Sambutan Presiden RI pada Upacara Kongres ke-23 KOWANI, Istana Negara Jakarta, 2-12-09

 
bagikan berita ke :

Rabu, 02 Desember 2009
Di baca 1997 kali

 

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA UPACARA

KONGRES KE-23 KOWANI DI ISTANA NEGARA

TANGGAL 2 DESEMBER 2009

 

 

 

Bismillahirrahmanirahiim,

 

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para sesepuh dan hadirin sekalian yang saya muliakan, khususnya pimpinan dan keluarga besar Kowani dari seluruh tanah air yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Pada kesempatan yang penuh rahmat dan semoga membawa berkah bagi kita semua ini, marilah sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'aala, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita semua masih diberikan nikmat kesempatan, kekuatan, dan insya Allah, kesehatan, untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur kehadirat Allah, hari ini dapat bersama-sama menghadiri pembukaan Kongres Ke-23 Kowani. Saya mengucapkan selamat berkongres dan selamat datang pada para pimpinan jajaran Kowani yang datang dari berbagai penjuru tanah air kita. Sebelum saya menyampaikan sambutan pada acara yang sungguh penting ini, saya ingin menyampaikan beberapa pengantar singkat.

 

Saya mulai dari permohonan maaf. Mestinya, acara ini dimulai pukul 10.00. Kemudian, kemarin pagi diajukan menjadi jam 9. Yang salah bukan panitia, jadi kalau ada yang kurang nyaman, yang salah saya karena saya minta maju 1 jam, mengapa? Setelah ini saya harus segera terbang ke Palangkaraya, bertemu dengan para Gubernur seluruh Indonesia, untuk membicarakan kegiatan pembangunan yang sedang kita laksanakan terutama yang menyangkut hajat hidup rakyat kita. Saya harus terbang lebih cepat karena pertimbangan cuaca yang tidak baik nanti lewat tengah hari. Oleh karena itu saya mohon pengertian Bapak Ibu semuanya. Yang kedua, permohonan maaf saya suhunya agak panas. Biasanya atau dulu sekali, suhu di Istana ini dingin, tetapi sejak dua tahun yang lalu, 2007, saya minta jangan terlalu dingin karena menghabiskan bahan bakar minyak, tidak efisien dan tidak sesuai dengan semangat menyadari climate change. Tetapi pagi ini memang lebih hangat sedikit, biasanya tidak sehangat ini, tidak dingin, pas begitu karena salah satu motornya ada gangguan kerusakan teknis, sehingga memang sedikit agak panas.

 

Kemudian, saya sungguh senang, hadir para sesepuh. Sesepuh inilah yang menghantarkan organisasi ini Kowani termasuk gerakan perempuan di negeri kita, sampai pada tingkatan sekarang ini. Saya ingin menyebut beberapa nama sesepuh kita, Ibu Sulasikin Murpratomo, Ibu Sri Rejeki, Ibu Meutia Hatta, yang pernah memimpin Kementrian Negara Pemberadayaan Perempuan, sekarang kita tambah satu portfolio atau fungsi perlindungan anak, juga ada sesepuh yang lain, saya sebut satu nama, Ibu Aisah Hamini, ada di situ beliau. Saya masih ingat, satu tahun sebelum reformasi, 1997, reformasi mulai 1998, ramai-ramainya 1999, saya dengan beliau sama-sama di MPR, merumuskan banyak hal dulu. Saya ketua fraksi MPR dari TNI dan Polri, beliau dari Partai Persatuan Pembangunan dulu yang bersama-sama merumuskan cetak biru bagaimana langkah bangsa ini ke depan, dan banyak sesepuh yang ada di sini yang tentu perannya luar biasa. Atas nama negara dan pemerintah, saya mengucapkan terima kasih, hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

 

Ibu Linda tadi mengatakan, alhamdulillah, jumlah Menteri yang dari kaum perempuan bertambah sudah lima. Saya merasakan belum cukup sebenarnya, mudah-mudahan nanti di waktu yang akan datang lebih banyak lagi, supaya rasionya makin baik, kan 50% kaum laki-laki, 50% kaum perempuan. Meskipun ini bukan statistik, lantas Menterinya dibagi dua. Tidak begitu. Tapi tentu lebih banyak lagi yang mendapat peluang tentu akan membawa manfaat yang nyata. Saya juga ingin di MPR, di DPD, di DPR, lebih banyak lagi para pimpinan yang dari kaum perempuan Ibu, Melani Leimena Sukarni, salah satu wakil Ketua MPR RI kita. Di tempat yang lain, saya kira dalam sejarah baru sekali ini Direktur Utama Pertamina, BUMN paling besar di negeri kita, kita percayakan kepada srikandi kita, Ibu Carren, yang sekarang memimpin Pertamina. Pendek kata, era sekarang ini memberikan opportunity, memberikan peluang yang sama kepada semua, tinggal bagaimana semua mempersiapkan diri, peluang yang tersedia, dan kemudian lebih khusyuk lagi berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar mendapat peluang di berbagai profesi, eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia usaha dan organisasi profesi yang lainnya. Saya senang Kowani menjadi ujung tombak di dalam pengkaderan, penyiapan capacity building, empowerment, semua, yang menjadi tugas kita bagi kaum perempuan di masa kini dan masa depan itu.

 

Mendengarkan sambutan Ibu Linda Agung Gumelar tadi, saya senang karena Kowani dan semua organisasi kewanitaan sesungguhnya telah melakukan transformasi, bukan hanya reformasi, bukan hanya perubahan atau change, tapi transformation, mengapa? Peran, kipirah, perjuangan, misi organisasi kewanitaan pada era Presiden pertama kita, Bung Karno, tentu tidak sama, atau ada perubahan-perubahan pada era Presiden kedua kita, Pak Harto karena semangat zaman, karena tantangan nasional, karena tingkat kehidupan masyarakat kita, karena situasi dunia juga terus berubah dan berkembang. Berubah lagi pada era reformasi sekarang ini sejak Presiden Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati memimpin dan saya, dan nanti pengganti-pengganti yang akan datang, maksud saya para Presiden baru, nanti. Semua memerlukan adaptasi, penyesuaian, dan proses itulah yang disebut dengan transformasi. Organisasi yang tidak mampu melakukan transformasi tidak akan bertahan. Dunia bisnis juga begitu. Oleh karena itu saya senang, Kowani dengan segenap jajarannya benar-benar telah melakukan adaptasi dan transformasi agar peran Kowani tetap dipandang oleh rakyat menjadi peran yang positif, yang konstruktif untuk membangun negeri ini, masa kini, dan masa depan.

 

Saya sudah mengatakan tadi, transformasi sangat-sangat penting. Mengapa? Ya, lingkungan berubah. Globalisasi seperti ini sudah kita rasakan. Tidak ada satu negara pun di dunia yang bisa membendung arus globalisasi. No single country. Oleh karena itu jangan gamang dengan globalisasi. Yang penting, mari kita dapatkan peluang, opportunity dari globalisasi itu, seraya menangkal, hal-hal yang buruk yang datang ke negeri kita karena globalisasi. Sikap kita harus seperti itu. Negara kita telah melakukan demokratisasi. Sekarang ini demokrasi makin mekar, kebebasan makin mengemuka. Hak-hak asasi makin dilindungi dan seterusnya. Tentu di satu sisi membawa kebaikan, di sini lain memberikan tantangan, agar demokrasi itu tetap berangkat dari akhlak yang baik, dan membawa manfaat bagi bangsa kita. Tetapi demokrasi tentu lebih baik dibandingkan sebuah kehidupan yang tidak ada ruang untuk warga bangsa mengekspresikan pikiran-pikirannya, ikut serta dalam kehidupan politik maupun kehidupan lain di negara ini. Berbeda barangkali dengan situasi 30 tahun, 50 tahun yang lalu.

 

Masyarakat kita sekarang menjadi masyarakat terbuka, open society. Peran pers sangat mengemuka. Teknologi informasi demikian juga. Internet, website, percakapan di dunia maya sudah menjadi keseharian kita. Ini chararteristic of open society. Nah, dalam lingkungan seperti ini, globalisasi, demokrasi, masyarakat terbuka, atau open society, semua harus bisa mengadaptasikan dirinya, melakukan transformasi sehingga program Kowani, kegiatan Kowani, sasaran yang ingin dicapai, realistik, klop dengan lingkungan yang ada di negeri kita ini maupun pada tingkat dunia. Kita tidak bisa menggunakan mindset masa lalu untuk memecahkan persoalan masa kini meskipun kita tidak boleh melupakan masa lalu kita dan kita harus memetik pelajaran dari banyak hal yang ada di masa lalu, baik itu sisi-sisi terang, maupun sisi-sisi yang tidak terang. Bangsa yang besar cakap dan arif di dalam memetik pelajaran di masa yang lalu. Kalau yang tidak baik jangan diulangi, yang baik terus dikembangkan dan ditingkatkan. Begitu sikap mental dan cara pandang kita atau mindset kita dalam menyikapi perubahan dan dalam mengadaptasikan diri kita.

 

Dua hari yang lalu, dalam acara peringatan 10 Tahun Komnas Perempuan, namanya Komnas Perempuan, tetapi sesungguhnya Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Kaum Perempuan. Saya menyampaikan dan relevan dengan acara pagi ini, relevan dengan misi besar Kowani, tugas kita sekarang dan ke depan untuk kaum perempuan itu bisa disimpulkan tiga. Satu, perlindungan, protection. Dua, memajukan, pemajuan, promotion dan yang ketiga, setelah          kita lindungi, kita majukan, kita memberikan peluang, kita memberdayakan, kita memberikan pilihan-pilihan kepada kaum perempuan kita yang saya sebut dengan empowerment. Tiga-tiganya mesti harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, baik oleh negara, pemerintah utamanya, maupun masyarakat luas, termasuk organisasi semacam Kowani ini.

 

Kemarin juga, dalam acara di Komnas Perempuan itu, saya sampaikan, mari kita laksanakan kampanye nasional anti kekerasan. Kalau yang bicara kaum perempuan, kaum wanita, maka amat relevan. Dan Kowani harus di depan. Saya mengatakan kemarin, saya baru pulang dari Ambon, dari Maluku selama dua hari untuk membangun Monumen Perdamaian di kota Ambon, dan saya teringat pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002, saya mundar mandir ke Ambon, ke Maluku Utara, ke Poso, ke Sampit, ke tempat-tempat lain, ke Aceh, ke Papua, waktu itu kekerasan terjadi di mana-mana. Tragedi. Seorang ibu kehilangan suami, kehilangan anaknya, kehilangan hartanya. Jadi perempuan itu menderita, melebihi yang mampu diterimanya. Multiple hidge, multiple burden. Perempuan lah yang terjadi. Ketika konflik Aceh masih terjadi, alhamdulillah telah bisa kita akhiri, meskipun harus kita kawal Aceh untuk bisa mempertahankan situasinya, membangun masa depan Aceh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tetapi situasinya sekarang sudah jauh berbeda. Tidak ingin kita derita, nestapa, kekerasaan di banyak tempat di negeri ini terus berlanjut dan tidak ada solusi yang tepat dan bijak. Kita masih ingat sebelas tahun yang lalu, Jakarta Mei 1998, titik hitam dalam sejarah di negeri kita ini. Bertahun-tahun ketika saya pergi ke luar negeri, ditanya, bagaimana bisa terjadi peristiwa di Jakarta 1998. Jangan terulang kembali. Jangan karena ambisi politik kelompok-kelompok tertentu menghancurkan bangunan perdamaian, persaudaraan, dan hidup yang semestinya.  Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa yang mencoreng sejarah kita pada waktu itu. Kemudian, human trafficking masih terjadi. Kita harus sangat gigih di dalam mencegah dan menangani ini. Pelakunya harus mendapatkan sanksi hukum yang setinggi-tingginya. Saya mengajak Kowani marilah kita memberikan atensi yang sungguh-sungguh terhadap penyelundupan dan perdagangan kaum perempuan ini.

 

Kekerasan dalam rumah tangga itu juga jangan diabaikan. Itu mengingkari kodrat manusia, kodrat perempuan, kodrat anak. Kalau itu masih terus terjadi di negeri kita ini. Semua itu adalah potret kekerasan, bentuk kekerasan yang harus bersama-sama kita cegah untuk terus terjadi dengan commitment dan action yang nyata. Bukan hanya commitment, tapi action. Langkah-langkah nyata kita semua. Saya ingin Kowani sungguh berdiri di depan untuk menghadapi ini. Budaya kekerasan bukanlah budaya masyarakat yang beradab. Civilized nation. Bangsa yang beradab sesungguhnya bangsa yang anti kekerasan. Ada perbedaan, ada perselisihan, selesaikan secara damai, secara bermartabat. Tidak mungkin dalam kehidupan tidak ada masalah, konflik, pertentangan. Tapi we have to choose, a peaceful way in solving a problem, bukan dengan memamerkan, menghadirkan kekerasan-kekerasan baik fisik maupun psikologis. Dan inilah peradaban yang akan kita bangun sekarang ini sehingga anak cucu kita, insya Allah, 20 tahun lagi, 30 tahun lagi nanti ketika kita sudah kembali ke Yang Maha Kuasa, anak cucu kita generasi  mendatang akan memiliki peradaban negeri ini, bangsa ini yang lebih baik dari sekarang.

 

Saudara-saudara,

 

Tema kongres itu, Ibu Linda mengatakan adalah Komitmen Kowani, "Komitmen Kaum Perempuan, Komitmen Kita Untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Millennium" (Millennium Development Goals/ MDGs). Ada delapan tujuan. Saya senang karena itulah yang juga menjadi fikiran saya siang dan malam bersama pemerintah yang saya pimpin untuk mencapai tujuan MDG ini. Memang MDG ini tujuan atau sasaran yang hendak dicapai oleh masyarakat dunia, dicanangkan tahun 1990, dan harus dicapai tahun 2015. Tinggal 6 tahun. Tidak lama lagi. Tetapi bagi saya, saya kira bagi ibu-ibu sekalian, not only itu commitment masyarakat global, tetapi juga menjadi misi kita, komitmen kita, langkah-langkah nyata kita, untuk mencapai tujuan MDG itu. Saya ingin 5 tahun mendatang, Kowani dengan kepemimpinan dan struktur dan baru nanti, betul-betul di depan untuk mendampingi pemerintah, bersama-sama civil society yang lain, bersama semua pihak, untuk mencapai tujuan MDG. Mengapa MDG itu penting? Mari kita lihat satu persatu. Dan mengapa Kowani sepantasnya ada di depan?  Tujuan yang pertama ini kita harus mengurangi kemiskinan yang ekstrim dan kelaparan. Siapa? yang bisa hidup tentram, perutnya keroncongan, dan lapar. Di ruangan ini saya kita tidak ada yang malam tidak bisa tidur karena perutnya kosong. Saya kira tinggal melihat kiri kanan. Alhamdulillah tidak ada. Tapi di dunia ini. Di dunia ada 800 juta yang tiap malam tidak nyenyak tidurnya kerena lapar, karena berada dalam kemiskinan yang absolut, yang ekstrim, 200 juta di antaranya anak-anak. Kalau kita bersyukur kita tidak termasuk yang seperti itu, mari kita berempati, mari kita membantu agar jumlah itu makin kecil, makin kecil, tidak salah tujuan pertama dari MDG untuk mengurangi secara signifikan jumlah manusia sejagat yang berada dalam kemiskinan yang ekstrim dan situasi kelaparan.

 

Program pro-rakyat yang pemerintah jalankan dan akan terus kami tingkatkan dalam lima tahun mendatang untuk itu. Setiap kali saya bertemu Gubernur, Bupati dan Walikota, saya ingatkan, laksanakan program pro rakyat, utamanya mengurangi kemiskinan secara nyata. Yang kedua tujuannya adalah untuk sesungguhnya mencapai pendidikan dasar bagi semua termasuk yang miskin, yang belum mampu, supaya keadilan tercapai, supaya anak-anak kita di negara manapun bisa mengenyam. Pemerintah setelah melaksanakan reformasi gelombang pertama di bidang pendidikan, sepuluh tahun mendatang kita melaksanakan reformasi gelombang kedua di pendidikan. Alhamdulillah, anggaran kita sudah lebih 20 persen, tertinggi dalam APBN dan APBD kita. Mari tidak kita sia-siakan untuk benar-benar membikin anak-anak kita bersekolah dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar. Ini tujuan kedua. Tolong, aktifitas Kowani bersama-sama yang lain, bersama SIKIB misalkan, mengembangkan kegemaran membaca, reading society, learning society dengan berbagai kegiatannya itu ditingkatkan dan menjamah pada ujung-ujung kehidupan di negeri kita ini.

 

Tujuan yang ketiga adalah, ini favorit Ibu-ibu, adalah kesamaan kesetaraan gender dan pemberdayaan kaum perempuan. Saya sudah mengatakan tadi, jangan diucapkan terus, mari kita lakukan. Saya menyeru pada semua pejabat negara di negeri ini, apakah eksekutif, legislatif, yudikatif, jangan lupa tentang kesetaraan gender ini. Jangan lupa! Tentu pada tingkat yang paling bawah, yang menjadi MDG, mengenyam pendidikan, mengenyam kesehatan, jangan membeda-bedakan gender. Yang lebih tinggi lagi ya peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

 

Yang keempat adalah mengurangi jumlah kematian anak di bawah lima tahun. Mari, saya kalau datang ke daerah, saya lihat puskesmas, saya lihat posyandu, saya lihat pos KB, saya lihat  semua. Terus saya tanyakan bagaimana situasi desa ini, berapa besar kematian anak di bawah lima tahun. Kita harus punya tanggung jawab pada anak-anak itu. Oleh karena itu, program Keluarga Berencana jangan diabaikan. Negara lain lebih keras daripada kita. Tapi kita bertanggungjawab kepada setiap anak yang dilahirkan di negeri ini untuk tumbuh dengan lebih baik dan kelak menjadi putra putri bangsa yang berkemuka.

 

Yang lain, tujuan kelima adalah mengurangi jumlah ibu yang meninggal karena melahirkan. Tolong, meskipun situasinya sudah jauh berbeda dibandingkan 50 tahun yang lalu, 30 tahun yang lalu, tapi kita belum puas dengan angka itu. Mari. Oleh karena itu dalam Kabinet Indonesia Bersatu II ini, saya mengangkat Menteri Kesehatan dan subject kesehatan masyarakat (public health) karena saya ingin MDG bisa kita capai, kesehatan masyarakat bisa kita tingkatkan dan banyak hal yang berkaitan dengan itu.

 

Yang keenam tujuan MDG masih berkaitan dengan kesehatan, memerangi HIV AIDS, malaria dan penyakit menular yang lain seperti demam berdarah, tuberculosis. Tolong aktif karena kalau ada yang sakit keluarga yang paling menderita, kembali seorang ibu, kaum perempuan, wanita. Menteri Kesehatan ada di sini, saya minta betul, bersama-sama ajak Kowani dengan gerakan kaum perempuan untuk menyukseskan terutama sasaran 4,5, dan 6 untuk mengurangi kasus kematian anak di bawah 5 tahun, mengurangi kasus kematian ibu pada saat melahirkan, dan memerangi penyakit-penyakit menular. Saya memberikan atensi untuk Papua, misalnya. HIV AIDS, malaria, dan yang lain-lain.

 

Yang ketujuh, tujuannya adalah lingkungan. Ibu-ibu tahu bahwa sebentar lagi akan ada Konferensi PBB di Kopenhagen, Denmark, agar dunia ini betul-betul sepakat untuk bersama-sama memerangi perubahan iklim dan pemanasan global. Di Bali, dua tahun yang lalu kita berhasil menjadi tuan rumah. Kita berharap di Denmark, dunia juga berhasil membangun konsesus meskipun banyak yang meragukan, banyak yang pesimis, skeptis, apa bisa di Kopenhagen, tinggal dua minggu lagi, itu menghasilkan sesuatu yang kita kehendaki menggantikan Kyoto Protocol. Indonesia akan aktif, bukan karena kita sukses menyelenggarakan konferensi di Bali, tapi kita sadar kalau dunia ini tidak bisa kita kendalikan perubahan iklimnya. Bayangkan, kalau sampai 2050 itu suhu naik terus, melebihi 2 derajat celcius, maka kutub es mencair banyak lagi sehingga diduga akan ada kenaikan permukaan air laut. Saya tadi malam membaca running text di televisi internasional, bisa naik 1,4 meter. Itu 2100. kalau gagal, lebih tinggi lagi. Kita punya 17 ribu sekian pulau. Relakah kita, sekian ribu pulau itu tidak ada, tinggal kenangan. Gagalnya menangani perubahan iklim, kemarau panjang, mematikan pertanian, kelaparan. Hujan berlebihan, banjir di mana-mana. Topan, badai dan sebagainya. Yang ada adalah malapetaka. Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak termasuk jajaran pemerintahan Gubernur, Bupati, Walikota, bersama-sama kami, mari kita sungguh peduli pada lingkungan ini. Kowani bisa apa? Banyak yang bisa dilakukan. Bersama-sama misalkan, gerakan perempuan tanam dan pelihara pohon. Kalau tiap tahun kita tanam puluhan juta, apalagi saya ingin lebih dari 100 juta tiap tahun kita tanam, maka 30 tahun lagi insya Allah, dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa negara kita akan hijau, kemudian paru-paru dunia selamat, karbon dioksida sangat sedikit kita pancarkan, justru kita tarik, namanya carbon capture, carbon save, dengan demikian net-nya akan bagus, sehatlah negeri kita, sehatlah dunia kita.

 

Paling tidak, gerakan efisiensi bahan bakar, efisiensi listrik, mengelola sampah, menanam dan memelihara pohon, penghematan air, itu adalah gerakan nyata. Tidak usah terlalu muluk-muluk, ibu-ibu. Nyata di masyarakat luas, lakukan kegiatan penyelamatan lingkungan. Orang mengatakan, climate change is global but the solution is local. Maknanya, ini persoalan bumi, persoalan dunia, tapi cara mengatasinya bisa dari rumah tangga-rumah tangga, dari masyarakat-masyarakat untuk bersama-sama mencegah bumi kita ini makin panas.

 

Dan yang terakhir, tujuan MDG kerja sama internasional. Indonesia gigih, alhamdulillah, Indonesia satu-satunya negara ASEAN yang sekarang masuk pada forum G-20. Karena kadang-kadang kita oleh dunia suka diremehkan. Kita tidak suka. Indonesia bangsa yang besar. Indonesia bisa berbuat banyak untuk dunianya, untuk negerinya. Oleh karena itu tahun-tahun terakhir dengan kerja keras kita semua, setapak demi setapak kita dipandang secara positif oleh dunia. Dalam peluang seperti itu, saya mewakili rakyat Indonesia, mewakili ibu-ibu, selalu memperjuangkan, jangan sampai negara maju hanya memikirkan dirinya sendiri. Pikirkan bangsa lain. Pikirkan negara lain. Sesungguhnya di waktu yang lalu pada era penjajahan, bangsa-bangsa dunia ketiga itu korban penjajahan. Oleh karena itu kita sekarang kita menghadapi persoalan global, ya bekerjasamalah, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang menguasai teknologi, bagi teknologinya, dan sebagainya dan sebagainya. Dengan demikian, kalau kerja sama global ini bagus, maka tujuan MGD tadi, satu sampai tujuh, yang juga menjadi tugas negara-negara berkembang, negara-negara miskin, itu bisa dicapai. Dalam kaitan ini, saya sekali lagi meminta kepada Kowani, berdirilah di depan, jadilah pelopor bersama-sama jajaran Pemerintah untuk menyukseskan pencapaian MDG ini.

 

Ibu-ibu, Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Yang terakhir, saya ingin menggarisbawahi apa yang saya sampaikan kemarin pada saat saya menghadiri Hari Guru Nasional bersamaan dengan Hari Ulang Tahun PGRI. Tentang dinamika politik di negeri ini, utamanya lagi dinamika politik yang ada di ibukota Jakarta. Karena komunikasi kita dengan daerah, dengan Gubernur, tidak sama, situasi politik di Jakarta dengan situasi politik di daerah-daerah. Contohnya, saya baru kembali dari Ambon. Kemudian hari ini saya akan ke Kalimantan Tengah. Dan ini contoh bahwa tidak selalu sama, dari daerah ke daerah, berpulang pada isunya. Hampir sebulan ini situasi politik di ibukota menghangat. Semua mengikuti dengan adanya dua kasus, yang menyerap perhatian publik, perhatian masyarakat, yaitu kasus Saudara Bibit Samad Riyanto dan kasus Saudara Chandra Hamzah. Yang kedua, yang sekarang sedang in, kasus Bank Century. Saya mengatakan kemarin di depan ribuan guru,. Dalam kehidupan demokrasi, politik atau suhu politik memanas seperti ini wajar, tidak luar biasa. Dalam demokrasi, ada yang protes, ada yang unjuk rasa, ada yang pro dan kontra, ada yang tidak puas, itu juga biasa. Tidak luar biasa. Kemudian, ada yang setuju dengan kebijakan ini, ada yang tidak setuju, itu juga bisa terjadi. Termasuk kalau rakyat kita, terutama di Jakarta dan kota-kota besar ingin tahu, peduli, ada apa sih dengan permasalahan Pak Bibit dan permasalahan Pak Chandra? Ada apa hubungan antara kepolisian dengan KPK, dengan Kejaksaan dan lain-lain? Atau sekarang ini, ada apa dengan Bank Century? Itu hak rakyat kita. Tidak keliru. Harus kita hormati dengan cara membikin terang semua permasalahan itu atas fakta dan kebenaran. Kalau itu yang terjadi, hidup ini, demokrasi ini menjadi indah, karena yang ada bukan lautan fitnah tetapi yang ada, ada apa, dijelaskan, dan kemudian kalau ada masalah, solusinya seperti apa. Terhadap kasus Pak Bibit dan Pak Chandra, saya kira sudah mengikuti semua, insya Allah dengan pilihan yang kita pilih, saya sebagai Kepala Negara tentu tidak mungkin mencampuri hukum terlalu dalam karena di wilayah penegak hukum, Kepolisian, Kejaksaan, KPK sendiri, pengadilan dan sebagainya. Tetapi ketika terjadi keadaan sedemikian rupa, yang apabila tidak dipilih cara-cara yang tepat dan bijak, mengguncangkan kehidupan masyarakat kita, maka sebagai Kepala Negara setelah mempertimbangkan tanpa melawan hukum dan undang-undang sesuai dengan kewenangan saya, maka saya mengajak untuk ini saja yang kita pilih. Sudah kita pilih, yang intinya kalau di banyak tempat, di Kepolisian, di Kejaksaan, di KPK, di pengadilan, di manapun, ada kekurangan-kekurangan, benahi, perbaiki, termasuk di KPK. Mengapa? Agar pemberantasan korupsi justru lebih berhasil lagi. Jangan kita habis waktu kita, energi kita, karena pertengkaran, karena tidak klop satu sama lain. Itu. Semangatnya di situ. Kalau kita bersatu padu, saling bersinergi, insya Allah pemberantasan korupsi  yang menjadi tugas kita semua, tugas Polisi, tugas Kejaksaan, tugas pengadilan, tugas KPK, semua, akan lebih berhasil lagi. Negara kita akan gelap kalau korupsi masih jalan terus. Harus kita perangi dengan segala cara. Apa yang terjadi kemarin. Titik pelajaran yang sangat penting bagi Indonesia. Memberantas korupsi tidak semudah membalik telapak tangan. Ada masalah. Ada perlawanan. Ada macam-macam. Oleh karena itu kita harus aktif, harus kompak, harus gigih dengan leadership yang baik, dengan peran media masa yang konstruktif, dengan demikian tujuan kita membikin bersihnya kehidupan di negeri ini akan tercapai.

 

Dengan telah berhentinya proses hukum terhadap Pak Bibit dan Pak Chandra, justru momentum ini tidak kita sia-siakan, semua bekerja dengan gigih, dengan lakukan perbaikan pembenahan di semua lembaga-lembaga itu, termasuk KPK. Karena Tim 8 juga menemukan beberapa kelemahan di KPK. Semua berbenah diri. Saya sudah menginstrusikan dan akan segera dalam 100 hari ini, dalam 2 tahun mendatang utamanya, melaksanakan pembersihan terhadap mafia hukum. Ternyata banyak korban rakyat kita yang diperas, yang tidak mendapatkan perlakuan yang adil dari banyak pihak dalam menegakkan hukum. Saya ingin ke depan, makin sedikit, kalau bisa kita hilangkan praktik mafia di bidang hukum. Saya minta yang menjadi korban laporlah sekarang ini, supaya kita bisa selesaikan, supaya adil. Contoh, ada orang barangkali, entah bersalah, entah setengah bersalah, dimintai uang, misalnya, 10 miliar, kasusnya akan selesai. Yang minta bisa macam-macam dari mana-mana, di lembaga-lembaga. Uang dikasih, kasusnya setengah selesai setengah tidak. Ya korban. Kasusnysa selesai pun apanya harus begitu, minta uang, korban. Banyak sekali perkeliruan-perkeliruan seperti itu oleh karena itu saatnya telah tiba, reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, penegakkan hukum harus menjamah terhadap praktik-praktik mafia seperti itu. Saya ingin sekarang ini belajar dari pengalaman kasus Pak Bibit dan Pak Chandra kemarin yang alhamdilillah bisa kita akhiri, semua penegak hukum bersatu memberantas mafia hukum ini. Berbenah diri, sama -sama, komponen masyarakat, pers, LSM, untuk kita laksanakan pemberantasan korupsi dengan lebih efektif lagi.

 

Kasus Bank Century, Ibu-ibu, saya sudah mengatakan berkali-kali, rakyat yang diinginkan adalah, mendapatkan penjelasan yang gamblang tentang kasus Bank Century itu. Misalnya apakah ada kejahatan, apakah ada korupsi, apakah ada dana yang mengalir yang tidak semestinya, dan bagaimana pelaku, pengelola, Bank Century yang melanggar hukum? Itu sebetulnya. Mari kita jawab. Mari kita bikin terang. DPR akan menggunakan hak angket, menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. Bagus. Bikin terang semuanya. Karena ingat, yang menjadi kepedulian rakyat adalah hal-hal yang saya sampaikan tadi. Ceritakan kebenaran. Ceritakan fakta. Jangan fitnah. Ibu-ibu mengetahui, ada fitnah dan character assassination yang keterlaluan. Disebutkan ada aliran dana sekian banyak kepada Tim Politik SBY. Satu rupiah pun, kalau itu uang haram, tidak mungkin ada orang terfikir, berniat apalagi melakukan seperti itu. Oleh karena itu bagi yang dirugikan, setelah PPATK menjelaskan, tidak ada itu, LBS menjelaskan. Silakan mencari keadilan, ini negara hukum, keadilan harus tegak, bukan karena pelemparan fitnah dari mereka-mereka yang tidak bertanggungjawab. Kita ingin semuanya itu dibuka habis-habisan. Dan saya ingin, saya sudah menyampaikan kepada jajaran pemerintah dan penegak hukum, saya ingin proses hukum pengelola Bank Century dipercepat. Kalau ada yang kabur dua orang, pengadilan in absentia, sudah kita minta, dibekukan aset Bank Century yang di luar negeri. Jumlahnya konon lebih dari 11 triliun. Saya ingin yang milik negara, milik rakyat segera dikembalikan. Meskipun dana LPS itu bukan APBN, tetapi tetap bagi kita Bank Century harus betul-betul memenuhi kewajibannya. Dengan demikian, tidak ada yang menjadi korban. Saya ingin dipercepat dan mudah-mudahan semua pihak, proses pengadilan itu bisa dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama dengan demikian ada solusi yang baik terutama untuk mengembalikan semuanya itu.

 

Saya juga minta, karena beredar isu, dana itu mengalir ke ini ke itu, ke ini itu, tidak baik di antara kita saling curiga mencurigai. Buka. Tentu ada hukumnya, ada undang-undangnya, tetapi saya ingin seperti PPATK. PPATK itu ibu-ibum singkatan dari Pusat Pelaporan Analisis Transaksi  Keuangan. PPATK tahu kalau ada transaksi yang mencurigakan. Silakan PPATK ada tidak transaksi yang mencurigakan yang mengait 6,7 triliun itu. Silakan. Supaya terang benderang. Sakit dan kasihan seseorang difitnah terima sekian ratus miliar, terima sekian puluh miliar, itu anak cucunya, ayahnya, menderita itu dengan fitnah. Ibu sendiri kalau difitnah. Bikin terang. LPS yang menyalurkan 6,7 triliun  ke Bank Century, ceritakan kemana uang itu, tahapannya seperti apa. BUMN terima berapa, perusahaan terima berapa, perorangan terima berapa, yang menerima nasabah maksud saya, nasabah yang di bawah 2 miliar terima berapa, di atas 2 miliar terima berapa? Ada ngga yang berkaitan dengan yang dirumorkan difitnahkan sekarang ini? Bikin terang. Begitu kehidupan yang baik. Begitu peradaban yang baik. Begitu demokrasi yang sehat. Kita tidak punya masa depan, Ibu-ibu, kalau negeri ini terus, yang ada intrik, fitnah, pembunuhan karakter dan sebagainya. Mari buka semuanya seterang-terangnya agar rakyat kita juga mendapatkan penjelasan yang gamblang. Saya kira tambahan dari saya itu. Dan MDG yang menjadi hajat Ibu-ibu, saya dukung penuh. Saya minta para Menteri terkait, Menkokesra dengan jajarannya, berikan dukungan penuh kepada Kowani untuk bersama-sama menyukseskan MDG. Kalau ibu melaksanakan MDG, rakyat akan berterima kasih. Mereka akan senang. Ya mungkin tidak semua masuk koran, kalah mungkin dengan berita Bank Century, atau pun yang lain-lain tapi itu Allah mencatat. Tuhan mencatat pengabdian ibu-ibu. Demikianlah dan akhirnya dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Kongres Ke-23 Kowani dengan resmi saya nyatakan dibuka.  

    

Sekian,

 

Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.  

 

 

 

 

Biro Naskah dan Penerjemahan

Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Dukungan Kebijakan

Sekretariat Negara RI   Â