Sambutan Presiden RI pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jakarta, 16 Februari 2011
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
TAHUN 2011/1432 H
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 16 FEBRUARI 2011
Â
Bismillahirrahmaanirraahiim,
Â
Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Â
Hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan,
Kaum Muslimin dan Muslimat di seluruh tanah air, yang saya cintai dan saya banggakan,
Mengawali sambutan ini, marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan
puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya
Allah kesehatan, untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, serta tugas dan
pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Salawat dan salam, marilah sama-sama kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam, beserta keluarga, para sahabat, serta para
pengikut beliau dan insya Allah
termasuk kita semua hingga akhir zaman.
Kita juga bersyukur, pada malam yang membahagiakan dan
insya Allah penuh
berkah ini, kita dapat kembali menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad
Shalallaahu 'alaihi wasallam. Peringatan Maulid Nabi yang kita selenggarakan
setiap tahun di Istana Negara dan di berbagai tempat di seluruh tanah air,
merupakan bagian dari upaya kita untuk merenungkan nilai-nilai luhur,
menghadirkan kembali keteladanan Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam dalam kehidupan kita saat ini,
serta menyemarakkan syiar Islam di negeri tercinta.
Melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad, kita pupuk jiwa dan rohani kita dengan
ajaran Islam yang luhur dan agung, kita tanamkan akhlak yang mulia, dan kita sebarkan nilai-nilai kebajikan
dan kemanusiaan yang diteladankan oleh Rasulullah
Shalallaahu 'alaihi wasallam.
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Setelah kita menyimak dengan seksama uraian hikmah Maulid Nabi yang disampaikan
secara jelas dan gamblang oleh Prof. Dr. Said Aqil Siradj, Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama, kita diingatkan kembali akan perjuangan Nabi Muhammad
dalam menyebarkan syiar Islam, menyampaikan dakwah kepada umat manusia, serta
membina masyarakat dan membangun peradaban yang mulia.
Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam menjadi pelita yang menyinari
kehidupan umat manusia sejak 15 abad yang lampau. Cahaya yang beliau pancarkan, selain berisi
nilai-nilai ketauhidan, juga mengandung tuntunan akhlakul
karimah, akhlak yang mulia. Beliau menanamkan nilai-nilai kebenaran dan
kesucian Alquran. Beliau tegakkan nilai-nilai universal ajaran Islam sebagai rahmatan
lil ‘alamin; rahmat bagi
semesta alam.
Sejarah menunjukkan bahwa perjuangan Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam,
tidak hanya perjuangan menyebarkan risalah tauhid semata, tetapi juga
perjuangan untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang adil, aman,
damai, dan sejahtera.
Â
Beliau mewariskan nilai-nilai keadilan, justice, sebagai pilar penting dalam membangun masyarakat majemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, paham, dan keyakinan. Nilai-nilai keadilan yang beliau ajarkan berbasis pada prinsip persaudaraan, yang menjunjung tinggi penghormatan atas hak-hak masing-masing warga masyarakat.
Â
Semua itu tercermin dari kehidupan masyarakat di Madinah. Dari Madinah, kita menyaksikan persamaan di depan hukum. Hukum ditegakkan secara tegas dan adil. Kerja sama antarkelompok yang berbeda keyakinan atau agamanya, dibangun secara utuh dan penuh toleransi.
Â
Dari Madinah pula, kita menyaksikan tumbuhnya peradaban baru yang membawa kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Inilah yang menjadi kunci keberhasilan Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallam dalam membangun masyarakat Madinah, masyarakat yang kemudian disebut Khairu Ummah; umat yang terbaik dan utama. Madinah di zaman Nabi adalah gambaran ideal sebuah masyarakat yang dikehendaki oleh ajaran Islam.
Â
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Sesungguhnya begitu banyak teladan Rasulullah yang dapat kita ikuti. Secara
khusus, saya mengajak kaum muslimin dan muslimat untuk meneladani sikap beliau
yang santun, ramah, dan tawadhu', baik dalam tutur kata maupun tindakan. Tutur kata
yang santun, beliau sampaikan tidak hanya kepada para sahabatnya, tetapi juga
kepada yang memusuhinya.
Setiap kata yang terlontar, bukanlah cacian, ejekan, atau fitnah, tetapi
kebenaran dan niat baik yang menjadi tuntunan. Beliau juga tidak pernah merasa
paling benar, lalu memaksakan kebenaran itu kepada pihak lain. Beliau
menyampaikan risalah yang dibawanya dengan tutur kata dan sikap yang teduh dan
bersahabat.
Karena itulah, menjadi tugas ulama, mubalig, dan para pendidik untuk
menyampaikan nilai-nilai luhur ajaran Islam dengan santun dan persuasif. Kita
harus menyampaikan ajaran agama yang mudah dicerna, dipahami esensi dan
hikmahnya, dan mendorong umat untuk mengamalkan ajaran itu dengan benar. Kita
juga harus memberikan pemahaman keagamaan yang cerdas, penuh toleransi, dan
berwawasan multikultural.
Al-Quran sangat jelas menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam menganut agama.
Karena prinsip itulah, maka Islam mengajarkan keharusan untuk mengembangkan
sikap hidup yang toleran terhadap umat lain. Toleransi yang sama telah
dicontohkan oleh para ulama besar, imam mazhab yang berbeda di dalam pemahaman dan
penafsiran keagamaan.
Di sisi lain, kita harus membimbing dan meluruskan kembali pemahaman agama yang
keliru dan menyimpang. Kita harus mencegah penyebarluasan ajaran agama yang
salah, yang dapat menimbulkan keresahan dan bahkan benturan fisik dan kekerasan
antar umat.
Â
Namun, semuanya mesti kita lakukan secara damai dan bermartabat, untuk sungguh mendapatkan solusi yang tepat. Dalam kaitan ini, karena pemahaman tentang agama itu sering berkaitan dengan akidah, maka pandangan dan fatwa para ulama patut kita dengar dengan baik.
Saudara-saudara,
Sejalan dengan prinsip itu, saya mengajak kaum muslimin dan muslimat di seluruh
tanah air untuk mengembangkan cara-cara yang arif dalam menjembatani perbedaan
pemahaman keagamaan di kalangan umat. Jika timbul
perbedaan pemahaman yang tajam, sebaiknya tetap ditempuh dialog yang lebih
substantif dan yang lebih baik lagi.
Â
Saya yakin, bangsa ini masih memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menemukan solusi yang tepat terhadap berbagai perbedaan, termasuk yang menyangkut akidah dan ajaran yang paling asasi.
Tuhan begitu sabar kepada kita, manusia yang penuh
dengan dosa ini. Mengapa kita tidak bisa sabar dengan sesama kita? Kita harus
menahan diri dan menjauhi bentuk penyelesaian perbedaan dengan melanggar ketentuan
hukum dan bertindak sewenang-wenang. Kebenaran tidak dapat ditegakkan dengan
ancaman dan kekerasan.
Hadirin dan Hadirat sekalian yang saya muliakan,
Pada peringatan Maulid Nabi malam ini, saya juga ingin menyampaikan upaya yang
tengah kita lakukan untuk membantu kaum fakir miskin pada khususnya, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Kita mengetahui bahwa
keberpihakan dan bantuan kepada kaum ekonomi lemah juga sangat ditekankan dalam
Islam dan juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam.
Tentu saja, kebijakan dan program-program bantuan yang
pemerintah jalankan kita sesuaikan dengan kondisi dan situasi negara dewasa
ini, di tengah perkembangan dunia yang juga terus berubah dari masa ke masa.
Sebagaimana kita ketahui, alhamdulillah, ekonomi nasional kita telah benar-benar pulih dari krisis dan kini
terus tumbuh dan berkembang. Bahkan ekonomi Indonesia kini telah masuk 20
ekonomi besar di tingkat dunia. Namun, sejak awal kita menyadari, bahwa
meskipun pertumbuhan ekonomi itu penting, tetapi itu bukan satu-satunya sasaran
yang hendak kita capai. Singkatnya, di samping ekonomi harus terus tumbuh dan
makin kuat, kita ingin kemiskinan di negeri ini juga terus berkurang. Meskipun
tahun-tahun terakhir ini angka kemiskinan terus menurun, tetapi jumlah
saudara-saudara kita yang miskin masih relatif besar.
Oleh karena itu, semua kebijakan dan program pengurangan kemiskinan, seperti
BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, Bantuan Sosial, Bantuan Bencana, PNPM Mandiri, dan
Kredit Usaha Rakyat akan terus kita jalankan, bahkan kita tingkatkan. Sekarang inipun pemerintah tengah merumuskan perluasan dan peningkatan
kebijakan dan program pengurangan kemiskinan, agar lebih banyak dan lebih
meningkat lagi bantuan dan pemberdayaan kaum miskin di negeri ini.
Pada saatnya, program-program ini akan pemerintah konsultasikan ke DPR RI, agar
mendapatkan persetujuan penganggarannya. Yang jelas, pemerintah akan terus
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, agar nasib kaum duafa dan
fakir-miskin menjadi semakin baik di negeri tercinta ini.
Hadirin dan Hadirat yang saya hormati,
Mengakhiri sambutan ini, sekali lagi saya mengajak kaum Muslimin dan Muslimat
di seluruh tanah air, untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi kali ini, sebagai
momentum untuk meningkatkan toleransi dan kebersamaan. Untuk meningkatkan pemahaman ajaran agama dengan benar dan untuk
menghormati sesama kita yang berbeda keyakinan dan pemahaman.
Â
Mari kita tingkatkan persaudaraan sebagai sebuah bangsa, persaudaraan sesama
umat manusia, dan persaudaraan sesama umat Islam. Mari kita tunjukkan kembali jati diri dan ahlak bangsa yang mulia.
Mari kita redam silang pendapat yang mengedepankan ego kita masing-masing. Mari
kita jauhkan diri dari sikap iri, dengki, fitnah, dan merasa paling benar.
Sebaliknya, mari kita bersatu padu, bergandengan tangan, rukun dan bersatu.
Negara yang besar ini, tidak mungkin tumbuh berkembang dan maju jika kita tidak
rukun dan bersatu. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa Islam di negeri
ini tumbuh berkembang dengan penuh toleransi, keteduhan, dan persaudaraan.
Kepada para Ulama, Mubalig, dan Pendidik, saya sungguh berharap agar Saudara-saudara
dapat membimbing dan meluruskan pemahaman tentang Islam di kalangan umat, yang
tidak sesuai dengan Alquran dan Sunnah. Perbanyaklah dialog dan silaturahim,
agar tugas yang tidak ringan tetapi mulia ini dapat dilaksanakan dengan berhasil.
Saya juga mengajak kepada seluruh organisasi massa Islam di tanah air, untuk
bersama-sama pemerintah dan kekuatan sosial lainnya menciptakan kehidupan antar
umat beragama yang damai, teduh, dan penuh toleransi. Kehidupan yang lebih
mengedepankan persamaan sebagai bangsa, daripada memperuncing perbedaan. Mari
kita wujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Demikianlah pesan, harapan, dan ajakan yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang mulia ini.
Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'aala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita sekalian, untuk menjadi bangsa yang tetap rukun dan bersatu, serta
bangsa yang maju, sejahtera, dan beradab.
Terima kasih.
Wassalaamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI