Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, 07-9-09

 
bagikan berita ke :

Senin, 07 September 2009
Di baca 808 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

 PADA ACARA

PERINGATAN NUZULUL QURAN 1430 H

DI ISTANA BOGOR, JAWA BARAT, 7 SEPTEMBER 2009

 

 

Bismillahirrahmaanirrahiim,

 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

 

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air, yang saya muliakan,

 

Hadirin dan hadirat yang saya hormati,

 

Marilah kita bersama-sama, sekali lagi, memanjatkan puji dan syukur  kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan sekaligus melanjutkan karya serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Shalawat dan salam, semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikut Rasulullah dan insya Allah termasuk kita semua sampai akhir zaman.

 

Hadirin dan hadirat yang berbahagia,

 

Pada malam yang penuh berkah ini, Alhamdulillah, kita kembali dapat menyelenggarakan peringatan Nuzulul Quran tahun 1430 H secara nasional, yang dipusatkan di lingkungan Istana Bogor. Peringatan Nuzulul Quran yang setiap tahun kita selenggarakan, selain untuk menyemarakkan syiar Islam, sekaligus juga mengingatkan dan mengajak kaum muslimin dan muslimat untuk selalu memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

 

Nuzulul Quran yang kita peringati malam ini, sesungguhnya memiliki makna dan hakikat yang mendalam, yaitu hadirnya sebuah kesadaran spiritual tentang jati diri manusia sebagai hamba Allah, dan sekaligus sebagai khalifah-Nya. Sebagai hamba Allah kita dituntut untuk menjadi manusia yang selalu mengabdi kepada-Nya.

 

Sementara itu untuk melaksanakan fungsi kekhalifahan, Al-Quran memberi petunjuk agar setiap manusia memiliki keimanan yang kuat, teguh dalam beribadah, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu guna diabdikan bagi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia.

 

Tema yang diangkat pada peringatan Nuzulul Quran tahun ini adalah: "Dengan Semangat Nuzulul Quran, Kita Bangun Kapasitas Sumber Daya Manusia Indonesia Dalam Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, untuk Meningkatkan Daya Saing Nasional". Tema ini saya nilai tepat dan relevan dengan agenda nasional yang sedang kita galakkan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu program prioritas pemerintah lima tahun belakangan ini, dan insya Allah, juga akan menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan.

 

Tema ini juga sejalan dengan perintah Allah SWT yang diturunkan untuk pertama kalinya pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah. Surat yang pertama kali turun berisi perintah untuk membaca, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Perintah membaca adalah awal dan inti dari sebuah proses pembelajaran. Dengan membaca, kita memperoleh pengetahuan yang luas dan membuka cakrawala akan kemahabesaran Allah Subhaanahu wata'ala, Tuhan pencipta alam semesta.

 

Perintah yang terkandung dalam ayat yang pertama kali turun itu menunjukkan bahwa membaca merupakan aktivitas yang mendasari proses pembangunan masyarakat berpengetahuan, yang sekaligus menjadi masyarakat berke-Tuhanan. Aktivitas membaca juga merupakan awal dari tumbuhnya kecerdasan intelektual, dan merupakan aktivitas berpikir dan belajar yang lebih komprehensif. Dan penyebutan atas nama Tuhan, sebagai aktivitas berzikir, merupakan kegiatan dari kecerdasan spiritual, untuk selalu mengingat Allah Subhaanahu wata'ala dalam segala dinamika kehidupan di alam fana ini.

 

Hadirin dan hadirat yang saya muliakan,

 

Islam mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membawa manfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan umat manusia serta lingkungan alam semesta. Sebagaimana sering saya katakan, untuk menjadi bangsa yang maju, bermartabat, dan sejahtera, kita memerlukan tiga syarat fundamental, yaitu: kemandirian, daya saing, serta peradaban bangsa yang unggul dan mulia.

 

Kemandirian merupakan jati diri bangsa kita yang telah terbangun melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang. Daya saing merupakan cerminan dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan peradaban yang unggul dan mulia adalah wujud nyata dari sosok bangsa yang berkarakter, beriman, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat membangun kehidupan bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat membangun masyarakat yang cerdas, berdaya saing, dan berakhlak mulia.

 

Hadirin yang saya muliakan,

 

Sebagai umat Islam, kita harus yakin dan percaya bahwa untuk dapat memiliki kehidupan yang maju dan sejahtera, kita perlu meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah telah membuktikan, bahwa peradaban Islam sejatinya adalah peradaban ilmiah, yaitu sebuah peradaban yang sarat dengan pemikiran intelektual, inovasi teknologi, serta pengabdian kemanusiaan dan kemasyarakatan.

 

Di waktu yang lalu, di zaman keemasan, pada abad-abad pertengahan, pemikiran Islam telah menghasilkan karya ilmu pengetahuan yang tinggi dan berkembang hingga saat ini. Berbagai penemuan dan pengembangan di bidang astronomi, matematika, kedokteran, dan seni budaya, sebagaimana yang tadi disampaikan oleh penceramah, Prof. Umar Anggoro Jenie, adalah bagian dari karya intelektual kaum muslimin.

 

Oleh karena itu, sebagai bangsa dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, sebagai bangsa yang mewarisi warisan intelektual dan peradaban, baik dari Barat, Timur, dan Islam, sudah selayaknya umat Islam Indonesia tampil ke depan. Saya berharap kalangan intelektual Muslim, terima kasih, dapat mengaplikasikan penguasaan ilmu-ilmu tersebut guna berkontribusi bagi kemaslahatan umat manusia.

 

Dalam dialog Ramadhan beberapa waktu yang lalu, yang disiarkan di beberapa stasiun televisi, saya menekankan pentingnya kembali membangun peradaban Islam yang unggul dan agung. Peradaban Islam yang bersumber dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dilandasi oleh nilai-nilai Al-Quran. Perdaban Islam yang juga dipandu dengan sunnah Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam dan peraban Islam yang diperkaya oleh para ulama besar dari zaman ke zaman.  Peradaban itulah yang harus kita tumbuh kembangkan sebagai manifestasi dari konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin, Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

 

Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini, saya mengajak segenap komponen bangsa, utamanya para intelektual dan ulama, untuk terus berkreasi dan berinovasi guna mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini serta guna membangun kehidupan yang lebih maju. lebih bermartabat, dan lebih sejahtera.

 

Hadirin kaum muslimin yang berbahagia,

 

Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, Islam adalah pembawa rahmat bagi semesta alam, implementasi konsep rahmatan lil ‘alamiin yang bertumpu pada dimensi ilmu dan akhlakul karimah merupakan penegasan peran ke-khalifah-an kita. Melalui pendekatan kasih sayang dan kedamaian, kita akan dapat membangun tatanan dunia yang  beradab dan penuh harmoni.

 

Al Quran menguatkan adanya eksistensi keberagaman sehingga kita tidak harus mempertentangkan perbedaan. Akhlak mulia meniscayakan untuk mengembangkan sikap lapang dada atau toleransi. Meskipun ada perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak boleh melahirkan permusuhan. Justru sebaliknya, dengan perbedaan itulah kita dapat melahirkan berbagai pandangan untuk mencapai kesempurnaan.

 

Itulah sebabnya, Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa, "agama yang paling dicinta oleh Allah adalah agama yang lurus dan toleran". Dalam kaitan itu semua, tugas dan peran ke-khalifah-an kita sekarang dan di masa mendatang adalah bagaimana kita semua dapat terus membangun peradaban mulia dalam menciptakan tatanan dunia sebagai yang diamanahkan oleh Al Quran.

 

Hadirin dan hadirat yang saya hormati,

 

Sebelum mengakhiri sambutan ini, sekali lagi saya mengajak kepada segenap kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air, untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari peringatan Nuzulul Quran ini. Dengan memetik hikmah dan pelajaran dari peristiwa itu, saya yakin kita mampu menjadi bangsa yang besar dan maju.

 

Mari kita bangun negeri kita dengan keimanan yang kukuh, kecerdasan intelektual yang tinggi, dan kesolehan sosial yang makin kuat. Mari kita tingkatkan amal ibadah kita dalam keberserahan diri kepada Allah Subhaanahu wata'ala, mari kita tingkatkan solidaritas dalam kesolehan sosial dalam berbagi kepada sesama. Mari kita bangun tatanan masyarakat yang berperadaban sebagai ciri bangsa yang berkemampuan, berkarakter, dan berakhlak mulia, yang mampu membawa kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan menuju masyarakat yang adil dan makmur dalam lindungan Allah Subhaanahu wata'ala.

 

Akhirnya, hanya kepada Allah Subhaanahu wata'ala kita memohon pertolongan dan hanya kepada-Nya pula kita mengembalikan segala urusan. Semoga Allah menerima amal ibadah puasa kita dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini. Semoga pula Allah Subhaanahu wata'ala mempertautkan hati kita agar kita menjadi bangsa yang saling menjaga persatuan dan kesatuan di negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.

 

Amin ya rabbal ‘alamiin,

 

Terima kasih,

 

Wassalamua'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI