Sambutan Presiden RI pada Peresmian Masjid Raya Mujahidin, Pontianak, 20 Januari 2015

 
bagikan berita ke :

Selasa, 20 Januari 2015
Di baca 899 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA PERESMIAN MASJID RAYA MUJAHIDIN

DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

TANGGAL 20 JANUARI 2015

 

 

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Alhamdulillaahi rabbil ’aalamiin, wassholaatu wassalaamu ’alaa asyrofil anbiyaai wal mursaliin, sayyidina, wa habibina, wa syafi’ina Muhammadin, wa ’ala aalihi, washohbihi, ajma’iin, amma ba’du.


Yang saya hormati Pimpinan MPR, DPR, DPD, beserta seluruh Anggota,

Yang saya hormati seluruh Menteri Kabinet Kerja,

Para Ulama yang pada pagi hari ini hadir,

Yang saya hormati Gubernur beserta Ibu, Walikota, Bupati, serta Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat,

Bapak Ibu, Hadirin yang berbahagia,

 

Berbahagia sekali pada pagi hari ini saya bisa hadir di Pontianak, di Kalimantan Barat, dalam rangka meresmikan Masjid Raya Mujahidin, yang alhamdulillah sangat megah sekali, besar dan megah, dan saya hanya titip makmurkan masjid ini, gunakan untuk syi’ar. Dan di dalam syi’ar, saya titip masalah narkoba disampaikan secara gencar, karena memang negara kita sekarang ini posisinya baru darurat narkoba. Darurat. Kenapa saya sampaikan darurat? Karena yang harus direhabilitasi sekarang ini ada hampir 4,5 juta generasi muda kita, 4,5 juta. Yang sudah tidak bisa direhabilitasi 1,2 juta, yang meninggal, mati karena narkoba setiap hari ada kurang lebih 50 orang, per hari. Berarti satu tahun kira-kira 18.000 meninggal karena narkoba.

 

Sehingga perlu kita sadarkan semuanya lewat masjid-masjid, sampaikan bahayanya narkoba. 18.000 meninggal setiap tahun karena narkoba. Setiap hari 50 orang. Jadi, kalau kemarin ada yang dihukum mati enam, Bapak-Ibu setuju? Karena ada 64 yang sudah divonis hukuman mati oleh pengadilan. Bukan oleh Presiden lho, hati-hati. Yang memvonis itu adalah pengadilan, jadi disampaikan nanti. Ada 64, kemudian meminta grasi, meminta pengampunan kepada Presiden. Itu yang saya sampaikan. Semuanya kita tolak. Setuju nggak? Ya meskipun banyak tekanan dari sana, dari sini, dari sono, semuanya, tapi sekali lagi, kita memang sudah berada pada posisi darurat, darurat, betul-betul darurat narkoba betul.

 

Kalau di negara lain, bawa 1 gram saja sudah kena hukuman mati. Di kita ini bawanya bukan hanya kilo, tetapi ton, ton. Kalau dibiarkan, sudah ton, bawanya ton, ya kan, dimasukkan ke penjara, eh masih mengendalikan bisnis narkobanya dari dalam penjara. Bapak-Ibu bisa bayangkan. Tetapi kita memang sudah betul-betul darurat betul. Yang terkena masalah ini tidak hanya anak-anak muda, institusi, instansi semuanya kemasukan semuanya, tidak yang di PNS, tidak yang di Polri, semuanya kemasukan. Terakhir, yang namanya universitas saja, Pembantu Rektor saja bisa terkena masalah ini.

 

Oleh sebab itu, waktu masuk ke meja saya untuk minta grasi, saya buka narkoba, tanda-tangani tolak, narkoba lagi, tanda-tangani tolak, narkoba lagi, tanda-tangani tolak, narkoba lagi, tanda-tangani tolak. Khusus yang satu ini tidak. Saya sampaikan, oleh sebab itu, sekali lagi saya titip kepada kyai-kyai, kepada ustadz, sampaikan mengenai yang satu ini betul-betul sangat merusak generasi kita.

 

Saya kira itu sedikit yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, dan dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, Masjid Raya Mujahidin di Pontianak, Kalimantan Barat pada pagi hari ini saya nyatakan diresmikan.

 

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RIÂ