Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta

 
bagikan berita ke :

Rabu, 03 Juli 2013
Di baca 1075 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

PEMBUKAAN KONGRES XXI PGRI DAN KONGRES GURU INDONESIA 2013

DI ISTORA GELORA BUNG KARNO, SENAYAN, JAKARTA

TANGGAL 3 JULI 2013



 

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam Sejahtera untuk kita semua,

Om Swastiastu,

 

Para Tamu dan Undangan yang saya muliakan,

Saudara Ketua Umum PGRI dan segenap jajaran Kepemimpinan dan Pengurus PGRI, serta para Guru yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah, hari ini kita dapat menghadiri acara yang penting, yaitu Kongres ke-21 PGRI sekaligus Kongres Guru Indonesia pada tahun 2013. Saya mengucapkan selamat mengikuti kongres, dan semoga kongres ini menghasilkan kebaikan, baik untuk para guru, untuk PGRI, maupun untuk masyarakat, bangsa, dan negara kita. Atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada para guru atas pengabdian, kerja keras, dan pengorbanannya selama ini. Terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada PGRI, yang secara terus-menerus ikut meningkatkan kapasitas dan kinerja guru, ikut meningkatkan integritas dan kode etik guru, serta melakukan kerja sama dan sinergi yang baik dengan jajaran  pemerintah, demi memajukan mutu pendidikan di negeri kita, dan sekaligus demi peningkatan kesejahteraan seluruh guru kita.

 

Para Guru yang Saya cintai,

 

Lima tahun yang lalu, tahun 2008, dalam peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-63, saya berbicara tentang masa depan Indonesia. Saya katakan waktu itu, bahwa masa depan bangsa sangat tergantung kepada sumber daya manusianya. Jika manusianya tangguh dan unggul, maka bangsa kita akan kuat dan maju. Untuk mewujudkan manusia Indonesia yang tangguh dan unggul, pendidikan harus maju dan berkualitas. Dan pendidikan akan maju dan berkualitas jika para guru berintegritas, profesional, dan sejahtera. Itulah yang saya ucapkan 5 tahun yang lalu.

 

Kemudian di akhir tahun 2004 atau 9 tahun yang lalu, saya juga telah menyampaikan ke hadapan para guru dan seluruh rakyat Indonesia, hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dasar di bidang pendidikan. Saya ingin mengulangi, agar pada hari yang penting dan  bersejarah ini, kita semua selalu ingat, pendidikan yang dilakukan di negeri ini mengarah ke mana dan memiliki tujuan seperti apa. Saya ingatkan waktu itu bahwa, pendidikan itu adalah untuk semua, education for all.

 

Pendidikan harus semakin terjangkau, makin berkualitas dan murah. Dan bagi yang kurang mampu, digratiskan. Semua pihak, pemerintah baik pusat maupun daerah, sekolah dan lembaga pendidikan, organisasi profesi, dalam hal ini PGRI, dosen dan guru, dunia usaha, dan masyarakat luas harus bertugas dan mengambil tanggung jawab bersama, untuk memajukan pendidikan kita. Dan kemudian saya katakan juga waktu itu, 9 tahun yang lalu, untuk mencapai semua sasaran itu, maka kemampuan dan kesejahteraan guru dan dosen perlu terus-menerus ditingkatkan. Ke depan ini setelah saya sampaikan 9 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, saya mengajak PGRI dan semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama, menjalankan semua kebijakan yang telah kita tetapkan.

 

Para Guru yang saya cintai,

 

Hadirin sekalian yang saya hormati,

 

Alhamdulillah, berkat kerja keras dan kebersamaan kita, Indonesia, tahun-tahun terakhir ini telah mencapai sejumlah kemajuan dan hasil yang nyata. Kemajuan itu contohnya adalah ekonomi yang tumbuh baik, dan kesejahteraan rakyat yang makin meningkat, politik, tidak dilarang bertepuk tangan, politik nasional yang stabil, dan demokrasi yang makin berkembang. Keamanan dalam negeri kita yang juga makin terjaga, serta peran internasional Indonesia yang makin mengemuka dan diakui oleh dunia. Sebagai bangsa kita harus bersyukur, jangan tidak bersyukur. Di tengah prestasi dan capaian itu, tentu saja masih kita hadapi sejumlah tantangan, kekurangan, dan pekerjaan rumah. Contohnya, masih ada praktik-praktik korupsi dan birokrasi yang belum baik. Masih terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan otonomi daerah, masih terjadi konflik-konflik komunal yang menunjukkan bahwa kepatuhan sebagian masyarakat kita kepada hukum, dan juga toleransi masih kurang. Itulah kekurangan kita yang secara jujur harus kita akui.

 

Saudara-saudara,

 

Saya yakin, Indonesia akan bertambah maju dan hebat, dan juga sukses apabila yang baik-baik tadi dapat kita jaga dan bahkan kita tingkatkan, sementara yang belum baik, kekurangan di sana-sini tadi bisa kita perbaiki dan atasi. Dalam konteks itu, langsung atau tidak langsung, sekolah dan dunia pendidikan memiliki peran yang penting. Dan Saudara semua, juga bisa berkonsentrasi untuk menjaga yang sudah baik dan kemudian memperbaiki yang belum baik.

 

Para Guru yang saya cintai,

 

Kita semua tahu, negara kita masih menghadapai tiga tantangan yang semuanya berkaitan dengan dunia pendidikan. Meskipun tantangan begini, juga dihadapi oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Pertama, kemiskinan; yang Kedua, kebelumcerdasan. Saya tidak menggunakan kata-kata kebodohan, saya memilih kata-kata kebelumcerdasan. Kalau kita bicara kebodohan, seolah-olah doa. Tapi kalau kita bicara kebelumcerdasan, Allah akan kasih jalan untuk semua menjadi cerdas; Dan yang ketiga tadi, keterbelakangan peradaban. Kalau kita bekerja amat keras, keras saja belum cukup, amat keras. Dan, apabila ketiga tantangan itu kita atasi, percayalah, Saudara-saudara dengan izin Allah 20 sampai 30 tahun mendatang, Indonesia yang kita cintai ini akan jauh lebih maju dan lebih sejahtera dengan peradaban yang makin unggul.

 

Oleh karena itu, saya mengajak PGRI dan semua komunitas pendidikan untuk bersinergi dan bekerja sama dengan pemerintah untuk memerangi kemiskinan, memerangi kebelumcerdasan dan memerangi keterbelakangan peradaban yang masih ada. Dan saya berharap, Pak Sulistiyo dan para Pemimpin PGRI, dalam kongres PGRI ke XXI ini, bisa dirumuskan program 5 tahun ke depan, apa yang bisa dikerjasamakan dan disinergikan dengan pemerintah. Mudah-mudahan, mudah-mudahan, karena saya akan jatuh tempo satu tahun empat bulan lagi, mudah-mudahan presiden mendatang pengganti saya juga melanjutkan apa yang sudah kita capai ini. Kalau milih presiden, nanti, pastikan yang sayang guru.

 

Para Guru yang saya sayangi,

 

Bagaimana ke depan? Apa yang harus kita lakukan secara bersama? Pertama, sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah. Saya harap, saya mohon, para Guru juga terus melakukan pembenahan dan peningkatan kemampuan serta melakukan peningkatan kinerja masing-masing. Tentunya, semua itu sejalan dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk terus memikirkan dan meningkatkan gaji dan kesejahteraan para Guru. Saya memiliki catatan, saya kira Mendikbud juga punya, apa saja yang sudah menggembirakan dari para guru kita. Dan apa pula yang belum menggembirakan. Oleh karena itu, tidak sulit, yang menggembirakan jaga, Insya Allah akan bagus bagi guru, yang masih kurang-kurang perbaiki. Pemerintah pun demikian, saya pun demikian, selalu melakukan perbaikan dari hari ke hari. Itu pertama.

 

Yang kedua, mari kita sukseskan program pendidikan menengah universal serta kurikulum yang lebih tepat. Saudara adalah pelaku yang mengubah jalannya sejarah, karena Indonesia akan memiliki sistem pendidikan selama 12 tahun dengan kurikulum yang lebih  tepat. Pak Nuh mengatakan, kalau itu dijalankan tidak perlu menunggu sampai tahun 2040, terlalu lama, agar angka  partisipasi kasar sekolah menengah mencapai 97%. Sanggupkah Saudara semuanya? Alhamdulillah. Itu untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk bangsa yang kita cintai. Itu yang kedua.

 

Yang ketiga, peran PGRI yang konstruktif seperti sekarang ini, yang di satu sisi, pasti tepuk tangan ini, gigih, gigih memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan guru, dan juga bersama pemerintah terus memajukan pendidikan, agar dilanjutkan dan ditingkatkan. Jadi, ingat Pak Sulistiyo, lanjutkan dan tingkatkan.  Apa yang PGRI laksanakan selama ini.

 

Empat. Saya ingin merespon yang disampaikan pimpinan PGRI, dua. Saya juga mendengar masih ada excess dan penyimpangan yang ada di daerah, yang membikin guru menjadi korban. Saya hadirkan Mendagri di sini. Karena saya dengan beliau juga terus memikirkan bagaimana mengatasi masalah ini. Begini, karena politik, khususnya Pilkada, guru sering menjadi korban. Tentu tidak semua, tapi ada laporan yang masuk ke tempat saya. Misalnya, guru dipaksa menjadi tim sukses. Kalau tidak mau, katanya, diganti. Kemudian kalau kebetulan yang terpilih bukan yang didukung, dipindah. Ini tidak boleh terjadi. Hari ini saya sampaikan kepada para Guru, sahabat-sahabat saya di seluruh Indonesia, kalau mengalami nasib seperti itu segera lapor ke Mendikbud, Mendagri, tembusan ke saya, tembusan ke saya, tapi jangan fitnah, faktual. Setelah melapor ke Mendagri, Mendikbud, dan saya, berikan konferensi pers, bahwa ada perlakuan yang tidak benar. Sekali lagi, itu fakta, dan bukan fitnah tentunya. Tetapi sekaligus saya ingatkan, agar para guru serta para kepala sekolah, pejabat dinas pendidikan, menjauhkan diri dari politik praktis. Jangan melibatkan diri dalam pilkada, dalam arti menjadi tim sukses, dan sana, dan sini, guru-guru akan bingung kalau seperti itu. Mari kita tertibkan bersama. Negara ini negara kita sendiri, pemerintahan ini pemerintah ini kita sendiri. Yang baik kita jaga, yang tidak baik kita perbaiki. Itulah reformasi. Jadi, pesan saya jangan sampai guru menjadi korban, korban politik. Itu yang keempat.

 

Nah, yang kelima atau yang terakhir, khusus persoalan guru bantu dan guru honorer. Istri saya, Ibu Ani, sejak tahun 2004 sudah menerima ribuan SMS. Terutama saudara-saudara kami para guru bantu dan guru honorer. Ya, macam-macam bahasanya. Ada yang setengah marah, ada yang marah, ada yang marah sekali. Ketika banyak begitu diangkat menjadi PNS, jadi guru, lupa untuk berterima kasih. Meskipun ada juga yang berterima kasih. Tidak apa-apa, tidak apa-apa, artinya, kita juga memikirkan.

 

Saudara masih ingat tahun 2005, saya pimpin waktu itu, untuk melihat berapa banyak yang belum diangkat menjadi PNS, yang masih honorer bantu, termasuk guru. Kemudian kita keluarkan kebijakan, sekian juta lebih, untuk kita angkat dan mengalir. Tetapi sekarang ada masalah. Mengapa? Karena daerah-daerah, dalam mengangkat, entah pegawai, entah guru, honorer ataupun bantu itu tidak dihitung secara cermat. Demikian juga pendidikan swasta, meskipun tidak semua. Ada juga yang melakukan seperti itu.

 

Oleh karena itu, saya sudah mengambil keputusan, mari kita carikan solusinya, mari kita tata bagaimana proses pengangkatannya, dengan syarat seperti apa, dan kemudian dibikin. Saya ingin mulai tahun depan sudah dimulai, dengan demikian Insya Allah, pada saatnya nanti, tidak ada masalah-masalah seperti ini. Saya, hari ini menghadirkan Mendikbud, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Mensesneg, untuk bersama-sama mengundang gubernur seluruh Indonesia duduk bersama. Carikan solusi, tetapkan kebijakan untuk mengatasi masalah ini, sehingga tidak menimbulkan gelombang keresahan di kalangan guru bantu, guru honorer, maupun PNS yang belum diangkat. PGRI juga harus aktif untuk menjadi bagian dari upaya mencari solusi ini.

 

Itulah Saudara-saudara. Dan, sebelum saya akhiri sambutan saya, para Guru yang saya sayangi, saya mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada saya. Saya tulus, saya tidak mencari penghargaan, Saudara-saudara. Saya hanya ingin, tahun depan ketika Saya mengakhiri tugas saya, nasib dan kesejahteraan guru sudah menjadi makin baik. Sungguhpun demikian, saya mengucapkan terima kasih atas apa yang disampaikan kepada saya, melalui penghargaan tadi.

 

Saudara-saudara,

 

Menutup dari segalanya, saya ingin menyampaikan satu pantun kecil.

Pasir berbisik di pagi hari, menabur cinta ke Gunung Semeru.

Terima kasih PGRI, terima kasih para Guru.

 

Akhirnya dengan memohon ridha Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Kongres ke-2 PGRI dan, ulangi, Kongres ke-21 PGRI dan Kongres Guru Indonesia, dengan resmi saya nyatakan dibuka.

 

Terima kasih,

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,

Om Shanti Shanti Shanti Om.

 

 

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI