Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional, 11 Mei 2010

 
bagikan berita ke :

Selasa, 11 Mei 2010
Di baca 1044 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PUNCAK PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
PADA TANGGAL 11 MEI 2010

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati Ketua MPR RI, Bapak Taufik Kiemas,

Yang saya hormati para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu II,

 

Yang saya hormati para mantan Menteri Pendidikan, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para pimpinan perguruan tinggi, para pendidik, guru besar, guru, mahasiswa, dan siswa yang saya cintai, dan segenap pejuang, dan pencinta pendidikan di seluruh tanah air yang saya banggakan,

 

Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena kepada kita masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan kontribusi kita kepada pembangunan bangsa, utamanya pembangunan pendidikan nasional. Semoga puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2010 ini, dapat meningkatkan tanggung jawab dan komitmen kita semua dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.

 

Saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pemimpin dan pengelola pendidikan. Kepada para guru dan para pembimbing, kepada kalangan dunia usaha dan masyarakat luas, yang juga terus berkontribusi dalam dunia pendidikan. Kepada para pengelola dan guru Sekolah-sekolah Luar Biasa, dan tentu saja kepada orang tua murid yang juga melakukan bimbingan di luar sekolah.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Tadi kita saksikan pemberian tanda penghargaan kepada mereka yang memiliki dedikasi yang tinggi serta mereka-mereka yang memiliki prestasi yang luar biasa. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah saya mengucapkan selamat atas prestasi dan penghargaan yang diraih itu. Jadilah pahlawan-pahlawan pendidikan yang sejati. Saya menyampaikan rasa hormat kepada semua para pejuang dan pecinta pendidikan yang bekerja keras di seluruh tanah air. Dengan harapan, semoga jasa Saudara benar-benar bisa mempercepat peningkatan kualitas pendidikan kita. Juga hormat dan penghargaan saya kepada anak-anak yang berprestasi, dengan pesan dan harapan, jaga dan kembangkan apa yang telah kalian raih untuk mencapai sukses yang lebih besar lagi di masa depan.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Di berbagai kesempatan, kita semua, termasuk saya, telah membicarakan hal-hal yang mendasar dalam dunia pendidikan. Misalnya, tentang infrastruktur fisik pendidikan, tentang kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi, tentang sasaran-sasaran yang perlu dicapai oleh dunia pendidikan, baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun di dalam membentuk watak dan nilai pada anak didik, termasuk kualitas dan kesejahteraan para pendidik, para guru besar, para dosen, para guru dan semua pihak yang mengelola pendidikan  di negeri kita. Dan apa yang kita bahas dan diskusikan itu telah kita tuangkan dalam berbagai instrumen, apakah undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan daerah. Hal-hal yang bersifat upaya peningkatan kesejahteraan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan negara juga telah kita berikan.

 

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, saya ingin menyampaikan yang berbeda, sebagai satu refleksi tentang hari pendidikan yang penting ini, sekaligus untuk memastikan bahwa arah pembangunan pendidikan ini di negeri kita menuju ke arah yang benar.

 

Saudara-saudara,

 

Secara singkat, saya ingin mengedepankan lima topik, lima isu penting dalam dunia pendidikan. Pertama adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak, atau yang kita kenal dengan character building. Yang kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan setelah seseorang selesai mengikuti pendidikan itu. Yang ketiga, kaitan pendidikan dan lapangan pekerjaan, yang ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan lima tahun mendatang. Yang keempat, bagaimana kita membangun masyarakat berpengetahuan atau knowledge society, yang kita mulai dalam meningkatkan basis pengetahuan masyarakat. Dan yang kelima atau yang terakhir, bagaimana kita bisa membangun budaya inovasi, the culture of innovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar menjadi negara yang maju di abad 21 ini. Lima hal itulah yang secara ringkas ingin saya sampaikan dan saya tujukan kepada semua pengelola pendidikan bahkan segenap pemangku kepentingan di negeri ini.

 

Pertama Saudara-saudara, sebelum saya masuk kepada lima hal tadi, saya ingin mengajak Saudara memahami perkembangan dunia saat ini, termasuk perkembangan negeri kita di tengah-tengah dunia yang terus berubah. Dengan demikian, apapun yang kita lakukan termasuk pembangunan di bidang pendidikan tidak akan kehilangan arah, karena sesuai dengan apa yang tengah terjadi pada dunia kita dan pada negeri kita.

 

Saudara-saudara,

 

Perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini, baik di tingkat nasional maupun di tingkat global, dapat saya sampaikan sebagai berikut. Kita sekarang hidup dalam era globalisasi, universalisasi, era informasi canggih, dan juga alam demokrasi. Dalam keadaan dunia dan negeri kita seperti itu, kita menghadapi tantangan-tantangan baru, misalnya perubahan iklim yang sering mendatangkan bencana, berkembangnya berbagai penyakit menular yang bisa melanda bangsa manapun di dunia ini. Tiba-tiba kita berhadapan dengan permasalahan pangan, energi, dan air, karena kebutuhan yang luar biasa pada tingkat dunia, sedangkan sumber-sumber itu tidak bertambah sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang kini telah mencapai 6,6 miliar manusia. Kemudian tantangan yang lain, ekonomi dunia tiba-tiba sekarang ini rentan krisis. Krisis bisa terjadi setiap saat, krisis yang dialami oleh satu negara dengan cepat bisa melanda negara-negara yang lain. Kemudian, belum kejahatan yang makin beragam, kejahatan narkotika, perdagangan manusia, terorisme, dan sebagainya. Itulah dunia kita, itulah tantangan-tantangan yang kita hadapi.

 

Namun, Saudara-saudara, dunia dan negeri kita ini bukan hanya menghadirkan tantangan, ancaman, tetapi juga peluang atau opportunity. Kalau kita cerdas dan arif mendapatkan peluang ini, kita akan menjadi bangsa yang beruntung. Peluang yang ingin saya sampaikan antara lain adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi bagi yang mendayagunakannya secara bijak dan tepat akan membawa manfaat. Kerja sama ekonomi makin terbuka, kalau kita bisa meningkatkan daya saing perekonomian kita, kita juga mendapatkan manfaat.

 

Muncul solidaritas global, kesetiakawanan dunia terhadap negara-negara yang terkena musibah bencana misalnya, apa ada krisis kemanusiaan. Ingat, waktu kita mengalami musibah tsunami di Aceh dan Nias dalam skala yang besar ataupun gempa di Jogja dan Klaten misalnya. Negara-negara lain, bangsa-bangsa sedunia datang untuk membantu kita. Indonesia pun membantu negara-negara lain yang mengalami hal yang sama.

 

Semua itu adalah peluang untuk banyak lagi yang harus kita dapatkan secara cerdas dan bijak. Oleh karena itu, dalam iklim dan alam seperti ini, jenis perjuangan, struggle of life, dan persaingan di antara bangsa-bangsa, bahkan di antara warga masyarakat adalah perjuangan untuk hidup, to survive. Mungkin kita tidak begitu merasakan, tapi bagi negara-negara yang sangat miskin, yang tiap hari berjuang untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan-kebutuhan dasar, perkembangan seperti ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidupnya. Kemudian perjuangan yang lain, kompetisi yang lain adalah untuk mendapatkan pekerjaan atau profesi dan kemudian untuk sukses, baik sebagai bangsa, maupun sebagai individu orang-seorang.

 

Saudara pasti tahu dan setuju dengan saya, menghadapi dunia seperti ini, tentu kita harus meningkatkan human capital kita dan meningkatkan daya saing kita. Dan kita bisa menyimpulkan yang akan survive dalam arti luas, dan yang akan menang dan sukses dalam era seperti ini adalah, saya boleh mengedepankan dua hal, mereka yang berpengetahuan dan berketerampilan, knowledge and skills. Knowledge sendiri tidak cukup pengetahuan itu, tapi skills, keterampilan di berbagai cabang profesi. Dan yang kedua adalah mereka yang berkarakter kuat, baik bangsa, maupun individu.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Lima hal tadi yang saya sampaikan secara ringkas adalah sebagai berikut. Pertama, sesuai dengan tema Hardiknas tahun ini tentang character building. Character building tentu bukan hanya tugas dunia pendidikan, tugas bangsa secara keseluruhan. Tetapi, kalau saya harus kaitkan dengan pendidikan, maka saya bisa menyampaikan hal-hal sebagai berikut. Yang disebut yang berkarakter kuat dan baik adalah, baik perseorangan atau masyarakat, atau bahkan bangsa adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Yang kedua juga mereka yang memiliki kepribadian, kemandirian, keyakinan diri, dan disiplin yang baik pula. Mereka yang memiliki semangat, bersikap optimis, dan berpikir positif, sehingga energi yang dibawa juga energi positif. Mereka yang ulet, tegar, tidak mudah menyerah, tidak cengeng, dan gigih mengatasi masalah. Dan mereka yang toleran terhadap yang lain, menghargai yang lain, rukun dengan saudara-saudaranya, utamanya sebangsa dan setanah air. Dan yang tidak kalah pentingnya sebagai negara yang merdeka karena perjuangan kita semua adalah perlunya menjaga patriotisme dan nasionalisme, cinta tanah air dan cinta bangsa. Pertanyaannya adalah bagaimana kita membentuk manusia, anak didik kita memiliki karakter seperti itu.

 

Pertama-tama dengan pelajaran yang sering diajarkan yang bersifat teori, tapi itu menurut saya baru sekitar 30%. Harus diimbangi dengan praktek dan pembiasaan-pembiasaan untuk berdisiplin, untuk tidak mudah menyerah, untuk menghargai yang lain, dan sebagainya. Juga diperlukan contoh dan tauladan dari semua. Kalau pendidikan ya dari pimpinan sekolah, para guru yang tiap hari bertemu, yang berinteraksi setiap saat. Mereka harus menjadi contoh, menjadi role model. Kemudian perbanyak, makin tinggi pendidikan itu, studi kasus ataupun latihan-latihan, seperti outbound training. Itu juga character building, leadership training yang sangat diperlukan.

 

Saudara-saudara,

 

Kalau saya berkunjung ke SD, SMP, Saudara sering mendampingi saya. Sebelum saya dipresentasikan sesuatu yang jauh, yang maju, yang membanggakan, saya lihat dulu ada nggaknggak tumbuh-tumbuhan supaya tidak krontang di situ. Kebersihan secara umum, ketertiban secara umum, sebab kalau anak kita TK, SD, SMP, selama sepuluh tahun lebih, tiap hari berada dalam lingkungan yang bersih, lingkungan yang tertib, lingkungan yang teratur, itu ada values creation, ada character building dari segi itu. Ini bisa kita lakukan semuanya itu dengan sebaik-baiknya. tempat-tempat pembuangan sampah, tong-tong sampah. Saya lihat kamar mandi dan WC-nya bersih tidak, bau tidak, airnya ada tidak, ada

 

Character building yang bersifat kebangsaan, ketanahairan, saya kira sudah mulai dilupakan oleh kita semua. Saya mengajak, marilah kita revitalisasikan, di sini ada pak Sumarno Sudarsono, yang saya tahu lebih dari 30 tahun memfokuskan diri untuk pembangunan karakter atau character building. Tentu tidak cukup hanya beliau sendiri, harus banyak lagi di negeri kita ini yang tekun, yang gigih, yang rajin untuk mengajak kita semua memiliki karakter yang baik, termasuk patriotisme dan nasionalisme kita.

 

Saudara-saudara,

 

Itu pertama. Yang kedua, bagaimana pendidikan dan kesiapan dalam kehidupan. Saya meminta atensi Mendiknas, saya minta atensi para pendidik dan para guru sekalian. Begini, kadang-kadang kurikulum, mata ajaran, metodologi di SD, SMP utamanya pendidikan dasar dan kemudian juga SMA dalam batas tertentu, itu sebagian kena, sebagian belum memenuhi apa yang kita harapkan. Bagaimana seseorang yang sudah mengenyam pendidikan 10 tahun, apa yang ada dalam pikirannnya, apa yang ada dalam hatinya, bagaimana perilaku sehari-harinya? Saya ingin mengajak kita semua back to basic. Memang kita harus menuju pendidikan yang super modern, yang maju, yang tepat zaman, tapi jangan dilupakan hal-hal yang elementer, yang fundamental, yang basic tadi. Begini, katakanlah anak SD, SMP di pelosok-pelosok tanah air kita, ataupun di kota-kota besar, ataupun dimanapun, maka dia harus siap ketika masuk ke lingkungan masyarakat atau hidup dalam kehidupan masyarakat, selamat dari ancaman penyakit-penyakit menular. Oleh karena itu, kurikulum SD, SMP harus diajari, diajarkan, bagaimana kita hidup sehat terbebas dari penyakit-penyakit yang setiap saat bisa datang.

 

Harus tahu, banyak yang sakit karena tidak tahu kalau itu menular, kalau itu bisa jadi wabah, dan sebagainya. Juga bagaimana hidup hemat terhadap energi, terhadap air, terhadap pangan, sejak awal untuk tidak berperilaku boros. Agar dapat pekerjaan suatu saat, anak-anak diajarkan, kalian harus punya keterampilan, harus punya pengetahuan, sesuai dengan apa yang kalian cita-citakan. Mereka harus tahu, mencari pekerjaan tidak mudah, persaingan akan keras. Oleh karena itu diperlukan keuletan, yang saya sebut dengan karakter yang kuat tadi itu. Kemudian suatu saat dia masuk dalam alam demokrasi, dimana-mana ada kebebasan, kepada mereka diajarkan, berpikir kritis, daya kritis, ketika mendengar, melihat dalam era kebebasan itu, dia bisa tahu mana-mana yang tepat dan mana-mana yang tidak tepat. Pendek kata, kita harus mempersiapkan mereka untuk siap menghadapi dan menjalani kehidupannya. Tidak boleh ada gap apa yang diajarkan dalam pendidikan dasar dengan apa yang akan mereka alami dalam kehidupan keluarganya, di masyarakatnya, dan di tingkat bangsa dan negaranya. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, pendidikan dan lapangan pekerjaan. Tidak terlalu sulit di sini, saya minta, sjak SD,SMP, dikenalkan, diorientasikan, profesi itu apa saja. Saya punya buku satu set, bagaimana kalau yang ingin menjadi dokter, seperti apa sih profesi dokter itu, montir, petani, tentara, polisi, sebanyak mungkin. Dengan demikian anak-anak kita sejak awal kalau ingin jadi penerbang, atau ingin jadi peneliti, atau ingin jadi pedagang, mengerti seluk beluk tentang profesi itu. Kemudian komposisi yang tepat Mendiknas, pendidikan umum, pendidikan kejuruan, teori, dan praktek. Itu juga cara mendekatkan  pendidikan dengan lapangan pekerjaan, dan perlu sinergi, lembaga pendidikan, lapangan pekerjaan atau pasar tenaga kerja, dan pemerintah.

 

Jangan sampai sebuah provinsi sudah terlalu banyak sarjana politik, sudah terlalu banyak ahli pertanian, yang didorong itu semua, sehingga pengangguran makin meningkat, padahal ahli perikanan kurang. Kemudian mereka yang bergerak di bidang hukum kurang misalnya. Jadi ada korelasi antara lapangan pekerjaan, pasar tenaga kerja dengan apa yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan tiap tahunnya. Disinilah perlu sinergi, disinilah perlu semacam tri partit yang lain, schools, labour market, dengan the government, baik pusat maupun daerah. Kemudian satu lagi, ini menjadi gerakan di seluruh dunia yang disebut life long education for all.

 

Dalam era globalisasi, pekerjaan itu bertambah banyak. Orang yang tadinya ahli pertanian, bisa jadi, ah saya kok ingin masuk ke profesi yang baru itu. Dia bisa belajar mungkin vocational training, pendidikan kejuruan, latihan-latihan di BLK, dan sebagainya. Itu termasuk bagian dari life longeducation for all. Itu yang ketiga.

 

Yang keempat adalah bagaimana kita menuju masyarakat berpengetahuan atau knowledge society. Mengapa kita perlu masyarakat kita mesti meningkat basis pengetahuannya? Ya agar mereka siap masuk dalam kehidupan ekonomi, kehidupan politik, kehidupan sosial, dan hubungan internasional. Kita tidak ingin Saudara-saudara, di negeri kita sudah ada internet, ada e-mail, ada website, ada dunia maya, ada teknologi informasi yang super canggih. Tetapi keluar sedikit kita di pedalaman, di daerah, ada gap, ada kesenjangan yang luar biasa. Gap inilah yang tidak baik karena bisa menimbulkan masalah ketidakadilan atau ketidaktenteraman dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itulah, angkat semua masyarakat dimanapun, di perkotaan, di pinggir perkotaan atau pun di pedesaan, semua ditingkatkan basis pengetahuannya, termasuk perlunya pendidikan kewarganegaraan, citizenship yang aplikatif, dengan metode pengajaran yang tepat, jangan yang teoritis, yang setelah itu tidak punya bayangan yang kuat bagaimana menjadi warga negara yang baik, bagaimana ikut pemilu yang baik, bagaimana ikut pilkada yang baik, dan sebagainya.

 

Saudara-saudara,

 

Ciri masyarakat yang berpengetahuan, ini penting, para educators, para Rektor, para pimpinan lembaga pendidikan, adalah mereka yang menguasai IPTEK, yang menguasai informasi, yang punya daya kritis dan common sense, yang memiliki pengetahuan dan kesiapan memilih profesi mau jadi apa dia, mau kerja di mana. Orang yang punya common sens, yang punya the power of reason, tidak mudah percaya kepada yang irasional, tahayul, rumor yang tidak berdasar, dan sebagainya. Mari kita bangun daya kritis, the power of  reason, basis pengetahuan masyarakat kita. Dengan demikian, ada apapun, mereka punya ketahanan, punya resilience untuk menghadapi semuanya itu. Mari kita bangun masyarakat berpengetahuan, dimulai dari meningkatkan basis pengetahuan masyarakat kita, menyeluruh, merata di seluruh tanah air.

 

Yang kelima, atau yang terakhir adalah membangun budaya inovasi. Inovasi, termasuk inovasi teknologi adalah penting untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh negeri kita maupun oleh dunia. Dengan inovasi, kita akan meningkatkan produktifitas perekonomian kita. Kalau produktif, maka pendapatan negara tinggi, pendapatan orang-seorang juga tinggi. Kita bisa mengatasi krisis pangan, krisis energi, krisis air, krisis lingkungan, karena technological innovation, inovasi teknologi. Kita akan hidup makin efisien, tidak boros, karena ada perangkat, ada mesin, ada fasilitas yang membikin efisien kehidupan kita ini. Pemerintahan, pendidikan, dunia usaha akan semakin efisien dan efektif karena sesuatu yang inovatif yang kita lakukan.

 

Nah, khusus pendidikan, Pak Nuh dan Saudara-saudara, saya ingin Saudara juga menyumbang bagaimana membikin anak-anak kita memiliki benih-benih inovasi yang bisa dikembangkan di masa depan. Dengan membangun, berkali-kali saya sampaikan intellectual curiosity. Jangan guru berkata, murid mendengar, harus diubah. Murid makin aktif, dikasih pekerjaan rumah untuk membangun imajinasi mereka, the power of imagination. Biarkan ia kreatif, mencari-cari, ngarang-ngarang, tapi yang sifatnya konstruktif. Metode teaching as enquiry learning, diterapkan di banyak negara, harus kita masuki enquire. Ingin tahu, mengapa tiba-tiba hujan, mengapa orang petani bisa sejahtera, mengapa kalau maju harus punya daya saing, why, why, why? The power of reason. Kemudian penelitian pengembangan kecil-kecilan dimulai. Bukan to find opportunity, tapi to create opportunity, pada saatnya akan seperti itu.

 

20 Mei, sebentar lagi akan kami sahkan Komite Inovasi Nasional yang saya harapkan bisa bertugas bersama-sama pemerintah dan masyarakat luas untuk mengembangkan inovasi di negeri ini.

 

Itulah lima pekerjaan rumah kita, yang kita laksanakan bersama-sama ke depan. Dan sebagai kesimpulan Saudara-saudara, reformasi di bidang pendidikan perlu terus kita lanjutkan dan tingkatkan dengan dua perspektif back to basic, kembalikan pada hakikat pendidikan. Bukan hanya ilmu, tapi juga karakter, juga nilai. Lihat kembali kurikulumnya, mata ajarannya, metodologinya, sistem evaluasinya lihat kembali. Kemudian yang kedua, menjemput masa depan dengan inovasi dan pengembangan.

 

Itulah pekerjaan rumah kita semua, dan insya Allah, dengan kebersamaan kita akan bisa laksanakan, sehingga negara kita ini makin ke depan makin baik untuk anak cucu kita.

 

Demikianlah Saudara-saudara. Sekali lagi, terima kasih dan penghargaan saya kepada para pendidik di seluruh tanah air, dan semoga Hari Pendidikan Nasional ini menggugah tanggung jawab, semangat, dan upaya besar kita untuk membikin bangsa kita makin maju. Sekian.

 

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh.

 

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI