Sambutan Presiden RI pada Peresmian PLTU Labuan dan Labuhan Angin, 28 Januari 2010

 
bagikan berita ke :

Kamis, 28 Januari 2010
Di baca 1143 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PERESMIAN PLTU LABUAN, BANTEN

DAN PLTU LABUHAN ANGIN, SUMATERA UTARA

DI

LABUAN, PANDEGLANG, BANTEN

TANGGAL 28 JANUARI 2010

 

Bismillahirrahmanirrahim,

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, mantan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu I.

 

Para anggota DPR RI dan DPD RI, Panglima TNI.

 

Yang Mulia Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia.

 

Direktur Utama PT PLN (Persero).

 

Saudari Gubernur Banten dan Saudara Gubernur Sumatera Utara beserta para Pejabat Negara, yang bertugas di Banten dan di Sumatera Utara, baik dari unsur eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI dan Polri.

 

Para Pimpinan Badan-badan Usaha Milik Negara dan para pimpinan dunia usaha swasta.

 

Yang saya cintai dan saya muliakan para Ulama dan Pemuka Agama, para Tokoh Masyarakat, Pemuka Adat.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan.

 

Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan ridhonya kita semua masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan semoga kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur ke hadirat Allah SWT, hari ini dapat bersama-sama mengikuti peresmian penggunaan dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang pertama di Banten, di tempat kita ini, dan yang ke dua di Labuhan Angin, Sumatera Utara, yang kedua-duanya sangat penting untuk meningkatkan perekonomian kita, serta meningkatkan pula keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

 

Saudara-saudara,

 

Dua hari yang lalu, saya meresmikan proyek-proyek infrastruktur seluruh Indonesia yang saya laksanakan di Provinsi Jawa Barat, Cirebon. Infrastruktur yang sangat diperlukan oleh rakyat kita. Dan yang saya resmikan kemarin infrastruktur yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Bali. Kali ini infrastruktur energi yaitu listrik yang ada di Provinsi Banten, dan kembali lagi Provinsi Sumatera Utara. Apa yang kami lakukan, baik dua hari yang lalu, maupun sekarang ini merupakan bagian dari program 100 hari yang dilaksanakan pemerintah sekarang ini.

 

Saudara-saudara,

 

Berkaitan dengan itu atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan selamat, terima kasih dan penghargaan atas telah dibangunnya PLTU unit pertama di Labuan ini dan juga PLTU 2 X 115 megawatt di Labuhan Angin. Kepada Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, PLN, Pemerintah Daerah Banten, Pemerintah Daerah Sumatera Utara dan semua pihak, yang telah bekerja keras untuk bisa membangun kedua PLTU ini, ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada pemerintah Republik Rakyat Tiongkok atas kerja samanya kita bisa membangun PLTU yang sangat penting bagi rakyat Indonesia dengan ekonominya.

 

Saudara-saudara,

 

Kita boleh bertanya mengapa listrik itu penting? Ya, semua memerlukan listrik, rumah tangga - rumah tangga memerlukan listrik, instansi dan kantor-kantor pemerintah memerlukan listrik, dunia usaha komersial memerlukan listrik, industri, pabrik, semua memerlukan listrik, pendek kata untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik dan ekonomi yang makin tumbuh, listrik sangat penting, padahal perekonomian kita alhamdullillah berkat kerja sama kita semua, kerja keras seluruh rakyat Indonesia tahun demi tahun terus meningkat, artinya apa? Keperluan tentang listrik juga terus meningkat dari tahun ke tahun.

 

Saudara saya kira mengetahui, bahwa sampai tahun 2005 jumlah tenaga listrik di negeri kita, sejak Presiden Soekarno sampai tahun 2005 itu jumlahnya 25 ribu megawatt. Di waktu yang lalu jumlah itu cukup, tetapi berkaitan dengan perkembangan ekonomi Indonesia pasca krisis kita sadari jauh dari cukup. Kita mengetahui dimana-mana merasakan listrik itu kurang, ada yang byar-pet di beberapa tempat utamanya di luar Jawa. Oleh karena itulah, tahun 2006, di samping melanjutkan pembangunan listrik yang sudah direncanakan, kita membikin namanya crash program pembangunan listrik 10.000 megawatt, agar kekurangan itu bisa kita tutupi sebagian dan kemudian insya Allah dalam waktu dekat kita sudah mulai lagi membangun 10.000 megawatt yang kedua.

 

Kalau sudah kita bangun 20.000 megawatt, harapan kita sampai tahun 2015, 5 tahun dari sekarang relatif cukup, tetapi ingat ekonomi terus tumbuh, berarti negara, pemerintah bersama swasta harus membangun lagi 10.000 megawatt berikutnya lagi. Itu yang harus diketahui oleh kita semua. Padahal Saudara tahu, membangun pembangkit listrik tidak secepat membalik telapak tangan. Kalau kita mau membikin kecambah, kita ambil kedelai atau kacang hijau, direndam, besok malam sudah tumbuh, lusa sudah menjadi kecambah. Kalau kita menanam padi, kita tanam sekarang, empat bulan sudah panen. Tetapi kalau membangun tenaga listrik seperti ini, sekarang kita membangun 2-3 tahun baru menyala, baru kita alirkan listrik itu untuk diperlukan oleh masyarakat dan dunia usaha. Oleh karena itu, saya memohon pengertian masyarakat seluruh Indoneasia, bahwa pembangunan 10.000 megawatt, yang alhamdullillah untuk pertama kali bisa kita resmikan di Banten ini, Banten boleh tepuk tangan, akan terus kita lanjutkan, tambah lagi 10.000 megawatt sehingga lima tahun lagi insya Allah akan tercukupi.

 

Pertanyaannya, Pak SBY, apakah yang byar-pet itu, yang di luar jawa, harus menunggu lima tahun? Tidak, kami telah bertekad dengan segala upaya, tahun ini 2010 permasalahan byar-pet itu insya Allah bisa kita atasi, dengan cara, ada yang kelebihan listrik, di pabrik-pabrik, kita alirkan ke masyarakat luas, dengan cara saluran distribusi, transmisi, gardu-gardu yang harus kita perbaiki, kita percepat perbaikannya, dan berbagai langkah lain, yang penting byar-pet bisa kita atasi dahulu kemudian dilanjutkan untuk mencukupi keperluan listrik seluruh Indonesia. Saya sudah mengeluarkan Peraturan Presiden, sudah saya tanda tangani, baik untuk percepatan 10.000 megawatt, baik untuk percepatan 10.000 megawatt berikutnya lagi, maupun instruksi untuk mengatasi byar-pet di seluruh Indonesia pada tahun 2010 ini.

 

Saudara-saudara,

 

Saya sudah mengatakan tadi, kebutuhan listrik besar, biayanya juga besar, membangunnya memerlukan waktu. Pemerintah, PLN juga tidak mungkin sendiri oleh karena itulah kita mengajak swasta untuk ikut membangun listrik agar keseluruhannya nanti menjadi cukup. Peraturan sedang kita sesuaikan, kebijakan sedang kita perbaiki agar baik PLN maupun swasta, semua,  bisa membangun listrik dengan baik, termasuk sumber-sumber yang lain, misalnya panas bumi ataupun sumber listrik terbarukan lainnya. Itulah yang juga menjadi salah satu program 100 hari pemerintah yang kita telah rampungkan bersama.

Saudara-saudara,

 

Memang diperlukan gerakan penghematan. Saya masih melihat, di banyak tempat, di kantor-kantor pemerintah, barangkali di tempat-tempat hiburan, dimana-mana masih terlihat kalau belum hemat listrik, jangan. Marilah kita hemat listrik, bisa menghemat pengeluaran, bisa menyelamatkan keperluan listrik untuk rakyat kita. Jadi gerakan penghematan listrik saya minta disukseskan. Dan kita semua, mulai dari saya, para menteri, para Gubernur, para Bupati, para Walikota, semua instansi negara, dan pemerintah bertanggungjawab untuk melaksanakan penghematan listrik, agar tidak byar-pet, agar siapa yang memerlukan listrik bisa kita penuhi.

 

Saudara-saudara hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Kita menghadapi persoalan perubahan iklim. Saudara sudah mendengar berkali-kali yang disebut dengan pemanasan global dan perubahan iklim, bumi dikatakan makin panas, perubahan iklim terjadi secara ekstrim, ini harus kita hentikan. Ini akibat kesalahan manusia, kalau kita biarkan terus, 30 tahun lagi ketika kita tidak bisa menahan bumi untuk tidak semakin panas, tidak lebih dari 2°C maka air laut akan naik 1,5 meter, negara kita yang punya 17 ribu pulau, ribuan pulau harus tenggelam. Dan bukan itu saja, terjadi perubahan yang sangat ekstrim, bisa kemarau selama 9 bulan, pertanian hancur, peternakan, kehidupan manusia akan terganggu, bisa penghujan selama 8 bulan, merusak tanaman, banjir dan longsor, belum topan, belum badai dan sebagainya, kalau itu terjadi, malapetaka di bumi ini akan terjadi. Oleh karena itu, mari sebagai bagian dari masyarakat dunia kita melakukan pemeliharaan lingkungan yang baik, diantaranya adalah penghematan kepada energi, termasuk gerakan menanam dan memelihara pohon. Jadi kita harus memahami mata-rantai mengapa kita harus hemat energi, tiada lain agar kehidupan anak cucu kita di waktu yang akan datang itu selamat dan cerah.

 

Saudara-saudara,

 

Kemarin di Cirebon, ada yang bertanya kepada saya sebelum saya memberikan sambutan, ada satu kekhawatiran kalau ganti pemerintah, ganti kebijakan, lantas yang baik-baik tidak dilanjutkan, diganti yang baru belum tentu itu membawa kebaikan. Saya jawab, di Cirebon kemarin, tidak, meskipun pemerintahannya ganti, DPR-nya ganti, DPD-nya ganti, MPR-nya ganti tetapi alhamdullillah untuk Kabinet Indonesia Bersatu II saya masih memimpin. Oleh karena itu, yang baik-baik, yang kita lakukan lima tahun yang lalu, pemerintah pusat, pemerintah daerah akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, misalnya program-program pro rakyat. Program-program pro rakyat yang saya tahu ketika saya berkunjung dari Sabang sampai Merauke rakyat merasakan hasilnya, pasti dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. Tetapi yang kita laksanakan lima tahun yang lalu baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang nyata-nyata harus diperbaiki, harus dikoreksi, harus kita ubah, harus pula kita lakukan perbaikan dan perubahan. Itulah yang akan kita laksanakan lima tahun mendatang, kesinambungan yang baik-baik, perubahan dan perbaikan yang belum baik.

 

Dengan demikian untuk rakyat Indonesia, Saudara-saudara tidak perlu khawatir bahwa program-program pro rakyat yang sangat diharapkan oleh Saudara akan terus dilanjutkan. Misalnya, program-program di bidang pendidikan, untuk membantu rakyat yang belum sejahtera kita lanjutkan. Program di bidang kesehatan demikian juga, program membantu rakyat yang sangat miskin, BLT bersyarat dilanjutkan. Program untuk misalnya membantu kaum lanjut usia yang mengalami musibah bencana dilanjutkan, dan berbagai scheme termasuk PNPM, membantu kecamatan dan desa serta Kredit Usaha Rakyat, membantu usaha mikro, kecil dan menengah, semua dilanjutkan, bahkan dengan angka dan anggaran yang lebih besar. Saya meminta kepada semua para Gubernur, Bupati dan Walikota bersama-sama saya, mari kita sukseskan program-program pro rakyat itu, karena itulah yang dinantikan, yang didambakan dan yang diharapkan oleh rakyat kita di seluruh tanah air.

 

Saudara-saudara,

 

Di Banten ini nanti insya Allah setelah acara ini nanti saya akan meninjau salah satu SMP. Saya akan berdialog dengan guru, berdialog dengan murid, berdialog dengan orang tua murid, apa yang telah dirasakan, yang baik katakan baik, yang belum baik sebutkan belum baik, akan kita bikin baik, dengan demikian kita akan terus memperbaiki keadaan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada rakyat kita.

 

Pendidikan itu Saudara-saudara yang penting mutunya semakin baik. Saudara tidak rela menyekolahkan putra-putrinya begitu lulus mutunya jelek, kualitasnya rendah, mana mungkin kita bisa bersaing dengan negara lain, Singapura, Malaysia, Thailand dan Negara lain, kalau pendidikan kita mutunya jelek. Jangan permisif, jangan kita asal-asalan untuk menentukan mutu, mutu diatas segalanya, Indonesia mau makmur, mau maju di masa depan, pendidikannya harus bermutu, mutu, kualitas. Setelah itu harus mudah dijangkau, jangan sulit untuk sekolah, pemerintah mengusahakan mudah dijangkau, kemudian biayanya murah, yang miskin betul, gratis, yang kaya tentu menggunakan sumber penghasilannya untuk juga membantu dunia pendidikan. Itulah kebersamaan yang baik diantara warga bangsa agar dunia pendidikan terus naik, anggaran pemerintah, APBN, luar bisa besarnya, seperlima anggaran kita untuk pendidikan. Kalau 1000 triliun APBN kita, 200 triliun untuk pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, baik negeri maupun swasta, baik yang di pusat maupun di daerah, baik yang di kota maupun di desa, kita tidak boleh membeda-bedakan, semua anak Indonesia harus maju, harus cerdas, harus pintar dan berakhlak baik.

 

Saya ingin melihat nanti, bertatap muka, didampingi oleh Pak Bupati dan Ibu Gubernur, yang lain-lain, kita dengarkan apa adanya. Kalau dikritik tidak usah marah kita, barangkali harus kita perbaiki. Tetapi kalau pemerintah melaksanakan baik, tidak berdosa kalau juga mengatakan baik, demikian menjadi adil, yang baik katakanlah baik, yang belum baik katakanlah belum baik, dunia ini memerlukan keadilan dan kebenaran.

 

Saudara-saudara,

 

Saya mengucapkan terima kasih tadi, Ibu Gubernur membantu, Menteri ESDM, Menteri BUMN membantu, Dirut PLN membantu, Menteri Kelautan dan Perikanan membantu, insya Allah nanti Mendiknas akan membantu, bantulah rakyat. Bantulah mereka yang betul-betul memerlukan bantuan, karena itu bagian dari keadilan.

 

Khusus nelayan mengapa disamping bantuan a, b, c, d, e, f tadi, ada yang namanya bantuan tanggap darurat, ada sejarahnya Bapak, Ibu, Saudara-saudara. Saya ini lahir di kota kecil Pacitan, Jawa Timur. Pacitan itu kota nelayan, kampung saya kampung nelayan, tetangga-tetangga saya nelayan, kalau cuaca buruk, ombak tinggi mereka tidak melaut, atau adakalanya sepi, ikan-ikan tidak bersahabat, mereka juga tidak melaut, dalam keadaan itu hidupnya susah. Tiga tahun yang lalu saya sedang berkunjung ke Indonesia Bagian Timur, saya melihat ombak tinggi, saya bertemu dengan nelayan. Pak sudah satu minggu tidak melaut, terus bagaimana asap dapurnya, ya seadanya Pak. Saya telepon waktu itu Menteri Kelautan dan Perikanan, masih Pak Freddy Numberi, Pak Freddy, ini daerah Pak Freddy di bagian timur keadaannya seperti ini, saya yakin di bagian barat, dimanapun begitu, tolong dipikirkan, mari kita bantu para nelayan kita yang tidak bisa melaut karena cuaca agar dia bisa tetap hidup. Oleh karena itu, alhamdullillah kita sediakan bantuan beras tanggap darurat, satu keluarga satu hari dua kilo untuk empat belas hari. Saya ingin format seperti ini, paket seperti ini terus kita hidupkan agar kita benar-benar membantu mereka yang sedang mengalami kesusahan. Saya berharap bisa meringankan beban Saudara-saudara.

 

Saudara-saudara,

 

Ini kesempatan yang baik, saya ingin bicara tentang program 100 hari. Ini luar biasa gaduhnya negeri kita. Program 100 hari ini menjadi, kalau tangga lagu-lagu itu top hit sekarang ini, dari televisi, dari media cetak, warung kopi semuanya bicara program 100 hari dengan keyakinannya masing-masing. Saya mau bertanya, apakah kita sungguh mengetahui apa program 100 hari. Saya khawatir yang kebahagiaannya melakukan kecaman-kecaman, kalau kritik itu bagus, saya senang kritik, tanpa kritik tidak mungkin maju, tanpa kritik kita tidak bisa memperbaiki apa yang kita lakukan. Tetapi kalau pokoknya, pokoknya pemerintah gagal total, pokoknya Presiden dan Wakil Presiden harus turun karena sudah 100 hari belum bisa mensejahterakan rakyat, ini kita harus bicara, apa program 100 hari itu.

 

Program 100 hari itu, bukan sesuatu yang sangat luar bisa, itu biasa, tanpa telur istilahnya. Pemerintah ingin 100 hari ini ada arah, ada agenda, ada prioritas, untuk dilanjutkan tahun pertama 2010, untuk dilanjutkan lima tahun ke depan nanti. Jadi program 100 hari bagian kecil, langkah awal dari yang akan dilakukan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk lima tahun mendatang. Dengan demikian, kalau ada yang mengatakan pemerintah harus diganti, karena 100 hari belum bisa mensejahterakan rakyat. Kalau itu kita jadikan ukuran, Ibu Atut, Ibu Gubernur barangkali 100 hari juga sulit untuk mensejahterakan rakyat Banten, yang diberi tugas selama lima tahun, para Bupati, para Walikota, juga bagaimana mungkin 100 hari diminta menyelesaikan semuanya, tentu tidak begitu. Tetapi memang harus ada ukuran, harus ada kriteria, bagaimana mengukur keberhasilan, entah program 100 hari, program satu tahun maupun program lima tahun.

 

Saudara-saudara,

 

Pada saatnya nanti dalam waktu dekat pemerintah akan menjelaskan apa yang telah dicapai dalam 100 hari ini. Yang benar-benar bisa dicapai akan kami jelaskan, ini yang bisa dicapai, a, b, c, d, e, f dan seterusnya, ini yang belum bisa kita capai silahkan rakyat mengecek ke seluruh Indonesia, apakah yang disampaikan pemerintah itu benar adanya.

 

Program 100 hari itu ada 15 prioritas, ada 45 program, ada 129 rencana aksi di seluruh Indonesia. Kami sudah memantau, sudah mengecek, turun ke lapangan, ke banyak provinsi, sedang direkap sekarang, mana yang sudah 100%, mana yang baru 70%, mana yang lebih rendah dari itu. Laporan sementara dari Saudara Kuntoro yang bertugas untuk itu dikatakan, sebagian besar telah dicapai, sebagian kecil belum dicapai, tunggu saja nanti. Setelah itu silahkan dicek di lapangan, apakah yang dilaporkan oleh para Menteri, para Gubernur itu benar adanya. Karena disamping laporan kita juga turun ke bawah untuk mengeceknya.

 

Saudara-saudara,

 

Seratus hari ini yang menjadi policy pemerintah yang saya inginkan sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan agar, satu, yang selama ini macet-macet dalam bahasa lain disebut bottlenecking, macet, entah tumpang tindih sana, urusan yang berbelit-belit, ini, itu, harus ketemu jalan keluarnya untuk kita beresi, sekarang dan tahun-tahun mendatang. Jadi saya sebut dengan debottlenecking, mengatasi sumbatan, yang macet-macet dibikin tidak macet. Yang kedua program yang agak lambat kesana-kemari kita selesaikan 100 hari ini, banyak yang kita selesaikan. Itu yang disebut hasil cepat, quick win, nanti akan dijelaskan, silahkan dicocokkan. Kemudian yang ketiga mari kita bikin landasan yang benar, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri, semua itu bisa kita atur agar solusinya menjadi lebih baik, itulah yang disebut program 100 hari, kalau mengukur keberhasilan cocokkan dengan tujuannya, lihat 129 aksi, 45 program dan 15 prioritas tadi.

 

Yang ingin saya sampaikan, contoh Saudara-saudara, contoh adalah apa yang sudah berhasil kita lakukan dalam 100 hari ini, contoh saja, semua tidak suka dengan mafia hukum, calo perkara, meras sana, meras sini, pungli sana, pungli sini, yang salah jadi benar, yang benar jadi salah, tidak adil, ini kita beresi. Oleh karena itu telah kita bentuk satgas, telah bekerja dan sedang bekerja siang dan malam, saya kasih waktu dua tahun membereskan, paling tidak berkurang jauh, saya meminta dukungan semua pihak untuk betul-betul memberantas mafia hukum ini, dialah yang menghambat segalanya, sudah kita bentuk.

 

Yang kedua Saudara-saudara, pelayanan publik banyak sekali birokrasi pemerintahan disana-sini yang tidak tepat, ada yang kegemarannya mempersulit, ini penyakit, tidak boleh kita biarkan. Oleh karena itulah, kita ingin percepat, ingin permudah semua urusan, mengurus pasport dulu 7 hari kita bikin 4 hari, mengurus ijin usaha di Kabupaten, di Kota, di Provinsi dulu rata-rata 90 hari, kita bikin 40 hari dan berbagai macam pelayanan kepada masyarakat, pelayan kepada publik, pelayanan kepada dunia usaha. Kalau Saudara masih menemui birokrasi kita dimana pun masih mempersulit urusan, masih lambat, tidak sesuai dengan yang ditentukan kirim SMS ke 9949 biar kita selesaikan secara adat, karena itu menghambat segalanya. Minta maaf, ini kalau keringatan berarti serius kita.

 

Yang ketiga contoh lain infrastruktur. Infrastruktur itu bukan hanya pelabuhan udara, pelabuhan laut, jalan tol, jembatan, bukan hanya itu, meskipun itu penting untuk menggerakkan perekonomian, tetapi infrastruktur, prasarana dan sarana juga yang diperlukan untuk kepentingan rakyat, contoh, Jakarta itu berlangganan banjir, mengapa? Karena kanal banjirnya macet, terutama kanal banjir di bagian timur, dalam 100 hari sudah bisa kita bobol, sekarang sedang disempurnakan supaya aliran-aliran yang ada di kota mudah kita salurkan ke laut, ini salah satu contoh. Air minum, di desa-desa banyak yang tidak memiliki fasilitas air minum, dalam 100 hari kita bangun 1026 sarana air minum di seluruh Indonesia. Ini contoh untuk rakyat kita, untuk desa, untuk masyarakat. Saudara tahu pernah waduk atau bendungan yang di Situgintung, saya dengan Bu Atut kesana, itu jaman kampanye pemilu, saya berhenti kampanye langsung kesitu. Ternyata di seluruh Indonesia banyak sekali waduk, embung, bendungan, irigasi yang barangkali puluhan tahun tidak terdaftar dengan baik. 100 hari sudah kita rampungkan, semua dicek, di seluruh Indonesia, ada 3357 daerah irigasi dengan embung, waduk semuanya kita cek, yang baik kita jaga, yang mulai rusak-rusak kita perbaiki, dengan demikian akan berfungsi penuh dan diharapkan tidak menimbulkan musibah atau bencana bagi masyarakatnya, telah kita rampungkan.

 

Pendidikan misalnya, jaringan internet, sekolah-sekolah supaya belajarnya baik telah kita bangun 17.500, bea siswa puluhan ribu, kita tetapkan dalam 100 hari ini dengan penyaluran yang tepat. Kesehatan, posyandu, puskesmas agar masyarakat di kampung, di desa tidak mudah sakit, kalau sakit cepat berobat, dilayani dengan baik, ini pun kita lakukan revitalisasi. Contohnya ada 241.700 posyandu yang kita kasih biaya operasional agar mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Jamkesmas yang dulu hanya saudara-saudara yang tidak mampu kita tambah lagi, mereka yang ada di lapas kita kasih Jamkesmas, mereka yang ada dipanti-panti sosial kita kasih Jamkesmas, mereka yang baru mengalami musibah bencana kita kasih Jamkesmas. Dengan demikian, mereka akan memiliki fasilitas untuk berobat gratis pada lembaga-lembaga pelayanan kesehatan di daerah, itu contoh lain.

 

Contoh yang lain, bencana, negara kita memang rawan bencana, dari segi keimanan, dari segi keilmuan kita tahu apa artinya bencana. Kita tidak boleh meratap, kita tidak boleh mengeluh, tidak boleh menyalahkan siapa-siapa, mari kita hidup dengan apa yang ada di negeri kita. Allah maha besar, meskipun kita rawan bencana, luar biasa sumber daya alam yang kita miliki, ada minyak, ada tambang, ada emas, ada batubara semua itu anugerah Allah, tetapi tentu ada kerawanan bencana. Mari kita bersiap-siap, sudah kita bentuk Satuan Tanggap Cepat, Satuan Reaksi Cepat untuk menghadapi bencana kemana pun di Indonesia ini, sudah saya cek langsung, bagian barat pusatnya di Halim, bagian timur pusatnya di Malang.

 

Itu adalah contoh-contoh Saudara apa yang kita lakukan dalam 100 hari ini, oleh karena itu saya mengajak masyarakat untuk memahami, apa sih program 100 hari itu? Saya tahu di Jakarta sekarang ada protes-protes, ada unjuk rasa, ada gerakan-gerakan, itu dalam demokrasi biasa, kita dengar kritiknya apa? Koreksinya apa? Kita dengar untuk perbaikan, yang penting tertib, damai, jangan merusak, jangan membakar, jangan membikin korban, jangan menduduki paksa, kalau itu terjadi Jakarta bisa kembali seperti 1998, negara kita bisa mundur, rakyat susah, ekonomi lumpuh, apa harus begitu, silahkan mengkritik, silahkan memprotes, silahkan menyampaikan pikiran-pikirannya dengan cara-cara yang tertib sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, peradaban bangsa itulah yang kita harapkan.

 

Demokrasi bukan berarti kebebasan tanpa batas, bisa berbuat apa saja, memaki, mengancam, merusak, membunuh dan sebagainya, itu bukan demokrasi, itu kejahatan. Demokrasi itu menyampaikan pikiran, pandangan, saran, kritik, kecaman secara santun, secara tepat dengan demikian bisa dijadikan bahan untuk perbaikan-perbaikan. Saya mengajak rakyat Indonesia marilah kita tegakkan hukum, kita patuhi konstitusi, Undang-Undang dan aturan main, silahkan mengkritik pemerintah, pemerintah siapapun, mulai dari saya, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota untuk perbaikan. Kritik yang baik itu adalah solusi, itulah ajakan saya dan harapan saya dan semoga perjalanan demokrasi semakin baik. Kalau demokrasinya baik insya Allah pembangunan baik, kalau pembangunannya baik rakyat akan dapat kita tingkatkan kersejahteraannya.

 

Itulah Saudara-saudara yang dapat saya sampaikan dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim Pembangkit Listrik Tenaga Uap Labuhan unit 1, 1 X 300 megawatt dan PLTU Labuhan Angin, 2 X 115 Megawatt dengan resmi saya nyatakan dimulai penggunaannya.

 

Sekian,

 

Assalamu'alaikum warakhmatullahi wabarakhatuh.

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara Republik Indonesia