Sambutan Presiden RI pada Silaturahim Keluarga Besar HIPMI, Jakarta, 31 Agustus 2012

 
bagikan berita ke :

Jumat, 31 Agustus 2012
Di baca 946 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

SILATURAHIM KELUARGA BESAR HIPMI DAN

PENGANUGERAHAN HIPMI LIFETIME ACHIEVEMENT AWARD

DI BALAI KARTINI, JAKARTA

PADA TANGGAL 31 AGUSTUS 2012

 

 

 


Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang Mulia para Duta Besar Negara-negara Sahabat, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Gubernur DKI Jakarta, Ketua Umum HIPMI, dan segenap pimpinan dan Jajaran Pengurus HIPMI, baik pusat maupun daerah, para Pimpinan Dunia Usaha, para Sesepuh dan Pendiri HIPMI,

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,


Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang membahagiakan dan insya Allah penuh berkah ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan ridha-Nya, pada malam hari ini kita dapat menghadiri acara silaturahim jajaran Keluarga Besar HIPMI. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan yang disampaikan kepada saya dan para Undangan yang lain, untuk ikut memeriahkan 40 tahun HIPMI, mulai dari tahun 72 hingga tahun 2012, tahun ini. Semoga dengan masuk usia 40 tahun, HIPMI semakin berjaya di masa depan, dan makin berkontribusi dalam pembangunan perekonomian di negeri tercinta ini.

 

Hadirin sekalian,

 

Hari ini, masih dalam suasana bulan Syawal, masih terkenang bagi kita sekalian ibadah pada bulan suci Ramadhan dan sekaligus Idul Fitri, yang belum lama kita laksanakan. Oleh karena itu, pada tempatnyalah, kalau saya juga mengucapkan Selamat Idul Fitri 1433 Hijriyah kepada keluarga besar HIPMI khususnya, dan hadirin sekalian. Minal Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.

 

Hari ini juga di penghujung bulan Agustus, bulan yang bersejarah, dan kita patut untuk melakukan refleksi kemerdekaan. Pada pidato tanggal 16 Agustus yang lalu, saya telah mengajak rakyat Indonesia untuk melakukan kontemplasi dan refleksi perjalanan negara kita sejak 17 Agustus 1945 hingga saat ini. Yang jelas, kita ingin, Saudara-saudara, 100 tahun setelah Indonesia merdeka, berarti 2045 nanti, negara kita akan menjadi negara yang makin maju, dengan ekonomi yang makin kuat, makin adil, dan berkelanjutan, dengan demokrasi yang makin matang dan stabil, dan peradaban bangsa yang unggul dan maju. Itulah cita-cita kemerdekaan.

 

Keluarga Besar HIPMI yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Saya menyimak pidato Ketua Umum HIPMI tadi, Saudara Raja Sapta Oktohari. Saya punya kesan bahwa apa yang disampaikan oleh HIPMI penuh dengan idealisme, rasa percaya diri, dan kesediaan untuk bekerja keras untuk mencapai cita-cita itu. Saya juga menangkap visi dan tekad HIPMI untuk menjadi pemenang, the winner, dalam kompetisi global dewasa ini, dan bahkan juga menjadi pemain dan penentu dalam kerja sama baik di kawasan maupun di tingkat dunia, dan bahkan tentunya menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.

 

Mendengar itu, Saudara-saudara, saya bersyukur dan senang. Mengapa? Saya harus mengatakan bahwa HIPMI knows the real business. HIPMI sungguh mengerti apa maknanya bisnis, apa maknanya ekonomi. HIPMI juga tahu bahwa ada peluang besar di hadapan kita, opportunities, yang mesti dicari, ditemukan, dan bahkan diciptakan. Saya juga menyimak tadi, bahwa HIPMI pun menyadari masih ada tantangan dan permasalahan yang kita hadapi bersama. Dan yang saya suka, kalau jajaran HIPMI masih ingat, sejak tahun 2005, saya telah mengingatkan bahwa kalau kita menjalankan usaha di Indonesia, jangan hanya berpikir bisnis APBN. Meskipun alhamdulillah, besaran APBN kita sudah tembus sekitar 1.700 trilyun. Dua tahun lagi akan tembus Rp 2.000 trilyun. Tetapi jangan hanya bergerak atau berbisnis dalam kerangka APBN.

 

Saya ingin HIPMI, dunia usaha, juga bergerak di ekonomi GDP. Alhamdulillah, secara nominal, kita punya PDB telah menembus US$ 850 milyar. Secara Purchasing Power Parity sudah menembus US$ 1 trilyun, dan insya Allah dua tahun lagi benar-benar secara nominal menembus US$ 1 trilyun, sama dengan Rp 9.500 trilyun. Tetapi juga bukan hanya itu. Saya yakin HIPMI pun, sebagaimana semangat Ketua Umumnya tadi, bukan hanya berbisnis dalam kerangka APBN, atau GDP, bahkan bisa berbisnis di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, bahkan Asia Pasifik, yang jumlah total GDP nya lebih dari US$ 40 trilyun. Itulah makna bercita-cita besar, berpikir besar, dan insya Allah akan berperan besar dalam perekonomian baik di negeri ini maupun di tingkat kawasan.

 

Saudara-saudara,

 

Malam ini rasanya tepat kalau saya berbicara tentang ekonomi kita, ekonomi kawasan, dan peluang seperti apa yang bisa kita dapatkan. Kita, saya berpikir HIPMI harus berada di depan, karena 5, 10, 15, 20 tahun mendatang, Saudaralah yang akan mengawaki perekonomian dan dunia usaha di negeri kita ini. Namun sebelumnya, sebelum saya menyampaikan pandangan dan harapan saya tentang apa yang mesti kita bangun di negeri ini dalam bidang ekonomi dan dunia usaha, saya ingin dengan segala kerendahan hati, menyampaikan ucapan terima kasih dan hormat saya kepada HIPMI yang telah menganugerahkan kepada saya Lifetime Achievement Award dalam Bidang Economic Leadership.

 

Terima kasih HIPMI, terima kasih. Di samping tentu merupakan kehormatan bagi saya, penghargaan ini juga saya tujukan kepada semua pihak yang delapan tahun terakhir ini telah bekerja keras bersama-sama pemerintah, semua pihak, baik di pusat maupun di daerah, yang akhirnya alhamdulillah, dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita bisa menjaga ketahanan ekonomi kita dan juga bisa menjaga pertumbuhan di kala dunia mengalami krisis.

 

Saudara-saudara,

 

Sekarang, mari kita bicara fakta, realitas, dan prospek ekonomi kita ke depan, ekonomi kawasan, dan ekonomi dunia. Ekonomi dunia, kita ketahui sekarang ini mengalami resesi baru. Pemulihan ekonomi global pasca krisis 2008 belum sepenuhnya selesai. Bahkan, nampaknya sekarang di banyak tempat di dunia ini kita berada dalam situasi dari kesulitan ke kesulitan yang lain. Kalau saya tidak mengatakan dari satu krisis ke krisis yang lain. Itu dunia kita, belum aman.

 

Kawasan. Kawasan kita relatif terjaga. Asia tetap menjadi pilar perekomian dunia. Tetapi, ada slowdown dari ekonomi di Asia, termasuk ekonomi Tiongkok, ekonomi Jepang, dan ekonomi India. Saya mengetahui dinamika dan perkembangan ekonomi global ini, karena setiap tahun menghadiri pertemuan puncak G20 dan pertemuan puncak ASEAN, ASEAN+, East Asia Summit, dan APEC.

 

Ekonomi kita, ekonomi Indonesia, yang jelas berkat kerja keras dan kebersamaan kita, ekonomi Indonesia survive dan tetap tumbuh positif dalam situasi perekonomian global yang belum menentu ini. Ekonomi makro kita, dari sisi pertumbuhan, tumbuh tinggi. Untuk ukuran GDP sekitar US$ 1 trilyun, manakala ekonomi tumbuh di atas 4%, boleh dikatakan pertumbuhan itu tinggi. Lapangan pekerjaan tercipta lebih banyak dari tahun ke tahun, ditandai dengan berkurangnya kemiskinan, inflasi terkendali, di bawah 5%, fundamental ekonomi kita makin kuat, GDP, income perkapita, purchasing power, sebagaimana disampaikan oleh Saudara Okto tadi, juga tumbuh secara signifikan. Demikian pula besaran atau size dari APBN dan APBD. Baik sektor riil maupun sektor moneter terus bergerak. Itu good news-nya yang harus kita syukuri.

 

Saya ingin menjelaskan, di tengah-tengah prestasi dan capaian itu, Indonesia juga masih menghadapi sejumlah permasalahan dan tantangan. Dan ini merupakan pekerjaan rumah kita, untuk kita beresi, kita perbaiki di tahun-tahun mendatang. Pertama infrastruktur, di sana-sini masih kita rasakan kurang. Korupsi, masih terjadi kasus-kasus korupsi. Birokrasi dan governance, masih kita lihat sering menghambat jalannya ekonomi dan dunia usaha. Hambatan di daerah juga masih kita rasakan. Kemudahan berusaha di sana-sini juga masih ada permasalahan. Kepastian hukum juga sering mengganggu. Ekses pilkada sering membikin situasi daerah tidak kondusif untuk pembangunan ekonomi dan dunia usaha. Dan juga permasalahan lahan dan tata ruang. Saya harus jujur mengatakan bahwa masalah-masalah itu masih kita hadapi.

 

Apa artinya, Saudara-saudara? Apa artinya semuanya ini bagi HIPMI? Kalau semua masalah dan hambatan itu, yang saya sebutkan tadi, bisa kita atasi, kita carikan solusinya dan kita perbaiki, saya yakin ekonomi kita akan tumbuh lebih tinggi lagi dan akan lebih adil dan merata, sehingga dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat Indonesia. Yang kita tuju adalah ekonomi yang kuat, strong, balance, inclusive, and sustainable economic growth, pertumbuhan yang kuat, berimbang, inklusif, dan berkelanjutan. Inilah potret perekonomian dewasa ini, baik pada tingkat dunia, pada tingkat kawasan, maupun pada tingkat nasional.

 

Dari situ, pertanyaannya kemudian adalah, ke depan apa yang harus kita lakukan. Saya berpendapat, bagi dunia bisnis, bagi HIPMI, yang harus dilakukan ke depan adalah mencari, menemukan, dan menciptakan peluang untuk berusaha. Pemerintah akan membantu, mendorong, dan menciptakan iklim yang kondusif, agar di dalam negeri bisnis makin tumbuh, sementara itu pengusaha Indonesia juga mendapatkan peluang untuk berusaha di kawasan, baik Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Pasifik, bahkan di negara mana pun.

 

Yang akan pemerintah bantukan adalah berupa kebijakan, regulasi, dan juga kemudahan-kemudahan yang bisa mendorong bangkitnya dunia bisnis di negeri kita. HIPMI, Kadin, selalu mengetahui di banyak forum, di dalam negeri maupun di luar negeri, saya pribadi selalu menyampaikan kepada mitra-mitra kita tentang negeri kita, tentang peluang yang besar untuk bekerja sama dengan putra-putri di Indonesia mengembangkan perekonomian di negeri ini.

 

Mengapa pemerintah berkewajiban untuk membantu dan mendorong dunia bisnis di Indonesia ini? Pertama, jika bisnis tumbuh dengan baik di seluruh Indonesia, maka negara akan diuntungkan, karena akan mendapatkan pajak yang lebih banyak, dan juga akan mendapatkan penerimaan negara yang lain. Ini bagus, karena dengan penerimaan ini kita bisa membangun lebih banyak lagi di negara kita. Rakyat, manakala dunia usaha tumbuh, mereka mendapatkan lapangan pekerjaan. Rakyat pun terbantu, dengan mereka bekerja, mereka punya penghasilan, dengan mereka punya penghasilan, pasti bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya, dan menjadi kurang miskin. Berikutnya lagi, kalau dunia usaha tumbuh, para buruh juga dapat ditingkatkan kesejahteraannya, dan tentunya pengusaha sendiri akan mendapatkan rezeki, mendapatkan keuntungan yang makin baik. Inilah formula yang saya sebut dengan win-win benefit for all, dan inilah yang kita tuju, dan ini pulalah yang pemerintah ingin memberikan bantuan, dorongan, dan penciptaan iklim ke arah itu.

 

Saudara-saudara,

 

Dalam suasana seperti ini, pemerintah dan dunia usaha haruslah berkolaborasi, bermitra, dan bekerja sama seerat-eratnya. Kita mengetahui yang disebut dengan SWOT, kekuatan, kelemahan, peluang, dan kendala. Mari kita analisis bersama-sama, apa kelebihan dan kekurangan kita, apa peluang dan kendala yang kita hadapi, agar, tujuannya satu, bagaimana pun kita bisa menemukan dan menciptakan peluang itu.

 

Saudara-saudara,

 

Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin berbagi sedikit dengan calon-calon pengusaha tangguh di masa depan, yang sekarang berada dalam HIPMI. Mengapa dalam situasi krisis global ini, ekonomi kita survive, atau selamat, atau aman, dan tetap tumbuh. Saya ingin mengatakan ada empat pelajaran penting, lessons to be learned. Kalau kita mengerti empat pelajaran ini, manakala menghadapi krisis lagi, sekarang pun belum aman dunia kita, maka kita bisa mencegah negara kita mengalami dampak yang tidak semestinya. Kalau di waktu yang lalu, kita bisa melakukan empat hal ini, harapan saya, ajakan saya, di masa yang akan datang kita juga bisa melaksanakannya lagi.

 

Banyak masyarakat internasional juga melakukan studi, termasuk International Labour Organization, yang mengundang saya untuk berbicara di Jenewa. Mereka membikin kajian model Indonesia mengatasi krisis, saya ulangi, model yang kita pilih dalam mengatasi krisis, yang oleh Jenewa disebut Pro Labour Crisis Solution. Demikian juga sejumlah pihak, termasuk media, bertanya kepada saya, faktor apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, sehingga bisa meminimalkan dampak krisis terhadap negara kita. Ada empat faktor, faktor pertama adalah buah dari reformasi dan rekonstruksi ekonomi pasca krisis 1998 yang dulu. Sejak itu kita melakukan reformasi terus menerus, buahnya mulai kelihatan. Apa buahnya? Fundamental kita makin kuat, stronger fundamental. Itu yang pertama.

 

Faktor yang kedua, tahun 2008-2009, kemarin, pada puncak krisis global, kita mampu bekerja sama, bermitra, dan berkolaborasi. Siapa itu yang berkolaborasi? Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, dan para ekonom. Terus terang, kalau kita membaca apa yang terjadi pada tahun 1998 dulu, kebersamaan ini dirasakan kurang, bahkan terjadi kepanikan di sana-sini. Sebagian jalan sendiri-sendiri. Oleh karena itulah, belajar dari pengalaman di waktu yang lalu, pada 6 Oktober tahun 2008, Saudara masih ingat, kita bertemu, dan saya sampaikan ajakan saya dengan sepuluh direktif untuk bersatu kita, dunia usaha, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan ekonom, untuk mengatasi krisis. Alhamdulillah, Tuhan Maha Besar dan kita diselamatkan dari krisis. Itu faktor kedua.

 

Faktor ketiga, policy response. Respon kebijakan yang kita pilih waktu itu, dan kita jalankan bersama, ternyata tidak salah. Mengapa? Kita punya pengalaman waktu krisis 1998, ada kesalahan resep dari IMF sebagian, ada policy error kita sendiri sebagian, dan kondisi sosial politik dan keamanan yang tidak menguntungkan. Kita cegah untuk terjadi seperti itu. Kita memilih strategi keep buying strategy, strategi yang penting rakyat masih bisa membeli. Kalau rakyat masih bisa membeli barang dan jasa, tidak mungkin perusahaan tutup, tidak mungkin terjadi pengangguran baru. Karena masih ada yang membeli barang dan jasa itu. Oleh karena itulah, keep buying strategy, sederhana sekali, kita terapkan waktu itu.

 

APBN, kita keluarkan stimulus dan kita berikan proteksi sosial. Mengapa rakyat kecil kita bantu? Agar dia bisa membeli barang dan jasa, dengan stimulus. Agar ada demand dalam perekonomian. Ini juga mencegah ambruknya sektor riil kita. Fiskal tentu kita longgarkan, tetapi dalam batas-batas yang aman. Sebab, kalau kita obral defisit dan obral Debt-to-GDP ratio, selamat dalam krisis itu, tetapi bisa tidak selamat manakala kita menghadapi krisis yang lebih dahsyat lagi. Ekspansi fiskal diperlukan, tetapi terukur.

 

Kemudian Saudara masih ingat, Kadin masih ingat waktu itu. Kita keluarkan kebijakan khusus, insentif fiskal kepada perusahaan-perusahaan tertentu agar tidak collapse dan tidak terjadi PHK yang besar-besaran. Semua itulah yang kita lakukan dan kita punya filosofi, Saudara-saudara, kalau negara dalam keadaan krisis seperti kemarin, ada yang harus kempes kantongnya, broke, maka pilihan kita janganlah rakyat yang broke, janganlah rakyat yang tidak punya apa-apa dan tidak bisa membeli. Lebih baik negaranya, pemerintahnya, sementara kantongnya kempes atau broke. Itulah makna dari fiskal yang bisa jadi relatif tidak ideal, tetapi tidak apa-apa. Namanya krisis, yang penting jangan sampai rakyat sama sekali tidak punya untuk membeli barang dan jasa yang diperlukan sehari-harinya. Itu faktor yang ketiga, adalah policy response. Respon kebijakan kita.

 

Faktor yang keempat, atau yang terakhir, yang bisa kita petik dan mari kita jalankan lagi di masa mendatang kalau kita menghadapi masalah serupa adalah faktor keyakinan dan kepercayaan diri, trust and confidence. Dunia percaya pada Indonesia waktu itu. Percaya... Saya bertemu dengan siapa pun, tahun 2008-2009, setelah mengerti kondisi kita, kebijakan kita, langkah-langkah kita, mereka mengatakan "kami percaya Indonesia bisa mengatasi." Yang kedua, kita sendiri waktu itu, setelah berkumpul berkali-kali, menangani masalah bersama-sama, kita juga yakin bahwa kita bisa mengatasi. Di samping itu, kita merasakan ada visi yang jelas, ada strategi yang kita jalankan, dan juga ada kebijakan yang kita terapkan. Dan di atas segalanya, rakyat tahu waktu itu, bahwa kita bekerja terus, bekerja keras, dan bertanggung jawab untuk mengatasi krisis.

 

Itulah empat faktor. Kalau itu menjadi faktor yang menolong kita, perekonomian kita, saya mengajak Saudara-saudara, utamanya jajaran HIPMI, mari kita lakukan lagi cara-cara seperti itu manakala negara kita menghadapi krisis baru.

 

Keluarga besar HIPMI yang saya cintai,

Hadirin sekalian,

 

Yang terakhir, lantas apa tugas dan pekerjaan rumah kita ke depan, tugas kita, dan apa yang harus kita lakukan bersama-sama ke depan. Pertama, karena dunia belum aman, masih ada resesi, mari kita minimalkan dampak krisis global terhadap perekonomian kita. Ekspor kita sudah terganggu, sudah, drop. Tetapi, alhamdulillah, kita ditolong, investasi meningkat tajam, konsumsi rumah tangga juga kuat. Sehingga meskipun ekspornya drop, tetapi pertumbuhan kwartal kedua masih 6,4%. Bandingkan, misalnya, pertumbuhan kwartal kedua di Inggris -0,3%, di Perancis 0%, di Jerman 0,3%. Rata-rata mereka tumbuh -0,3%, slowdown di Tiongkok, slowdown di India, di Jepang, di Amerika Serikat, kita masih bisa menjaga. Mari kita jaga habis-habisan posisi yang kita raih pada kwartal kedua kemarin. Yang pertama, sekali lagi, mari kita minimalkan dampak dari resesi dunia ini.

 

Yang kedua, mari kita jaga momentum pertumbuhan. Kita usahakan tahun 2013, berarti tahun depan, dan tahun 2014, tahun depannya lagi, ekonomi kita masih tumbuh di atas 6%. Mari kita jaga, ini saya serius, mari kita jaga di atas 6%. Mari kita jaga sektor riil dan sektor moneter kita. Mari kita perkuat pasar domestik. Sehingga meskipun kita mengalami hambatan di bidang ekspor, tetapi kalau ekonomi domestik, pasar domestik kita kuat, insya Allah kita bisa bertahan. Komponen pertumbuhan, Saudara tahu, ada konsumsi, ada pengeluaran pemerintah, ada investasi, ada ekspor kita, mari kita jaga bersama-sama. Kemudian bukan hanya pertumbuhan, marilah kita bekerja keras, agar lapangan pekerjaan tetap tersedia, inflasi bisa kita kelola, kemiskinan tetap kita turunkan, pangan dan energi komoditasnya ada, harganya terjangkau. Itulah yang mesti kita lakukan bersama.

 

Kemudian yang ketiga, mari kita sukseskan MP3EI di seluruh tanah air. Ini ada yang mengatakan "ah, itu omong kosong." Tidak. Sejak kita luncurkan, sebagai contoh, BUMN kita sudah menjalankan 135 proyek dengan nilai 490 trilyun, ada. MP3EI merupakan peluang bagi kita, pembangunan infrastruktur, transportasi, kemudian juga pangan, energi, termasuk usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Saya tahu minat investor asing besar. Saya juga senang BUMN kita serius untuk berinvestasi. Saya mengundang pihak swasta untuk tidak tertinggal. Kalau mengundang bukan hanya big business, bukan hanya usaha-usaha besar, tetapi juga usaha kecil, mikro, dan menengah. Selamat datang, welcome, untuk bergabung dengan kita semua dalam menyukseskan MP3EI itu.

 

Yang terakhir, sebagai penutup, saya akan sampaikan satu pesan atau harapan yang bersifat inspiratif, inspiring message, kepada keluarga besar HIPMI. Saya mendengar sambutan Ketua Umum tadi, senang, bangga terus terang, dan juga terharu, karena disampaikan HIPMI mempersiapkan pengusaha pemula. Senang sekali, itulah simbol keadilan. Kalau tidak disiapkan, kapan mereka menjadi pengusaha. Kalau harus bersaing dengan yang kuat-kuat, mana mungkin mereka bisa bersaing. Kepada para menteri, saya minta perhatikan para pengusaha pemula. Demikian juga para gubernur, para bupati, dan walikota, berikan peluang, ajak para pengusaha pemula. Saya sungguh senang ada seperti itu.

 

Yang kedua, mengapa saya juga senang? HIPMI bertekad menjadi pemenang di negerinya sendiri, dan menjadi pemain di kawasan. Oleh karena itu, sebagai kakak, dua tahun lagi insya Allah saya akan jatuh tempo, saya berharap digantikan presiden baru, pemerintahan baru, dan lebih berhasil lagi bersama HIPMI. Oleh karena itu, pesan saya, HIPMI, jaga semangat, tekad, dan idealisme itu. Jangan luntur. Karena Anda memiliki peluang. Anda punya peluang, begini rationale-nya, mengapa saya mengatakan Anda memiliki peluang yang besar, yang belum tentu dimiliki oleh pendahulu-pendahulu Saudara semua.

 

Ekonomi itu kalau mau disederhanakan adalah tentang supply dan demand. Apa yang diperlukan oleh masyarakat, rakyat, dan apa yang bisa ditawarkan kepada mereka. Juga, sederhananya, ekonomi adalah productions and consumptions, apa yang akan dikonsumsi oleh masyarakat dan apa yang bisa diproduksi. Artinya apa? Ekonomi itu juga merupakan fungsi dari demand, dari keperluan, fungsi dari konsumsi. Mari kita lihat apakah Indonesia di tahun-tahun mendatang, demand atau konsumsinya itu menurun atau meningkat. Mari kita lihat secara jernih, dengan logika yang tinggi, ekonomi kita yang 1 trilyun GDP ini, yang tumbuh 6% ini, apakah makin ke depan demand itu makin turun atau makin meningkat, konsumsi itu makin turun atau makin meningkat. Jawabannya jelas; akan meningkat. Jumlah penduduk kita besar, middle class meningkat, daya beli rakyat makin tinggi.

 

Oleh karena itu, diam-diam ada revolution of rising demands, pertambahan kebutuhan yang sangat pesat di Indonesia. Saudara tahu, Saudara pebisnis. Artinya apa? Itu adalah business opportunities. Saudara bisa memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak lagi, Saudara bisa membangun apa pun yang diperlukan oleh rakyat, apakah itu makanan, apakah itu energi, apakah itu public goods, apakah itu infrastruktur, dan sebagainya.

 

Oleh karena itu, persiapan mulai sekarang, bidang pertanian, bidang industri, bidang jasa. Semua sektor riil memiliki peluang yang sama. Dan, itu tidak akan datang dengan sendirinya, kecuali semua sekarang mempersiapkan diri. Semuanya sudah mulai merintis dengan kolaborasi yang baik, antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha, dan juga mitra-mitra kita di luar negeri. Itulah cara kita menjemput masa depan, tidak takut, tidak gamang, dan tidak cengeng. Hanya dengan cara itu, kita akan menjadi the winners and not the losers dalam era globalisasi sekarang ini.

 

Itulah keluarga besar HIPMI yang saya sampaikan. Kita ingin di masa mendatang, ketika generasi saya sudah makin tua, saya melihat dengan hormat pengusaha-pengusaha yang sekarang ada di HIPMI tumbuh dengan baik, berkarya untuk negaranya, untuk rakyatnya. Saya tutup dengan membacakan satu buah pantun;

 

"Berlayar dari Semarang, menembus ombak tengah malam hingga subuh

Sampailah biduk ke pulau tujuan

Bersiaplah HIPMI dari sekarang, merintis bisnis dengan benar dan sungguh-sungguh

Menang dan berhasil di masa depan."

 

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI