Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna I, 23-10-2009

 
bagikan berita ke :

Jumat, 23 Oktober 2009
Di baca 999 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

SIDANG KABINET PARIPURNA I

PADA TANGGAL 23 OKTOBER 2009

DI SEKRETARIAT NEGARA, JAKARTA

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua, 

Yang saya hormati, Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, para Menteri Koordinator, Saudara Pejabat Gubernur Bank Indonesia, para Menteri, Jaksa Agung, Panglima TNI, Kapolri, Kepala Unit Kerja Presiden di Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembagunan, Kepala Badan Intelijen Negara, Hadirin peserta Sidang Kabinet Paripurna, yang saya muliakan,

Sebelum kita mengawali Sidang Kabinet Paripurna yang pertama ini, saya mengajak Saudara semua untuk berdoa ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, sesuai dengan agama masing-masing, dan dengan khusyuk kita masing-masing dalam hati kita memohonkan bimbingan, petunjuk, dan lindungan dari Allah SWT, semoga embanan tugas kita lima tahun mendatang untuk rakyat, bangsa, dan negara bisa mencapai sasaran dan tujuan yang telah kita tetapkan, dengan harapan, Indonesia yang kita cintai, lima tahun mendatang lebih baik dalam arti lebih aman dan damai, lebih adil dan demokratis, dan lebih sejahtera.

 

Berdoa mulai.

 

Selesai.

 

Saya juga ingin mengajak Saudara-saudara untuk tidak henti-hentinya memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena kita masih diberikan kesempatan, kekuatan, dan insya Allah kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.

 

Masih merupakan pengantar, saya ingin mengucapkan selamat berulang tahun kepada Ibu Mari Elka Pangestu, semoga Ibu dan keluarga juga selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa dan bisa menjalankan tugas lima tahun mendatang dengan lebih baik lagi karena cita-cita kita adalah we have to do more, we have to do better for our people. Itu yang menjadi semboyan kita.

 

Saudara-saudara,

 

Sidang Kabinet Paripurna I kita ini terdiri dari dua sesi. Sesi yang pertama terbuka untuk pers. Kemudian, kita break. Kemudian sesi yang kedua nanti intern, sehingga pers saya persilakan nanti meninggalkan ruangan.

 

Ada kalanya dalam sidang kabinet, bagian dari sidang itu diliput oleh pers, terbuka untuk rakyat, untuk publik, dan sebagian yang lain tidak. Kalau tidak terbuka untuk publik, di akhir dari sidang itu ada pers conference. Ini sebagai bagian dari implementasi nilai-nilai demokrasi dari good governance yaitu transparansi. Tidak ada hidden agenda bagi kita, rakyat mesti diberitahu pada batas-batas yang memang merupakan wilayah publik untuk mengetahuinya. Dan nanti ada sejumlah rules, sejumlah aturan yang akan kita sampaikan, agar Saudara semua memahami manajemen pemerintahan ini, termasuk manajemen persidangan dan perapatan. Kita ingin tertib dalam menjalankan tugas, kalau tertib, insya Allah banyak yang bisa kita lakukan, lebih fokus, lebih disiplin, dan lebih solid, serta kita usahakan mencapai hasil dengan lebih baik lagi.

 

Saudara-saudara, peserta sidang yang saya cintai,

 

Tentu saja, karena ini hari pertama setelah Saudara dilantik kemarin, saya tahu ada yang terus melaksanakan serah terima dengan menteri atau pejabat yang lama, masih ada yang berkonsolidasi, masih ada yang melakukan orientasi, masih ada yang seperti dreaming, tidak membayangkan kalau bersama-sama kami semua di ruangan ini. Dan itu tidak terlalu luar biasa, dari periode ke periode, sebelum-sebelum saya, terutama di era reformasi, penyusunan kabinet memang penuh dengan dinamika. Negara lain pun kadang-kadang memerlukan waktu seminggu, dua minggu, tiga minggu untuk menyusun kabinetnya, karena tentu tidak boleh gegabah, tidak boleh begitu saja. Kalau gegabah, yang rugi yang mengangkat. Tidak mungkin saya sebagai Presiden dibantu oleh Wakil Presiden mengangkat menteri anggota kabinet begitu saja. Sama saja saya mempersiapkan kegagalan. Jadi, kalau ada suara ‘ini Presiden asal saja'. Bagaimana asal saja. Itu tidak sesuai dengan logika, tentu saya ingin memilih yang paling tepat, the right person on the right place, in the right time. Mengapa bicara time? Lima tahun mendatang tentu berbeda agendanya dengan lima tahun yang lalu atau lima tahun sebelumnya. Oleh karena itu, approach-nya adalah sekali lagi memilih the right person on the right place and in the right time. Dan ini filosofi yang memiliki makna yang dalam. Tidak berarti yang tidak terpilih, yang tidak diangkat menjadi menteri, mereka bukan orang yang cakap, mereka bukan orang yang hebat. Banyak di luar kita dari segi tertentu jauh lebih hebat daripada kita, banyak. Tetapi, ketika saya harus mengatakan ini pekerjaan lima tahun sesuai dengan visi yang saya bangun dibantu Pak Boediono. Program aksi, prioritas dan agenda, tentu saya mencari sekali lagi para tokoh yang tepat untuk memimpin departemen, kementerian, atau pun lembaga-lembaga terkait lainnya. Meskipun masih dalam suasana batin seperti itu, tapi karena the show must go on, maka hari kedua ini saya ingin memberikan direction, nanti ditambahkan oleh Wapres, break, kemudian masuk sesi kedua, dan nanti akan masuk kita pada manajemen pemerintahan. Ada proses timbal balik nanti dari saya dan Wapres secara bersama. Tapi hari ini sebagai titik awal, starting point saya akan menyampaikan hal-hal yang fundamental dulu yang nanti pada sidang-sidang kabinet berikutnya lagi akan lebih detail, lebih mengait kepada persoalan, baik di bidang politik, hukum, dan keamanan, di bidang perekonomian, maupun di bidang kesejahteraan rakyat. Dan jangan lupa di samping tiga wilayah itu, saya menambahkan satu wilayah yang sangat penting, yaitu pengawasan dan pengendalian pembagunan. Ini pengalaman saya lima tahun yang lalu, tanpa kontrol, tanpa reward and punishment, tanpa upaya untuk mencari kekusutan, kemacetan, maka sasaran yang kita capai berkurang, tidak seperti yang saya harapkan.

 

Saudara-saudara,

 

Saya akan menggunakan PowerPoint, kadang-kadang saya menggunakan PowerPoint, tapi lebih banyak tidak, tapi supaya lebih diterima dan nanti kopinya akan dibagikan kepada Saudara, mungkin perlu restructuring dari teman-teman wartawan. Di belakang Saudara itu ada tulisan.

Saya lanjutkan Saudara-saudara, agenda yang ingin saya sampaikan dalam pengarahan saya yang pertama ini ada lima. Yang pertama, saya ingin memberikan pengantar sekitar dinamika politik pasca penunjukan Saudara-saudara menjadi menteri dalam kabinet ini. Kalau kita mengikuti siaran televisi, membaca surat kabar atau majalah, mengakses internet, atau mendengarkan obrolan di warung kopi, sangat hangat hari-hari sekarang ini. Mungkin sampai satu minggu ke depan akan tetap ada. Oleh karena itu, saya ingin mengajak dengan pikiran yang jernih, tanpa emosi, bagaimana kita merespons, terhadap sebutlah dinamika sosial dan dinamika politik menyusul penyusunan Kabinet Indonesia Bersatu II ini. Itu yang pertama.

 

Yang kedua, memulai langkah kita, saya akan menyampaikan tag line Kabinet Indonesia Bersatu II. Tag line itu boleh dikatakan moto, boleh dikatakan semboyan, boleh dikatakan sesuatu yang mengingatkan kita, kita akan menuju kemana, dengan semangat apa kita melangkah. Yang harus kita ingat selama kita mengemban tugas di kabinet ini.

 

Yang ketiga, saya akan mengangkat lagi pengarahan saya pada awal tugas Kabinet Indonesia Bersatu I yang dulu, bulannya juga sama Oktober tahunnya 2004. Saya ingin Saudara memahami apa yang dulu saya arahkan dan Saudara bisa merasakan apakah sasaran-sasaran yang begitu banyak dulu dicapai di akhir masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu dulu. Ini juga penting, dalam rangka kita memahami bahwa sesungguhnya yang kita lakukan lima tahun mendatang karena Presidennya tetap saya adalah change and continuity, perubahan dan kesinambungan. Tepat, relevan, kita lanjutkan. Yang mesti kita perbaiki, kita ubah, kita sempurnakan, kita lakukan hal-hal seperti itu. Change and continuity.

 

Kemudian yang keempat, baru agenda dan prioritas 2009-2014 dalam garis besarnya, belum detail, nanti ada proses. Dalam dua minggu mendatang akan menjadi agenda, prioritas, dan rencana yang definitif. Yang akan kita mulai jalankan pada seratus hari pertama dan kemudian terus berlanjut, insya Allah, sampai akhir masa bakti kita Oktober tahun 2014.

 

Kemudian yang kelima, kegiatan-kegiatan penting untuk dua minggu ke depan. Mengapa saya sampaikan agar di dalam Saudara melakukan konsolidasi di dalam departemen dan kementeriannya masing-masing diklopkan dengan agenda kabinet, sehingga tidak tabrakan satu dengan yang lain.

 

Itu lima agenda. Saya akan masuk pada butir yang pertama, respon terhadap dinamika politik. Saudara-saudara, saya sudah dua kali mengatakan, wajar kalau di kalangan masyarakat terjadi pro dan kontra. Tadi pagi saja di siaran televisi, kenapa tokoh ini,  mestinya tokoh itu. Tetapi kalau tokoh itu yang diangkat, nanti kenapa tokoh itu, mestinya tokoh yang sana. Kalau tokoh yang sana diangkat, yang sananya lagi. Oleh karena itu, wajar dan rakyat punya hak untuk berbicara seperti itu. Inilah freedom, democracy yang harus kita hormati. Jangan terlalu kecil hati, tidak perlu kita marah, emosional untuk menghadapi itu. Sekali lagi, ingat sambutan saya ketika melantik Saudara kemarin terhadap semuanya itu tidak perlu waktu Saudara habis untuk melawan dengan kata-kata, tidak perlu. Segera saja dijawab dengan langkah nyata, kerja nyata, lama-lama akan sirna kalau Saudara ternyata sungguh bekerja keras, sungguh peduli pada rakyat, Saudara mulai mencetak prestasi, quick wins misalnya atau little succes story asalkan tidak berhenti di situ, diikuti dengan succes story yang lain, maka seiring dengan perjalanan waktu, saya harapkan rakyat akan mulai melihat bahwa Saudara adalah pejabat yang tepat untuk mengemban tugas Saudara. Kemudian, sabar menghadapi sikap penolakan. Memang kadang-kadang ada yang khusus, biasanya pejabat yang diganti itu akan legawa, bahkan memberikan support kepada yang mengganti, apalagi menteri itu, Saudara, saya angkat untuk bersama-sama saya insya Allah lima tahun mendatang. Tidak ada kata-kata saya lima tahun mendatang dan nanti andaikata saya term pertama kemarin akan saya angkat lagi untuk term berikutnya lagi, jadi mesti ada kesiapan mental untuk seperti itu. Itu namanya rules, itu etika. Oleh karena itu, manakala ada di antara Saudara yang menghadapi situasi seperti itu, sabar. Orang yang sabar disayang oleh Allah SWT. Orang yang sabar akan menemukan jalan, bagaimana menghadapi keadaan seperti itu. Ya sms beredar, macam-macam. Sampai ke saya juga dulu, sabar, tangani, dan hadapi dengan bijak. Memang, kalau Saudara lihat di depan sana, kita diuji. Ujian itu datang bagi siapa yang kehilangan kekuasaan dan siapa yang mendapatkan kekuasaan karena siapa yang bisa memberikan kekuasaan dan mencabut kekuasaan itu adalah Yang Maha Kuasa. Bagi yang beragama Islam, memahami itu. Saya kira agama-agama yang lain pun memiliki nilai yang sama. Kita diuji ketika kita mendapatkan anugerah. Bersyukur, jangan takabur, lebih baik low profile. Tapi setelah itu laksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Bagi yang tiba-tiba kekuasaanya hilang, sama, bersyukur telah mendapatkan anugerah kekuasaan sebelumnya, kemudian bersabar, kemudian siap untuk mengabdi di tempat yang baru.

 

Saya ingin memberikan contoh, biasanya banyak yang pandai memberikan nasihat tapi belum tentu bisa melakukan hal yang sama ketika menghadapi keadaan sulit seperti itu. Saya pernah dicopot sebagai menteri. Bukan jatuh tempo lima tahun baru selesai, bukan. Di tengah jalan dicopot, saya terima. Sampai sekarang saya tidak ada kata-kata yang jelek kepada yang mencopot saya karena beliau punya pertimbangan lain, dan saya mengerti dan tidak pernah saya menjelek-jelekkan yang mengganti saya. Beliau juga mengemban tugas. Kan begitu sebetulnya. Saya pernah kalah dalam pemilihan wakil presiden. Tahun 2001 kalah. Tapi tidak ada terus saya mencari kambing hitam, menuding sana-sini, ya memang saya kalah karena memang saya salah. Karena saya salah jadinya kalah. Pelajaran itulah yang saya gunakan untuk menata diri, introspeksi, memperbaiki diri, sampai akhirnya pemilihan Presiden alhamdulillah, saya berhasil. Jadi sebetulnya, saya memberikan seperti itu telah mengalami. Dengan demikian, masih ada masa depan, barangkali lebih indah yang dijanjikan Allah pada saat kita memasuki medan pengabdian yang lain. Itu yang harus kita pahami Saudara-

 

Saudara.

 

Silakan dilihat selanjutnya lagi, proses pengangkatan Saudara, proses pengangkatan para menteri itu kredibel dan akuntabel. Saya pertanggungjawabkan, saya pertanggung-jawabkan. Saya dibantu oleh Wakil Presiden sejak awal, menyusun visi dan misi, menyusun agenda dan prioritas, menyusun struktur kabinet, memilih siapa berada di mana. Di samping itu, dalam prosesnya juga dibantu oleh tim kecil, karena waktu itu saya masih Presiden, pada periode yang lalu, ada Menteri Sekretaris Negara, ada Sekretaris Kabinet, itu dalam batas tertentu juga membantu memastikan bahwa proses uji dan seleksi sampai dengan keputusan saya, ini berjalan dengan kredibel dan akuntabel. Masalah tim kecil lainnya yang ikut mempersiapkan visi, misi, program kerja, agenda, dan prioritas, semuanya sekali lagi kredibel dan akuntabel. Tidak ada yang main-main, tidak ada yang gegabah, tidak ada yang tidak sistemik. Saudara masih ingat beberapa hari sebelum menjalani uji dan seleksi yang lain, misalkan bertemu saya didampingi Wapres, mengikuti uji pemeriksaan kesehatan, termasuk kesehatan jiwa. Saudara sudah diberitahu, sudah ditunjukkan kontrak kinerjanya seperti apa, pakta integritasnya seperti apa. Jadi satu minggu Saudara menjalani proses seleksi dan uji dengan kesediaan Saudara semua waktu itu untuk menjalankannya. Tidak ada yang terpaksa, tidak ada yang dipaksa. Itu kita jalankan dan Saudara tahu, sejak Saudara diberi tahu sampai saya lantik kemarin, statusnya masih sebagai calon, disampaikan oleh Mensesneg dan Seskab yang menghubungi sejak awal atas instruksi saya. Kemudian, tentu dalam proses selama seminggu itu ada yang akhirnya saya putuskan tepat tokoh ini memimpin departemen atau kementerian yang ini, atau barangkali ada yang tidak tepat. Tahun 2004 dulu, setelah mengalami proses, tidak selengkap ini prosesnya dulu, ada juga yang tidak jadi, masuk di kabinet dengan alasan yang baik. Dengan pertimbangan yang rasional. Contohnya Pak Mangindaan, dulu saya ingin bergabung di kabinet tapi dalam hari-hari terakhir, saya ingin menugasi beliau sebagai salah satu pimpinan di DPR RI, kebetulan dari partai Demokrat, dan beliau adalah ketua komisi II di bidang pemerintahan yang juga memiliki mitra kerja Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Itu secara sadar seperti itu, beliau juga bisa menerima karena waktu itu di parlemen juga diperlukan tokoh-tokoh yang tepat, sekali lagi the right person on the right place in the right time. Itu contoh. Kemudian, saya menyimak obrolan di televisi, sms, perihal ibu Nila Moeloek. Sampai sekarang, saya masih menghormati beliau karena beliau memiliki kelebihan, memiliki expertise, memiliki peran yang juga besar. Ini kalau saya harus terus terang, tahun 2004 pun saya ingin mengajak beliau, waktu itu, untuk bersama-sama di kabinet. Kemudian, setelah proses seleksi, memang beliau sangat unggul di bidang-bidang yang lain tapi ada satu dua titik yang menurut penilaian saya tidak tepat kalau beliau saya forcer begitu untuk menempati pos departemen itu. Sekali lagi konsep the right person on the right place in the right time dan saya dua hari membahas itu, saya menerima laporan lengkap, detail dari tim uji kesehatan, termasuk kesehatan jiwa, dan kemudian saya juga berkomunikasi melalui Pak Hatta Rajasa, dan saya sendiri, dan insya Allah nanti saya akan bertemu langsung pada beliau, karena ini tidak luar biasa, beliau punya kelebihan, punya kekuatan, punya peran di penugasan lain yang lebih tinggi manfaatnya bagi rakyat, ketimbang menempati pos yang saya rancang di situ. Saya misalkan, mungkin di militer dulu oke. Alhamdulillah saya mengemban amanah sebagai Kepala Pemerintahan, belum tentu saya memimpin organisasi bisnis bisa. Tidak sesukses yang lain. Belum tentu saya Ketua DPR bisa, Pak Agung. Ya mungkin cocoknya saya dulu di TNI kemudian di pemerintahan. Masing-masing punya titik kuat, oleh karena itu saya minta rakyat memahami. Jangan keliru, beliau punya kelebihan, punya peran yang besar dan saya tetap respek pada beliau bahkan berharap dalam komunikasi saya masih bisa mengemban tugas di wilayah lain yang tidak kalah mulianya, yang belum tentu kita bisa melaksanakan seperti itu. Tadi ada kata-kata, Pak SBY kejam, kaum perempuan koq tidak diangkat.

 

Saudara-saudara,

 

Saya ingin justru memberikan tempat yang lebih luas kepada kaum perempuan karena 50% perempuan, 50% laki-laki. Terus terang kesadaran gender harus kita bangun di negeri ini sehingga kalau sekarang dari 34 menteri, 5 orang dari perempuan masih jauh dari rasio, tapi tentu tidak boleh mengorbankan kapasitas dan kualitas. Lima menteri dari kaum perempuan, saya pikir rasionya sudah makin baik. Tidak mungkin orang seperti saya tidak memberikan atensi kepada kaum perempuan. Sekali lagi, semuanya itu diniati atau dengan pertimbangan yang baik. Betul-betul seperti itu, tidak ada sesuatu yang subyektif dalam hal ini. Ini perlu saya jelaskan supaya tidak menimbulkan salah tafsir terhadap pengambilan keputusan saya di dalam penunjukkan kabinet ini, dan juga jangan sampai salah tafsir atau pun melihat sesuatu yang keliru terhadap Ibu Nila Moeloek. Beliau tetap she is a great woman yang tetap saya hormati dan beliau bisa berkiprah di tempat pengabdian yang tidak kalah mulianya dengan sekarang.

 

Yang berikutnya lagi, Saudara, tidak mungkin mewadahi semua identitas. Saya mendengar ada yang unjuk rasa, ada yang kirim SMS, ada yang protes, tidak mungkin, Saudara, kita mewadahi semua suku, semua etnis, semua agama, meskipun saya terus mencoba untuk ada satu perwakilan dari identitas kemajemukan. Saudara tahu, bahwa komposisi dari kabinet ini sebagian diusulkan oleh partai-partai politik yang berkoalisi dengan jumlah yang tidak sedikit tapi jangan dikatakan kalau dari parpol itu tidak profesional, keliru. Dari parpol ada ahli hukum, ada ahli dunia usaha, ada menguasai teknologi, dan sebagainya. Jangan lantas, kalau parpol itu pasti politisi. Mereka juga saya pertimbangkan profesionalitasnya, expertisenya, banyak, kemudian baru yang non parpol. Memang yang diusulkan partai-partai politik itu relatif homogen dari segi identitas. Saya harus menjelaskan seperti itu untuk transparansi dengan harapan tentunya lebih banyak lagi mewakili identitas sehingga yang non parpol yang harus saya pertimbangkan betul identitas itu dari gender, dari wilayah, dari etnis dari agama dan sebagainya. Itu pekerjaan rumah yang tidak sesederhana itu, tidak sesederhana itu. Kita lihat semuanya, sampai bermalam-malam kita ingin hunting, hunting dalam arti kita mencari tokoh dari daerah itu dengan identitas itu tidak selalu pas dengan portfolio, ini kementerian apa, departemen apa, tidak mungkin, akan mewakili suku itu, mewakili etnis itu, jadi si ini saja. Harus saya paskan betul dengan kapasitasnya, latar belakangnya. Itu yang perlu diketahui. Saya dengar dari Saudara-saudara kita di Maluku, protes kenapa tidak ada. Ingat Ibu Melani Leimena Suharni, itu yang sekarang menjadi Wakil Ketua MPR RI, yang saya sendiri mendorong untuk berada di situ, karena kebetulan dari partai Demokrat, itu dari Maluku. Sebentar lagi, dalam waktu yang tidak terlalu lama akan ada putra dari Maluku yang akan menduduki posisi yang sangat strategis dan sangat prestisius di lingkungan negara. Saya pun memungkinkan begitu. Dengan demikian, tidak ada sama sekali menganakemaskan atau menganaktirikan. Semua, I love all, saya mencintai semua Saudara-saudara kita, apa pun latar belakang identitasnya.

 

Dan yang terakhir, mudah-mudahan tidak terjadi, karena kalau ada yang berlanjut karena ketidaksukaannya terhadap Saudara misalnya, lantas terus melakukan pencemaran nama baik, apalagi di depan publik, di media masa, dan lain-lainnya, hukum mengatur untuk itu. Negara kita ini negara hukum bukan negara fitnah. Bukan negara yang begitu saja setiap orang bisa menghancurkan nama orang lain tanpa tanggung jawab. Tetapi saya berharap tidak terjadi karena insya Allah pada akhirnya semua akan memahami mengapa susunan kabinet ini seperti ini.

 

Saudara-saudara,

 

Saya cukupkan dulu khusus bagaimana merespons dinamika politik, yang penting resepnya sabar, tangani dengan bijak, dan kemudian setelah itu segeralah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

 

Berikutnya, saya ingin menyampaikan tag line. Ada 3 tag line untuk kabinet kita. Saya minta dicatat, dan saya minta, meskipun nanti akan kita bagikan ini slidenya. Yang pertama, saya ingatkan sekali lagi bahwa apa yang telah dilakukan oleh kabinet sebelumnya, Kabinet Indonesia Bersatu I yang masih relevan, program yang masih berlanjut akan kita lanjutkan, continuity. Kemudian, yang kita semua mengetahui harus ada peningkatan, harus ada perubahan, perbaikan, mari kita perbaiki, change, jangan malu-malu melanjutkan policy dari pejabat sebelumnya. Jangan, ‘wah sekarang kan menterinya saya, yang lain masukkan ke laci'. Keliru, karena program-program prorakyat misalnya, itu masih relevan dan justru harus kita tingkatkan ke depan ini untuk rakyat kita. Itu bagian dari continuity. Change sasaran-sasaran yang under yang di bawah atau bisa lebih baik lagi kita, ya lakukan, berikan koreksi, untuk meningkatkannya. Saya tidak ingin Saudara dengan gegabah, tergesa-gesa, mengubah kebijakan padahal kebijakan itu kebijakan Presiden, kebijakan saya yang masih harus berlanjut lima tahun mendatang.

 

Tag line yang kedua, adalah pengalaman lima tahun yang lalu saya melihat banyak kemacetan, entah tata ruang, entah perizinan, entah tumpang tindih, entah sulitnya pembebasan tanah untuk infrastruktur, macam-macam. Maka, saya ingin ada debottlenecking, hilangkan sumbatan itu. Cari jalan keluarnya, jangan dibiarkan sebulan dua bulan, setahun, dua tahun tetap saja merugi kita. Opportunity lost, ada peluang, hilang. Setelah debottlenecking, saya minta ada proses percepatan, acceleration, percepatan. Saya masih uring-uringan, kadang-kadang untuk pembuatan satu RUU, lama sekali. Sejak inisiatif muncul, departemen terkait menyampaikan draft RUUnya, masuk ke Departemen Hukum dan HAM, masuk ke Sekretariat Negara, diharmoniskan lagi, memang begitu prosedurnya, tapi terlalu lama, tidak boleh terjadi, padahal waktu berjalan terus. Kita mau menghadirkan undang-undang untuk mengatur, untuk menata, untuk certainty, bagaimana mungkin kalau prosesnya bertele-tele, bukan karena dibahas, kadang-kadang ditinggalkan seminggu, dua minggu, tiga minggu dibahas lagi, terlalu lama. Itu juga termasuk yang harus kita akselerasi. Belum yang lain-lain.

 

Dan yang ketiga enhancement, tingkatkanlah. Saudara punya target yang lebih ambisius, jangan sekedar, jangan business as usual dalam artian negatif. Jadi betul-betul saya ingin lima tahun dan akan saya pantau, saya awasi, dan saya evaluasi setiap tahunnya, kita semua melaksanakan debottlenecking, melakukan percepatan-percepatan atau acceleration, melakukan perbaikan dan peningkatan atau enhancement. Itu tag line yang kedua.

 

Tag line yang ketiga, Saudara-saudara, Saudara memiliki kompetensi. Saya baca CV Saudara satu demi satu, pengalaman Saudara, pendidikan Saudara, penugasan Saudara, buku yang dihasilkan, paper yang dipublikasikan, luar biasa. Tapi itu semuanya itu tidak ada artinya tanpa yang ketiga itu, unity, together we can, harus kita satukan potensinya ini. Together we can, bersama kita bisa, kesitu akhirnya. Tidak mungkin Menteri Perindustrian jalan sendiri tanpa sinergi dengan Menteri Perdagangan, dengan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dengan Menteri Keuangan, dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan sebagainya. Demikian juga menteri-menteri yang lain. Ada Menteri Koordinator, mengkoordinasikan. Para Menko pun tidak mungkin kalau jalan sendiri dengan keyakinannya masing-masing. Ada Menko yang lain, ada Kepala Unit Kerja Presiden yang 24 jam ibaratnya, 7 hari seminggu untuk memastikan bahwa semua itu mengalir, berjalan, tidak ada bottlenecking sehingga mencapai tujuan, karena Unit Kerja Presiden adalah, mata saya, telinga saya, tangan saya untuk melakukan sesuatu if it is necessary, termasuk akan saya berikan wilayah-wilayah tertentu, tentu tidak bertabrakan dengan wilayah menteri koordinator tetapi semuanya menjadi sinergis. Jadi kuncinya unity, satu kita, together we can. Saya minta tiga ini ada bahasa Indonesianya ada bahasa Inggrisnya supaya mudah diingat, mari kita jalankan bersama.

 

Yang berikutnya lagi, seperti saya sampaikan, saya ingin mencontohkan dan mengingatkan kembali, bagi yang dulu untuk Kabinet Indonesia Bersatu, sebagian kecil, ada yang sejak awal bersama-sama saya, ada yang di tengah jalan bersama-sama saya sebagian besar adalah wajah-wajah baru. Ini adalah pengarahan saya pada tanggal 22 Oktober. Dulu lebih cepat karena begitu paginya saya dilantik, ingat saya malam harinya saya umumkan. Terus tanggal 21 sudah saya lantik dulu, 22 briefing yang pertama. Kita berbeda sedikit, beda sekian jam, karena Undang-Undang yang baru kepada saya diberikan waktu 14 hari, sehingga kemarin sudah saya katakan kepada pers, insya Allah nanti 21 akan saya umumkan atau kalau ada dinamika bisa satu hari, satu dua hari setelah itu. Nah, biasa teman-teman pers, ‘wah ini molor, ini batal' padahal belum jatuh tempo. Belum koq sudah molor, ndhak apa-apa. Kalau tidak begitu tidak seru. Dan dua minggu saya dikasih waktu tetapi kalau dua minggu terlalu lama. Ini ada kevakuman nanti. Jadi ya lebih bagus satu hari.

 

Dulu saya mulai dari tantangan kita, agenda utama 2004-2009, faktor menuju sukses, kode etik, program aksi 100 hari. Mengapa saya sampaikan ini, Saudara-saudara? You could feel, Saudara bisa merasakan situasi lima tahun yang lalu, ingat keamanan kita, Aceh, daerah-daerah konflik komunal, pertumbuhan kita masih di bawah 4 % atau sekitar itu dan lain-lain. Jadi, kalau saya menetapkan seperti itu, dengan certaincies dengan situasi dan kondisi waktu itu lima tahun yang lalu. Namun benang merah seperti ini perlu kita jaga di awal penugasan kita, sepatutnya kita memulai dengan seperti ini.

 

Dulu, lima tahun yang lalu ada tantangan yang besar, harapan rakyat tinggi sekali, karena mungkin pemilihan presiden langsung, wah ini berarti karena presiden SBY dipilih langsung pasti bisa seperti superman, bisa mengubah keadaan dengan cepat. Itu kita rasakan, harapan rakyat yang sangat tinggi, oleh karena itu tantangan terbesar dahulu adalah how to manage the expectation of the people. Tidak mudah untuk memenuhi ekspektasi yang sangat tinggi dari masyarakat. Sekarang pun ekspektasi masih tinggi. Diharapkan kita lima tahun ini bisa mengubah banyak hal. Kalau perlu tidak usah lima tahun, tahun depan. Harus kita pahami ekspektasi selalu lebih tinggi dari kemampuan pemerintah mana pun, negara mana pun, untuk memenuhinya. Tapi jadikanlah pemacu dan pemicu semangat kita bahwa rakyat ingin lebih baik lagi kehidupannya.

 

Tantangan utama waktu itu, ingat lima tahun yang lalu mengatasi masalah fundamental yang cukup banyak, yang kedua menghadapi gangguan politik, dulu lebih dinamis. Pak Agung Laksono masih ingat, ada koalisi kebangsaan, ada koalisi kerakyatan, ya begitu, itulah indahnya politik, indahnya demokrasi sampai seminggu, sebulan, dua bulan masih gaduh dulu sampai ada settlement. Ini ada yang senyum-senyum karena dulu ada yang di kebangsaan, ada yang di kerakyatan. Tapi meskipun dulu gaduh, saya sejak awal, ini kan 22 Oktober saya ngomong ini, insya Allah kita bisa lakukan. Dan Tuhan Maha Besar, kita bisa akhirnya membangun situasi politik yang baik, antara DPR, DPD, Pemerintah dan semuanya. Dan hasilnya dengan segala kekurangannya adalah yang dirasakan oleh rakyat.

 

Dulu memang saya menggarisbawahi peace, justice, democracy, and prosperity. Saya kira ini pun masih relevan, meskipun kemarin tag line kami waktu campaign adalah prosperity, democracy, and justice. Jadi, lebih mirip sebetulnya dan ini saya kembangkan karena sejumlah hal telah dicapai selama lima tahun berselang tapi juga masih banyak yang belum dicapai.

 

Coba, simak satu per satu Saudara-saudara, apakah yang saya sampaikan hari kedua di kabinet lima tahun yang lalu itu telah dapat kita wujudkan apa tidak. Ingat keadaan lima tahun yang lalu, dengan situasi Aceh, sekali lagi, daerah konflik, macam-macam. Dulu saya ingin agar NKRI tetap tegak dan utuh. Alhamdulillah, tetap tegak dan utuh. Integrasi nasional kokoh. Kedaulatan negara tegak dalam konteks hubungan internasional tidak ada satu pun negara yang menakut-nakuti kita, yang mendikte kita, yang mengancam kita. Tidak satu pun negara, sekarang ini. Keamanan dalam negeri terpelihara, separatisme bersenjata dihentikan, alhamdulillah, Aceh telah bisa kita selesaikan dengan cara yang bermartabat. Konflik komunal diakhiri. Alhamdulillah, keadaan di Poso, di Maluku, Maluku Utara, dan tempat-tempat lain yang dulu juga sering, sudah jauh membaik, kejahatan diperangi, kita tidak pernah berhenti memerangi terorisme dan kejahatan transnasional, harmoni dan integrasi sosial diperkokoh, toleransi kehidupan beragama diperkuat, dulu ada jarak, pasca krisis 1998-1999, situasi komunal konflik sehingga toleransi kehidupan beragama termasuk harmoni dan integrasi sosial itu punya masalah, alhamdulillah, sekarang ini kondisinya jauh lebih baik.

 

Yang berkaitan dengan justice, waktu itu kita tetapkan lima tahun mendatang keadilan sosial diperkuat, persamaan kesempatan didorong, diskriminasi dihilangkan. Saudara bisa merasakan sekarang no discriminative policy termasuk Undang-Undangnya yang kita jalankan sekarang ini, mari kita sekarang pertahankan. Kesetiakawanan sosial diperkuat, negara kita rawan bencana, rawan gempa, lima tahun banyak terjadi gempa, tetapi saya berbesar hati, kesetiakawanan sosial masyarakat kita tinggi. Ini tentu capital yang bagus, hukum ditegakkan, KKN dan penyimpangan diberantas. Ini saya kira satu kampanye pemberantasan korupsi yang paling agresif dalam sejarah di negeri kita. Masih harus kita lanjutkan dan tingkatkan. Penghormatan kepada HAM ditingkatkan, ingat. There is no gross violence of human right. Selama lima tahun tidak ada pelanggaran HAM berat, Alhamdulillah, prestasi. Kita punya masa lalu yang menjadi bagian dari sejarah kita. Tidak perlu menyalahkan siapa-siapa masa lalu bangsa kita yang diwarnai berbagai pelanggaran HAM, termasuk pelanggaran HAM berat. Situasinya jauh membaik tetapi jangan taken for granted. Saya sudah menginstruksikan kemarin Menteri Hukum dan HAM untuk menjalin konsultasi, hubungan baik dengan Komnas HAM, dengan para NGO Hak Asasi Manusia. Ajak bersama-sama, rangkul bersama-sama, mengemban tugas sesuai dengan amanah Undang-Undang agar HAM ini betul-betul semakin kita hormati di masa depan.

 

Demokrasi yang kita tuju adalah demokrasi yang bermartabat, tidak harus mengambil model demokrasi dari negara mana pun, apalagi kalau tidak sesuai dengan nilai-nilai kita, nilai-nilai agama, nilai budaya, nilai peradaban dan sebagainya. Kita ingin mengemban kehidupan demokrasi, konstitusionalisme mesti kita perkuat, kelembagaan dan budaya politik dikembangkan, partisipasi politik didorong, peran masyarakat (civil society) ditingkatkan. Semuanya itu mesti dalam lingkungan politik yang tertib dan stabil. Tidak bisa membangun kita kalau stabilitas politik kita buruk, stabilitas sosial kita robek, tidak mungkin sehebat apa pun itu. Ekonom kita, businessmen kita, pemerintahannya kalau lingkungan dalam negerinya buruk. Ini saya katakan precondition, pra kondisi bagi berhasilnya pembangunan ekonomi.

 

Kemudian Indonesia lebih sejahtera, lagi-lagi ini saya katakan, tanggal 22 Oktober tolong dicek, apakah lima tahun ini ada yang kita lakukan di semuanya ini. Pertumbuhan ekonomi terus didorong, alhamdulillah, mencapai 6% sebelum krisis global ini. Makroekonomi tetap stabil, lihat inflasi, lihat nilai tukar, lihat harga saham, fundamentals yang lain, sektor riil dan dunia usaha didorong. Dulu betul-betul macet. Makin bergeliat sekarang. Pengangguran dikurangi, terus susut. Kemiskinan dikurangi, terus menurun. Daya beli rakyat ditingkatkan, income percapita naik, daya beli naik. Nilai tukar petani naik. Infrastruktur dibangun tapi masih banyak ternyata yang harus kita bangun lagi. Investasi digalakkan, ekspor ditingkatkan, meningkat. Kualitas hidup masyarakat, hak dasar ditingkatkan, pendidikan ditingkatkan. Bukan hanya 20% dari anggaran tapi juga ada yang kita tingkatkan di banyak hal, kesehatan ditingkatkan, lingkungan hidup ditingkatkan kualitasnya, peran perempuan ditingkatkan. Jadi saya kira tidak benar kalau jalan di tempat, malah mundur. Ingat one by one tadi. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah bersama partnernya, semua masyarakat luas, dunia usaha, perguruan tinggi, NGO, dan sebagainya.

 

Saya ingin sedikit menyampaikan kerja sama internasional. Saya minta para Menteri memahami forum policy bukan hanya domain Menteri Luar Negeri, meskipun dalam praktik, dalam dunia diplomasi, Menlu yang di depan. Yang paling depan ya Presiden sebetulnya tapi dalam banyak protokol, banyak kegiatan diplomasi, Menlu yang mewakili kita dalam berbagai forum. Mengapa harus saya jelaskan? Jangan sampai Saudara-Saudara sebagai Menteri mengambil sendiri kebijakan politik luar negerinya, memilih-milih tidak mau bekerja sama dengan negara A, B, C tapi maunya dengan D, E, F saja. One single forum policy. Saya ingatkan, kemarin dalam pidato saya, saya mengatakan all direction forum policy. Ada masanya negara kita dulu kekiri-kirian. Ada masanya negara kita kekanan-kananan. Kita ingin kembali kepada roh, semangat, dan jiwa dari politik luar negeri kita yang bebas aktif. All direction forum policy, thousand friends zero enemy. Hubungan kita dengan Rusia bagus. Saya sudah berkunjung dan kita sudah membangun strategic partnership, semacam itu dengan China, dengan negara-negara eks komunis, dulu. Hubungan kita bagus sekarang ini karena all direction. Hubungan kita dengan negara-negara Timur Tengah, dengan negara Islam makin kuat. Saya banyak berkunjung, saya aktif di Organisasi Konferensi Islam. Hubungan kita dengan sesama Asia-Afrika tetap kuat. Hubungan kita dengan Barat, Eropa, Amerika tetap baik karena all direction forum policy. Semuanya itu, Saudara-saudara, tetap berorientasi kepada kepentingan nasional kita, bukan kepentingan nasional dia. Kepentingan nasional kita. Tidak mengorbankan kedaulatan dan harga diri bangsa. Kalau dilecehkan, kalau dihina, kalau dirugikan kepentingan kita, kita harus tegak berdiri dan kita melakukan sesuatu dengan sangat tegas.

 

Mengalirkan sumber-sumber kemakmuran, apakah teknologi, apa pun yang bisa meningkatkan kesejahteraan kita. Dan dulu, lima tahun yang lalu, saya maknai juga sebagai bagian dan pembangunan kembali ekonomi kita, dulu. Sekarang pun, partnership, kerja sama masih diperlukan. Kita punya forum ASEAN, kita punya forum APEC, kita punya forum Organisasi Konferensi Islam, kita punya forum Gerakan Non Blok, kita punya forum Konferensi Asia Afrika, sekarang yang terbaru adalah kita punya forum G-20. Itu adalah grouping yang sangat prestisius, konon akan menggantikan, bukan menggantikan, akan lebih berperan dibanding G-7, G-8 yang sudah tidak cocok lagi dengan anatomi dari kekuatan-kekuatan utama atau main players pada tingkat global. Dengan demikian, Saudara-saudara, pegang teguh all direction forum policy, politik bebas aktif, kerja sama internasional yang membawa manfaat bagi bangsa kita.

 

Dulu saya katakan ada lima faktor menuju sukses. Rasanya masih relevan. Tentu kita berangkat dari visi, strategi, dan kebijakan yang tepat. Tidak mungkin tidak. Kita perlu mengembangkan kepemimpinan yang efektif, bukan hanya saya dan Pak Boediono. Bukan hanya Saudara, tapi Gubernur, Bupati, Walikota, pendek kata, semua pemimpin harus menjalankan kepemimpinan dengan efektif. Manajemen yang baik. Sumber daya selalu terbatas, tujuan dan sasaran kita biasanya lebih tinggi dibandingkan kapasitas sumber daya kita. Tetapi bagaimana pun mari kita pilih cara-cara, ya itu lah strategi itulah, taktik itulah cara-cara kita untuk mencapai tujuan.

 

Kepemerintahan yang baik, yang saya maksudkan dulu adalah tata pemerintahan atau pun governance. Ini sangat-sangat penting, jangan sampai semua rusak gara-gara governance, gara-gara penyimpangan, gara-gara korupsi, gara-gara conflict of interests, dan sebagainya. Dan sebagaimana pidato dua hari yang lalu, bangsa ini akan berhasil kalau kita terus menjaga persatuan, kebersamaan, dan rakyat seluruhnya bekerja dengan baik. Inilah lima faktor menuju sukses.

 

Dulu saya membikin aturan main, rules of the game, dan kode etik, code of conduct. Yang ini dikembangkan, diperluas dalam pakta integritas dan kontrak kinerja yang sudah Saudara tandatangani, dan juga kesepakatan koalisi yang sudah ditandatangani oleh para pimpinan partai politik yang berkoalisi dan saya sendiri. Ini sekilas coba dilihat di depan. Satu, pahami dan implementasikan tata kerja, mekanisme dan prosedur yang berlaku di KIB, masih relevan. Pahami garis instruksi, garis laporan, dan garis koordinasi. Saudara punya atasan, punya bawahan, punya kawan di samping untuk berkoordinasi, ingat. Saudara berada dalam sistem. Kalau di DPR, di parlemen, barangkali garisnya fraksi, di sini garisnya Presiden. Kemudian ada yang mengkoordinasikan, Menteri Koordinasi, Menteri Koordinator. Kemudian, ada Gubernur. Itu mitra, mitra Saudara. Ada yang lain-lain.

 

Yang ketiga Keputusan Presiden harus dilaksanakan. Ada mekanisme kalau Saudara menolak Keputusan Presiden, ada mekanismenya. Tidak boleh ‘Saya tidak jalankan, saya tidak setuju'. Negara mana pun tidak memberikan toleransi seperti itu. Yang keempat, pembicaraan substansi di kabinet umumnya berklasifikasi rahasia, atau terbatas. Nanti dalam sidang-sidang kabinet, di ruangan ini maupun ruangan kita (ini punya Sesneg sebetulnya) kita punya di atas kantor saya tapi sedang kita renovasi. Jadi sementara di sini, pembicaraan itu semua documented, setiap pembicaraan Saudara nanti, termasuk sekarang saya ini didokumentasikan. Ada rekamannya dan disimpan sebagai bagian dari dokumen negara sehingga berklasifikasi rahasia atau terbatas. Yang harus dijelaskan ke publik, kita jelaskan melalui konferensi pers atau pun melalui sarana yang lain.

 

Tidak membawa pertentangan atau perbedaan dalam kabinet ke publik. Tidak boleh. Misalnya, Menteri Lingkungan Hidup berbeda pendapat dengan Menteri Kehutanan karena urusan area. Tidak boleh masing-masing konferensi pers, "Saya tidak setuju dengan Menteri Kehutanan," kata Menteri Lingkungan Hidup. Menteri Kehutanan tidak kalah serunya, "Saya tolak itu Menteri Lingkungan Hidup." Ini namanya pecah kongsi. Dan itu buruk di mata publik. Bagaimana ini, alih-alih bekerja sama kompak, malah hantam-menghantam. Jangan!

 

Tidak menyerang dan mendiskreditkan atasan dan kolega menteri di luar atau arena publik. Sama dengan tadi. Loyalty to my party ends when loyalty to my country begins. Saya kira sudah tahu semua. Garis menteri adalah garis kabinet, bukan garis partai (sudah tahu semua). Hotline antara Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri angota Kabinet harus baik. Saya paling tidak suka menghubungi Menteri, satu jam, dua jam belum dapat kecuali sedang terbang, kecuali sedang meninjau di pelosok Indonesia yang tidak bisa dijangkau oleh alat komunikasi. Tapi kalau di Jakarta, di kantor, termasuk hari libur, satu jam, dua jam tidak bisa saya hubungi, sudah keliru itu. Satu hari tidak tembus, sudah keliru itu. Dan tidak menjawab, tidak merespons, tidak berusaha mencari. Jadi saya ingin, itu hotline, tidak mungkin saya menelepon Saudara kalau tidak ada tujuannya. Saudara menghubungi Presiden juga mesti ada yang sangat penting sehingga ada hotline agar betul-betul masalah bisa segera diatasi, termasuk untuk jajaran-jajaran yang lain. Tugas ke luar negeri, izin Presiden, lisan dan atau tertulis. Saudara masih lama waktunya, masih dua bulan lagi. Kirim surat kepada Presiden, izin menghadiri pertemuan Menteri Energi ASEAN, itu penting, tertulis. Tapi tiba-tiba karena waktunya mendadak ada acara yang penting di kantor ASEAN, waktunya tinggal empat hari lagi. Saudara bisa lisan, "Pak Presiden, saya izin." Kalau saya sedang sibuk bisa lewat Menteri Sekretaris Negara, Mensesneg, tolong laporkan Presiden, saya ada begini, saya izin ke Bangkok, misalnya. Biasanya go, pergi, kecuali ada hal-hal yang tidak boleh ditinggalkan, saya katakan "Jangan!" Biasanya akan saya izinkan, biasanya. Tapi setelah itu Saudara tetap mengirimkan tertulisnya untuk pertanggungjawaban. Delegasi seramping mungkin dan selektif. Kalau mau diikuti, setiap bulan mungkin Saudara ke luar negeri. Banyak sekali undangan permintaan. Saya itu kalau saya ikuti mungkin tiap bulan ke luar negeri. Atau satu bulan dua kali, barangkali. Tapi harus selektif. Saya juga kemarin menyampaikan kepada Pak Marty Natalegawa, Menlu. Saya melihat duta besar banyak yang bolak-balik ke Jakarta, urusan apa itu. Ada duta besar urusan partai politik aktif di situ, urusan pilpres aktif di situ. Keliru! Keluarkan aturan, keluarkan edaran, tentu itu wakil saya di luar negeri. Kalau bolak-balik meninggalkan posnya, bagaimana? Oleh karena itu, kalau bolak-balik ke Jakarta tidak jelas, sekali, kasih peringatan, dua kali, cabut, recall, tarik, nggak apa-apa. Memang negara tuan rumahnya "ada apa-ada apa?" Tanggung jawab saya untuk menariknya. Keluarkan aturan seperti itu. Tidak baik, Dubes koq bolak-balik ke Jakarta, apalagi kegiatan politik praktis. Itu tidak baik.

 

Yang kesebelas, Saudara-saudara, jaga kehormatan dan penampilan sebagai anggota kabinet, plus keluarga, saya kira penting. Yang kedua belas, pegang teguh pakta integritas.

Berikutnya lagi sekilas saja karena kita akan menjalankan program 100 hari. Kalau dulu memang show the flag meletakkan landasan dan langkah awal, shock therapy, saya dulu langsung datang ke pajak, saya datang ke bea cukai, saya datang ke Polri, saya datang ke banyak institusi yang menjadi perhatian publik waktu itu. Saya datangi langsung. Kemudian mencetak sukses awal, quick win, ini trust building, ini sudah disusun sekarang, bagus sekali.

 

Tata kerja nanti kita akan punya.

 

Ini agenda seratus hari dulu, untuk perbandingan saja. Dulu itu. Kita merefer APBN 2005 tapi sekarang karena Presidennya tidak ganti, Menteri Keuangannya kebetulan berlanjut, bukan kebetulan bu Ani tapi saya menetapkan untuk dilanjutkan jadi tidak terlalu banyak perubahan di APBN kita. Dulu memang masih rawan dan lainnya itu prioritas saya, pemberatasan korupsi, terorisme, illegal logging, konsultasi dengan lembaga negara yang lain, pengelolaan hutan, jadi atensi saya dulu. Tentu pengurangan pengangguran, pengurangan kemiskinan, pendidikan, investasi, kerja sama internasional, dan sebagainya.

 

Itulah sekilas tentang lima tahun yang lalu, awal dari kabinet yang lalu. Saudara, saya berikan overview-nya untuk memahami kalau saya bicara change and continuity. Mari kita perbaiki, mari kita ubah, mari kita tingkatkan yang benar-benar harus kita lakukan itu. Tetapi yang baik sekali lagi jangan diobrak-abrik karena menterinya ganti, "ah ini menteri lama ini mesti jelek semuanya". Jangan! Menteri-menteri yang lalu juga bekerja gigih, juga banyak yang menghasilkan sesuatu. Tentu ada set up baru. Begitulah keniscayaan dalam dunia politik dan pemerintahan.

 

Berikutnya saya akan menyampaikan agenda utama ke depan. Ini betul-betul garis besarnya dulu. Lima ini harus kita pegang terus Saudara-saudara. Lima tahun kita tentu ingin meningkatkan capaian ekonomi kita. Contohnya, kita ingin mencapai 7% atau lebih tahun 2014 dengan asumsi tidak ada gejolak dunia seperti sekarang ini. Sebenarnya kalau tidak ada krisis dunia 2 tahun ini pertumbuhan kita close to 7% atau lebih dari 7%. Tapi karena ada prahara perekonomian global, ya set back. Oleh karena itu, lima tahun kita kembalikan lagi pada track-nya dengan sasaran 7% or more. Untuk apa? Ya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 

Yang kedua, bagaimana pun perbaikan tata kelola pemerintahan, good governance, termasuk reformasi birokrasi, prioritas.

 

Yang ketiga, penegakan pilar demokrasi. Demokrasi harus tetap tumbuh, jangan kembali ke otoritarianisme tetapi yang bermartabat, bukan demokrasi dengan hukum rimba, harus dengan tatanan yang baik.

 

Keempat, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi tetap prioritas. Kemudian pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Kita harus betul-betul melihat pembangunan daerah, pembangunan antara sektor, pembangunan pada komunitas marjinal, tertinggal. Oleh karena itu, (lihat saya sekarang), kalau saya Presiden, di sebelah ini adalah para Menteri, di sebelah sini para Gubernur, jangan ada gap. Saudara policy makers pada tingkat nasional, tapi yang menjalankan para Gubernur. Para Gubernur itu memiliki power yang tinggi sekarang dengan otonomi daerah, dengan desentralisasi fiskal, dengan dekonsentrasi politik. Oleh karena itu, ya bersama-sama. Saya, Pak Boediono, ada Menteri, ada Gubernur. Menteri pembangunan sektoral, gubernur pembangunan regional. Oleh karena itu, betul-betul bangun komunikasi, konsultasi, hubungan baik dengan para Gubernur. Yang berkaitan dengan Gubernur bukan hanya Mendagri. Memang Mendagri akan lebih sering berkomunikasi, berkonsultasi, melakukan pertemuan dengan para Gubernur. Tapi pada prinsipnya, Gubernur itu bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Saya oleh Undang-Undang Dasar pemegang kekuasaan pemerintahan, pasal 4. Pemerintahan Daerah bagian dari Pemerintahan Nasional. Oleh karena itu, Gubernur bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Oleh karena itu, Saudara pada sektornya masing-masing, pada portfolio-nya masing-masing bisa langsung berkomunikasi, langsung bekerja sama dengan Gubernur. Tapi urusan-urusan tertentu selama ini saya limpahkan untuk memelihara komunikasi kepada Menteri Dalam Negeri.

 

Prioritas Nasional. Pertama, ini sumber dari segalanya. Kalau governance jelek, birokrasi lambat, korup, tidak cekatan, berhenti sudah. Semua nomer dua dan seterusnya tidak berjalan. Saya menggarisbawahi governance, tata kelola pemerintahan, dan birokrasi yang responsif, yang akuntable, yang clean, yang capable, dan sebagainya.

 

Nah, berikutnya lagi pendidikan, mana Mendiknas? Saudara harus melaksanakan reformasi pendidikan gelombang II. Kesehatan, mana Menkes? Saudari harus melaksanakan reformasi kesehatan. Sangat penting. Barangkali masih gelombang pertama. Penanggulangan kemiskinan, nanti ada satu tim yang saya bentuk untuk selalu mensinergikan, mensinkronisasikan penanggulangan kemiskinan. Itu adalah salah satu prioritas kita, yang langsung dipimpin oleh Wapres. Kemudian, di situ ada Menko Perekonomian, Menko Kesra, dan Menteri-menteri terkait.

 

Lantas, ketahanan pangan. Mana Menteri Pertanian? Ya, tentu lanjutkan revitalisasi pertanian gelombang II. Dari lima komoditas penting, yang baru kita capai dua setengah, yaitu beras, jagung, dan gula konsumsi. Yang belum, gula sebagian belum, kemudian daging sapi dan kedelai. Lima tahun capai itu sambil mempertahankan swasembada dari komoditas pertanian yang lain. Tentu ketahanan pangan tidak berdiri sendiri, dalam arti bukan hanya domain, tentu tugas Menteri Pertanian tetapi juga Menteri PU membantu dalam infrastruktur pertanian dan Menteri-menteri lain.

 

Infrastruktur, saya ingin ada proyek yang nyata di seluruh Indonesia lima tahun mendatang dengan timeline yang kita kontrol yang ketat dengan financing yang baik, antara Pemerintah dengan swasta. Karena tanpa infrastruktur, rusak sudah. Tidak maju, tidak akan bangkit.

 

Yang ketujuh, iklim investasi dan bisnis. Kalau iklimnya baik, hukumnya pasti, keamanan baik, politik stabil, governance-nya baik, izin tidak bertele-tele, dan sebagainya akan hidup. Kalau bisnis hidup, lapangan kerja terbuka, rakyat senang karena income-nya bertambah. Investasi datang, baik dari dalam maupun luar negeri, bergerak lebih tinggi lagi perekonomian kita.

 

Energi. Mana Menteri Energi? Ya, saya ingin betul listrik, bersama-sama dengan Menneg BUMN, listrik menjadi prioritas yang tinggi. Bangun lima tahun ini. Kita punya program 10.000 megawatt, underway, tuntaskan. Ciptakan lagi, bangun lagi 10.000 megawatt berikutnya lagi. Dan usahakan yang kedua ini jangan gunakan batubara. Utamakan yang lain-lain, supaya lebih klop dengan upaya kita untuk memelihara lingkungan ataupun menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global. Energi juga untuk minyak dan gas dikelola, dan energi terbarukan jadikan proyek, jadikan prioritas.

 

Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana. Mana Menterinya? Bapak harus betul-betul memastikan gerakan nasional untuk memperbaiki lingkungan terus berlangsung sambil menuju ke energy mix 2025 dan 2050, ingat. Yang menjadi biang keladi emisi kita, hutan, kebakaran hutan. Maka Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menneg LH, Mendagri, tentu di bawah Menkokesra, bekerja keras untuk mencegah kebakaran dan pembakaran hutan. Itulah puncak emisi kita. Kalau itu kita turutkan, alhamdulillah, tiga tahun terakhir sudah menurun jauh, maka kita akan very healthy dari segi lingkungan. Ajak gubernur yang bersangkutan, terutama yang langganan asap itu, Gubernur Riau, sedikit Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur. Terutama itu. Ajak betul untuk betul-betul mengatasi. Penanggulangan bencana, ingat kita rawan gempa, rawan tsunami, rawan letusan gunung berapi, rawan bencana, pro aktiflah untuk menangani itu.

 

Pembangunan daerah tertinggal, terdepan, pasca konflik. Bukan hanya Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal tetapi semuanya juga kontributif, memastikan saudara kita dimana pun mendapatkan sentuhan pembangunan.

 

Kemudian sebelas, kebudayaan dan kreativitas serta inovasi teknologi. Semuanya penting. Ini jati diri bangsa, ini bisa membangun creative economy. Inovasi ini juga pilar agar bangsa kita bisa tumbuh dengan baik termasuk ekonominya. Ini perhatian kita untuk lima tahun mendatang.

 

Khusus di bidang ekonomi, supaya betul-betul dicapai dan ini adalah esensi dari kontrak kinerja sebetulnya. Growth, pertumbuhan, capai sasaran yang telah ditetapkan. Pengurangan pengangguran atau penciptaan lapangan kerja, capai. Pengurangan kemiskinan, laksanakan. Infrastruktur, pertanian atau pangan, industri. Mana Menteri Perindustrian? Saudara harus melaksanakan revitalisasi industri gelombang I karena pertanian gelombang II, ini gelombang I. Energi, investasi, fiskal, dan finance. Fiskal sangat penting. Financing juga sangat penting. Tidak mungkin negara, APBN,  membiayai semua hal yang lebih tepat itu dibiayai oleh swasta yang dia punya, mendapatkan benefit dari pembiayaan itu. Dan begitu praktek yang juga terjadi di banyak negara. Oleh karena itu, pikirkan co-financing yang baik, paduan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pemerintah dengan swasta. Kalau itu kerja sama internasional, dalam negeri dan luar negeri, Menko Perekonomian saya harapkan bisa bersama-sama Menteri Keuangan memastikan semuanya ini berjalan dengan baik. Puncaknya adalah good governance. Satu sampai sembilan itu bisa terjadi kalau good governance betul-betul kita tegakkan.

 

Saudara-saudara,

 

Yang terakhir adalah kegiatan penting dua minggu ke depan. Sekarang Sidang Paripurna, dua-tiga hari mendatang itu ada persiapan untuk National Summit yang akan dipimpin persiapannya oleh Wapres nanti. Dan National Summit itu memang Wapres yang saya tugasi untuk memimpin. Bersamaan dengan itu, besok pagi saya akan berangkat ke Thailand selama dua hari untuk menghadiri ASEAN Summit dan East Asian Summit. ASEAN Summit itu yang sepuluh negara ASEAN. East Asian itu tambah Jepang, Korea, China, kemudian Australia, Selandia Baru, India. Itu wajib. Itu kegiatan wajib saya tiap tahun. Dan begini supaya Saudara tahu, Indonesia itu satu-satunya ASEAN yang masuk G-20. Jangan sampai kalau kita tidak aktif di situ dianggap sudah meninggalkan rumahnya. Itu sensitif. Oleh karena itu, ASEAN tetap rumah kita, sedangkan G-20 adalah wilayah depan kita juga untuk engage kepada dunia yang lebih luas. Mestinya sudah mulai malam ini. Tapi, saya sudah tugasi Menlu untuk berangkat duluan. Saya akan bergabung besok siang karena saya berangkat besok pagi dari tanah air.

 

Kemudian, sekembali saya dari Thailand, akan ada Sidang Kabinet Terbatas untuk penetapan program 100 hari. Sudah ada draft-nya. Sudah final sebenarnya. Kemudian, untuk memastikan prosedur dan tata kerja Kabinet Indoensia Bersatu II, bagaimana hubungan Presiden dengan Wakil Presiden, dengan Menteri, dengan Kepala Unit Kerja Presiden, dengan Wantimpres dan sebagainya, supaya Saudara paham dan tidak keliru.

 

Setelah itu, akan ada Rapat Kerja Kabinet dengan para Gubernur, dengan para Pimpinan LPND-Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan para Pimpinan Badan-Bbadan Usaha Milik Negara, yang juga diikuti oleh eselon I. Setelah itu, akan ada National Summit, tanggal 29, 30, 31. Intinya, kita Pemerintah, Kabinet bersama para Gubernur, dunia usaha, bersama dengan perguruan tinggi, ekonom, civil society akan melaksanakan semacam Summit begitu untuk membahas pada isu-isu yang sangat penting, yang nanti akan menjadi bagian utama dalam program 100 hari dan program lima tahun mendatang. Ini penting kita mendengarkan pandangan mereka, rekomendasi mereka. Dengan demikian, yang kita lakukan betul-betul klop. Dari Dewan juga diundang, dari DPR dan DPD. Jadi, saya kira ini bagus untuk menyatukan pikiran bersama kita.

 

Setelah itu ditutup, karena di sini akan ada masukan program 100 hari dan Renstra lima tahun, maka saya kukuhkan nanti semuanya ini. Dan kemudian kita mengawali program 100 hari yang Saudara siap menyiapkan fisik dan mental untuk bekerja awal selama 100 hari dengan intensitas yang tinggi. Kalau harus ke daerah, ke daerah. Saya akan menugasi Wakil Presiden untuk keliling ke provinsi-provinsi untuk betul-betul menyukseskan program 100 hari karena ini awal, ini starting point. Kalau starting point-nya benar, start-nya benar maksud saya, ke depannya akan lebih lancar. Jadi, make sure semuanya benar. Tidak mungkin lima tahun tanah masih tumpang tindih. Bagaimana mau bergerak? Sengketa tidak kunjung usai. Undang-Undang tabrakan kiri kanan. Peraturan Pemerintah-nya sudah tidak relevan misalkan. Perda-nya kebablasan. Tidak baik hubungan antar menteri, tidak baik hubungan antara pusat dan daerah. Ya, sudah, rugi semuanya. Nah, inilah nanti akan ada debottlenecking misalkan dalam bidang itu. Nah, ini perlu Wapres turun ke provinsi-provinsi untuk belanja masalah dan sekaligus untuk mencari draft solusi. Nanti saya putuskan. Semua keputusan, keputusan Presiden. Tidak ada keputusan Wapres. Keputusan Presiden. Dan kami akan satu atap. Kantor saya sebelahnya ada Wapres di situ. Sebelahnya ada Kepala Unit Kerja Presiden. Beliau punya istana. Istana Wapres untuk kegiatan sosial, untuk membuka seminar, untuk menerima tamu negara. Tapi bekerja sehari-hari satu atap dengan saya. Dengan demikian lebih sinergis, lebih kompak. Kompak dalam arti tidak pecah kongsi. Kalau pecah kongsi, yang susah Saudara. Jadi, kalau kami betul-betul klop, semua they happy.

 

Dari saya itu. Saya persilakan dulu Wapres. Ini hari Jumat, kita akan shalat. Jadi, masih ada waktu. Setelah Wapres kita break sekitar sepuluh menit. Buang air, tambah air. Kemudian nanti kita lanjutkan sesi terakhir yang urusan rumah tangga kita. Wapres saya persilakan.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

 

Biro Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,

Sekretariat Negara RI