Sambutan Presiden RI Pd Pekan Kebudayaan Aceh ke-6, di Banda Aceh tgl. 20 Sept 2013

 
bagikan berita ke :

Jumat, 20 September 2013
Di baca 810 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA ACARA

PEKAN KEBUDAYAAN ACEH KE-6

DI TAMAN RATU SHAFIATUDDIN, DARUSSALAM BANDA ACEH

TANGGAL 20 SEPTEMBER 2013

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Para Tamu Undangan, dan Hadirin sekalian yang saya muliakan, khususnya para Peserta Pekan Kebudayaan Aceh ke-6, serta para Seniman dan Budayawan yang saya cintai dan saya muliakan.

 

Mengawali sambutan ini, saya mengajak Hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke-hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita dapat berkumpul dan bersilaturahim, dan bertatap muka dengan rakyat Aceh yang saya cintai dan saya banggakan.

 

Upacara ini dilaksanakan di Taman Sulthanah Shafiatuddin, Banda Aceh, yang menandai Pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh atau PKA ke-6. Atas nama pemerintah, negara, dan pribadi, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas penyelenggaraan perhelatan budaya yang membanggakan ini. Saya juga ingin menyampaikan ucapan selamat datang kepada para peserta Pekan Kebudayaan Aceh, yang datang dari kabupaten dan kota se-Aceh. Semoga perhelatan kebudayaan yang akan digelar sepekan ini, dapat menampilkan kekayaan budaya dan adat-istiadat masyarakat Aceh yang khas dan unik dengan tradisi keislamannya yang kuat.

 

Saudara-saudara,

 

Seperti wilayah lainnya di Tanah Air, Aceh memiliki keragaman budaya yang sangat kaya. Banyak peninggalan sejarah, mulai dari bangunan, makam tua, hingga peninggalan tsunami, maupun yang intangible seperti seni dan budaya spiritual. Semuanya itu dapat menjadi daya tarik yang mampu meningkatkan kunjungan wisata ke Aceh dan ke tanah, dan ke Indonesia.

 

Kebudayaan Aceh tentu saja tidak hanya bersumber dari kearifan lokal, tetapi juga diwarnai nilai-nilai kebudayaan Islam yang luhur dan agung. Kebudayaan Aceh saat ini juga bukan hanya milik Aceh sendiri, tetapi telah menjadi hasanah kebudayaan bangsa Indonesia.

 

Pekan Budaya Aceh yang digelar sepekan ini, saya nilai memiliki tiga dimensi penting dari kebudayaan. Dimensi mental simbolik, yang di dalamnya termasuk kepercayaan dan keyakinan sebagai wujud dari interaksi antara manusia dengan pencipta alam semesta, dimensi sosial yang berkaitan dengan pola interaksi antara masyarakat Aceh yang dinamis, dan dimensi material, yang menampilkan karya-karya terbaik dari puncak kreativitas rakyat Aceh.

 

Saudara-saudara,

 

Sejarah mencatat, tiga dimensi kebudayaan masyarakat Aceh telah lama berkembang dan memiliki kejayaan sebagaimana terlihat dari catatan-catatan sejarah, manuskrip-manuskrip, artefak-artefak, dan peninggalan-peninggalan lainnya. Aceh pernah dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pemikiran keagamaan sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tadi, khususnya pada masa kejayaan 35 Sulthan dan Sulthanah selama hampir 4 abad, dari awal abad ke-16 hingga awal abad ke-20.

 

Dalam kurun waktu itu, kita mengenal para pemikir dan budayawan besar, seperti Syekh Nuruddin Arraniri, yang terkenal dengan kitabnya "Bestang Al-Saladdin", atau "Taman Raja-Raja", yang menyajikan kronik raja-raja Aceh yang lengkap. Dan Syekh Abdurrauf Singkil, terkenal dengan karya besarnya "Syair Ma'rifat". Rakyat Aceh juga memiliki karya seni yang luar biasa dan monumental. Seperti Tari Saman, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia. Tidak hanya tari saman, rakyat Aceh memiliki tari-tari lain yang tidak kalah memikatnya, seperti Tari Seudati, Tari Laweu, dan Tari Tarekat. Mulai hari ini selama sepekan ke depan, kita akan menyaksikan ditampilkannya puncak-puncak kreativitas para budayawan tanah Rencong.

 

Pekan Budaya Aceh menjadi wahana bagi pelestarian kebudayaan Aceh, sekaligus memberikan kesempatan yang baik kepada generasi muda untuk lebih memahami, menghargai, menyayangi, dan akhirnya merasa ikut memiliki, dan melestarikan kebudayaan Aceh.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Saudara Gubernur dan jajaran Pemerintah Aceh yang telah memprakarsai dan melaksanakan Pekan Kebudayaan Aceh yang meriah ini. Kepada para Seniman dan Budayawan Aceh, saya ucapkan selamat atas kreativitas dan karya seni yang ditampilkan dalam Pekan Kebudayaan Aceh tahun ini. Saya kagum dan bangga atas kreativitas Saudara-saudara semua. Melalui kebudayaan Aceh, saya mengajak rakyat Aceh untuk terus meningkatkan kebersamaan dalam membangun Aceh dengan bertopang pada sendi-sendi kultur masyarakat Aceh.

 

Mari kita bangun Tanah Serambi Mekah ini dengan nilai-nilai tamadun, yaitu nilai-nilai kebudayaan yang luhur yang dilandasi oleh ajaran Islam. Mari kita lestarikan budaya Aceh dengan menumbuhkembangkan kecintaan dan apresiasi terhadap tradisi dan budaya Aceh, utamanya bagi kalangan generasi muda. Kepada Saudara-saudara yang meraih piala bergilir Pekan Kebudayaan Aceh, saya ucapkan selamat. Pertahankan prestasi Saudara-saudara sekalian, terus tingkatkan kualitas karya cipta seni dan budaya yang tinggi. Jadilah teladan dalam pengembangan seni dan budaya di wilayah Saudara.

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Selanjutnya saya akan merespon beberapa bagian dari sambutan Bapak Gubernur tadi. Sesungguhnya pada tanggal 30 Agustus yang lalu, saya dengan didampingi oleh para menteri terkait, telah menerima Gubernur Aceh di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa permasalahan di Aceh, termasuk yang tadi disampaikan dalam sambutan gubernur.

 

Pertama, tentang usulan penegerian beberapa perguruan tinggi di Aceh. Sampai dengan saat ini saya telah menyetujui penegerian STAIN Gajah Putih Takengon pada tahun 2012, dan Universitas Samudera Langsa menjadi universitas negeri. Kedua-duanya telah saya keluarkan Peraturan Presiden untuk itu. Sedangkan penegerian IAIN Ar Raniry dan Universitas Teuku Umar Meulaboh, keduanya masih dalam proses finalisasi. Sedangkan untuk Universitas Gunung Leuser di Aceh Tenggara dan Politeknik Venezuela di Aceh Barat, menurut laporan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara prinsip keduanya segera bisa dinegerikan. Sekarang tinggal melengkapi proses administrasi yang diperlukan. Kita akan respon dengan baik, akan didukung dengan penuh upaya untuk meningkatkan perguruan tinggi di seluruh Aceh.

 

Kedua, di bidang kesehatan saya telah menyetujui dan mendukung usulan Gubernur Aceh untuk membangun berbagai rumah sakit rujukan wilayah dan regional dengan menggunakan dana pinjaman lunak luar negeri sebesar Rp. 1,1 triliyun. Di samping itu, pemerintah pusat juga akan memberikan anggaran pembangunan kesehatan untuk Provinsi Aceh yang pada tahun 2013 ini jumlahnya sebesar Rp. 948,9 milyar.

 

Ketiga pembangunan rumah layak huni bagi kaum duafa dan korban konflik di Aceh. Secara prinsip saya telah menyetujui. Untuk diketahui, pada tahun 2012 telah dibangun 3950 unit rumah, dan tahun 2013 ini sedang dibangun 7050 unit rumah yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota.

 

Keempat di bidang infrastruktur, saya juga telah menyetujui peningkatan sekaligus perpanjangan run way Bandara Rambele, Bener Meriah, di Aceh Tengah, saya kira berdekatan itu, dari dana APBNP 2013. Serta peningkatan dan pengoperasian pelabuhan laut Krueng Geukeh sebagai pelabuhan ekspor impor di wilayah timur Aceh.

 

Demikian pula, untuk revitalisasi kawasan industri Lhokseumawe saat ini sedang dilakukan pengkajian sejarah secara serius untuk mendayagunakannya di masa depan, antara lain kita pikirkan untuk kita ubah menjadi refinery atau kilang minyak yang sangat diperlukan di negeri kita.

 

Kelima, terkait pengembangan sektor pariwisata, upaya mendukung rencana pengembangan pariwisata, sebagaimana disampaikan Saudara Gubernur tadi. Kita harus dapat mengambil manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya dari potensi pariwisata yang kita miliki. Pemerintah sejak tahun 2010 sudah memberikan bantuan langsung ke masyarakat di bawah program PNPM Mandiri untuk 66 desa wisata di seluruh Aceh dengan nilai Rp. 5,7 milyar. Untuk 2014 akan ditambah lagi dengan 22 desa senilai 2,5 milyar. Demikian pula dukungan sarana dan prasarana pariwisata di Sabang, telah diberikan pemerintah sejak tahun 2009. Tahun ini dan tahun depan telah dialokasikan RP. 2 milyar per tahun dalam rangka pengembangan ekonomi kreatif telah pula dialokasikan Rp. 1 milyar pada tahun 2013.

 

Saudara Gubernur, Saudara-saudara, saya mendukung untuk pengembangan Sabang sebagai salah satu tujuan pariwisata tingkat nasional. Bahkan, mari kita tingkatkan sampai tingkat internasional.

 

Keenam, terkait RPP dan Perpres implementasi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, saya telah mendapatkan laporan dari Mendagri, prosesnya tengah diselesaikan, sekarang sedang dilakukan penarikan, tentunya diperlukan kerja sama dan koordinasi yang erat dengan pemerintahan Aceh. Mudah-mudahan semua itu akan dapat segera kita selesaikan.

 

Tentu saja Saudara-saudara, komitmen dan yang pemerintah lakukan untuk membangun Aceh menuju masa depan yang lebih maju dan sejahtera. Tidak terbatas apa yang telah dibutuhkan oleh pemerintah Aceh tadi. Secara nasional, pemerintah pusat juga melakukan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan di seluruh Tanah Air dengan anggaran yang tidak sedikit, termasuk di dalamnya pembangunan untuk Aceh.

 

Hadirin sekalian, segenap rakyat Aceh yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya ingin menyampaikan harapan dan ajakan saya kepada Saudara-saudara kami, rakyat Aceh yang saya cintai. Harapan dan ajakan ini menyangkut kewajiban untuk mempertahankan situasi yang aman dan damai ini, insya Allah selama-lamanya, agar di samping rakyat bisa menikmati kehidupan yang tenteram, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat juga dapat kita laksanakan dengan baik. Sebagaimana yang saya sampaikan tadi malam di Universitas Syiah Kuala, ketika saya diminta untuk menyampaikan refleksi dan sejarah terciptanya perdamaian di Aceh. Saya mengingatkan, bahwa dulu sangat tidak mudah mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama lebih dari 30 tahun.

 

Sebagai pelaku sejarah dari terciptanya perdamaian di Aceh yang telah bekerja sejak tahun 2000, dan kegigihan yang telah memimpin negeri ini selama 9 tahun, saya ikut mengalami pasang surut serta keberhasilan dan kegagalan, daya, dalam upaya kita menciptakan perdamaian dan mengakhiri konflik di tanah ini.

 

Alhamdulillaah, atas pertolongan Allah SWT, serta berkat kegigihan, kesabaran, dan kerja keras kita semua, delapan tahun yang lalu, konflik di tanah ini dapat kita akhiri. Oleh karena itu, marilah kita jaga, kita rawat, dan kita lestarikan kedamaian yang telah kita raih itu. Perjalanan, terima kasih. Perjalanan sudah amat jauh, korban sudah terlalu banyak. Jangan pernah perdamaian ini terganggu dan goyah oleh sebab apa pun, kita semua harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melestarikannya.

 

Akhir tahun 2014 mendatang, insya Allah saya akan mengakhiri tugas saya memimpin negeri yang sangat kita cintai ini. Saya akan terus mendoakan, agar bumi Aceh yang indah ini akan lebih maju, makin damai, makin adil, dan makin sejahtera.

 

Itulah harapan saya pribadi, dan tentunya harapan kita semua yang amat mencintai Aceh.

 

Demikianlah Saudara-saudara, dan, dan ajakan saya, dan akhirnya seraya memohon ridha Allah SWT, dan dengan mengucapkan bismillaahirrahmaanirrahiim, Pekan Kebudayaan Aceh ke-6 dengan ini saya nyatakan dengan resmi dibuka.

 

Terima kasih.

 

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI