 4,5 %, sektor riil mesti juga tumbuh. Aggregate pertanian, industri, jasa. Tidak mungkin industri seluruh Indonesia minus, pertanian minus, jasa minus, kok ketemu 4,5 %, tidak mungkin. Jadi ada yang tidak paham bagaimana menghubungkan sektor riil dengan keseluruhan pertumbuhan nasional. Sektor riil itu padanannya sektor moneter. Jangan dicampuradukkan. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, tidak mungkin ekonomi nasional tumbuh 4,5 % kalau daerah-daerah minus semua. Bahkan ada yang di atas pertumbuhan nasional, beberapa provinsi. Jadi sebenarnya, sukses kita 4,5 % kita jaga, itu kontribusi Saudara semua. Ini yang mesti kita pahami. Pesan saya adalah kalau kita lalai, kita tidak baik, menurun, Saudara menyumbang penurunan itu. Meningkat, Saudara menyumbang peningkatan itu. Itu sebenarnya, supaya kita berbagi tanggung jawab, berbagi kontribusi, untuk negara kita.

 

Yang terakhir, ini kesempatan yang baik karena konteksnya reformasi birokrasi, konteksnya pelayanan dunia usaha, saya ingin menitipkan satu pesan. Ketika Indonesia mengalami krisis yang luar biasa dulu, mulai tahun 1998. Dari banyak faktor yang menyebabkan mengapa kita jatuh krisis seperti itu, salah satu faktor adalah hubungan antara politik dan bisnis yang tidak sehat. Bahasanya kolusi, kerja sama yang tidak baik, yang membikin negara rugi.

 

Karena kolusi ini menjadi semacam order of the day waktu itu, menjadi keseharian, menjadi bagian dari kehidupan perekonomian kita waktu itu, ibaratnya semua terambah, terinfiltrasi dimana-manapun itu oleh budaya kolusi, kongkalikong, runtuh satu runtuh semua. Harusnya, misalkan yang menang tender A, karena kolusi, yang menang tender B. Padahal B ini bermasalah. Harusnya bayar pajak sekian, karena kolusi, karena kongkalikong, membayarnya rendah, sana dapat sini aman. Negara dirugikan, Jadi kolusi itu semua yang dirugikan negara dan rakyat. Ini salah satu yang membikin hancurnya kita dulu dan akhirnya kita tidak bertahan.

 

Oleh karena itu, mari bersama-sama mari kita perbaiki hubungan yang baik, win-win. Pemerintah daerah bisa membangun dunia usahanya tumbuh, dapat pendapatan yang baik. Usaha juga baik, tumbuh dengan baik, usahanya halal, transparan, sesuai dengan aturan, yang akhirnya rakyat yang diuntungkan. Ada lapangan pekerjaan, ada anggaran untuk mereka semua yang lebih tinggi karena bisnisnya maju. Oleh karena itu, hubungan politik dan bisnis ini yang dulu kolutif, mari kita ganti dengan hubungan kemitraan, partnership

 

Pemerintah punya kewajiban, pak gubernur, pak bupati, pak walikota punya kewajiban, agar usaha itu berkembang. Jangan dipersulit. Jangan dimacem-macemi sehingga dia tidak bisa apa-apa. Sebaliknya dunia usaha yang telah mendapatkan ruang, peluang atau opportunity untuk berusaha di tempat-tempat itu, menjalani kewajibannya. Kalau itu terjadi, partnership yang baik, akan lebih bagus lagi dunia usaha dan kinerja perekonomian kita.

 

Itulah yang saya titipkan hari ini Saudara-saudara, karena dengan dunia masa kini, proses investasi tidak selalu pintu masuknya dari Jakarta, tapi langsung masuk ke kabupaten/kota dan provinsi. Saya berikan kepercayaan penuh, saya dorong Saudara untuk berinisiatif, berprakarsa, menjalankan usaha, menjalankan ekonomi. Tetapi tetap dalam praktek yang baik, membangun kemitraan. Dan jangan lagi kita membiarkan hidup kembali budaya kolusi di antara bisnis dan politik, di antara dunia usaha dan negara.

 

Itulah pesan dan harapan saya. Sekali lagi selamat. Saya bangga. Lanjutkan prestasi dan berbuatlah yang terbaik untuk rakyat kita. Sekian.

 

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakaktuh.

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI