Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Munas HIPMI XV Tahun 2015, di Bandung, tgl. 12 Jan 2015
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL HIMPUNAN PENGUSAHA MUDA INDONESIA (MUNAS HIPMI) XV TAHUN 2015
DI CONVENTION CENTER, THE TRANS LUXURY HOTEL, BANDUNG,
JAWA BARAT
 TANGGAL 12 JANUARI 2015
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Â
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Â
Yang saya hormati Pimpinan MPR, Bapak Osman
Sapta Odang (Pak Oso),
Yang saya hormati seluruh Kabinet Kerja yang pada pagi hari ini hadir beberapa
Menteri: Bu Menko Mbak Puan, Bu Menteri KKP Bu Susi, Menteri Perindustrian Pak
Saleh Husin, Menteri Perdagangan Pak Rahmat Gobel, yang lain nggak lihat aja oh, Menteri Seskab
Pak Andi Widjajanto, semuanya saya ajak untuk meramaikan Munas HIPMI,
Yang saya hormati Gubernur Jawa Barat beserta
seluruh jajaran Forkominda,
serta tentu saja Ketua Umum HIPMI beserta seluruh senior, dan pembina serta
keluarga besar HIPMI dari Sabang sampai Merauke yang pada pagi hari ini hadir
di Munas yang ke-15.
Saya tadi waktu masuk ke Bandung isinya vertical
banner dan spanduk, udah kayak
pilpres. Di sini ada gambarnya Bayu, di sini ada gambarnya Bahlil, di sini ada
gambarnya Bagus, ramai sekali. HIPMI memang dari tahun ke tahun kalau kita
lihat di setiap munas ya, ramai sekali, tetapi sekali lagi ramainya adalah
ramai kekeluargaan. Ini bedanya HIPMI dengan yang lain. Tadi sudah disampaikan
bahwa Presiden dan Wakil Presidennya yang sekarang itu berasal dari keluarga HIPMI.
Banyak yang belum tahu, kalau saya sudah tahun berapa tahun 88, Pak JK tahun
80-an, tapi ndak di pusat, di Solo
dan di Makassar.
Hari ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan ekonomi
kita, karena banyak yang menyampaikan, karena ini temanya "Pengusaha Muda Menjawab
Tantangan Global". Saya ingin menyampaikan karena setiap pertemuan di mana pun,
selalu pengusaha menyampaikan kekhawatirannya. Nah, tahun ini kita akan buka,
akan dibuka ASEAN Economics Community,
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Semuanya masih menerka-nerka, semuanya masih
meraba-raba akan kejadiannya akan seperti apa, sehingga semuanya khawatir.
Tetapi perlu saya sampaikan, setelah saya bertemu dengan pimpinan-pimpinan
pemerintahan dan pemimpin negara, negara-negara ASEAN mereka semuanya juga
takut, karena tidak bisa memperkirakan, memprediksi apa nanti yang akan terjadi
dengan dibukanya ASEAN Economics
Community. Artinya apa? Ya Saudara-saudara nggak usah takut, wong
mereka takut kok. Mereka juga takut gitu, dan yang paling ditakuti memang
Indonesia.
Â
Coba bayangkan, penduduk kita 250 juta terakhir yang saya terima, yang lain jumlahnya 24 juta, 15 juta, 70 juta. Mereka membayangkan begitu dibuka, mereka akan diserbu oleh pengusaha dari Indonesia yang banyak sekali. Bayangkan kalau kita menyerbu negara-negara yang lain. Apalagi yang menyerbu HIPMI, biasanya yang tukang nyerang dan nyerbu kan yang anak-anak muda. Begitu dibuka larinya paling kencang. Ya, yang muda-muda ini kan, pengusaha muda ini biasanya keberaniannya didahulukan hitungannya nomor dua. Ya, saya kan ngalami. Jadi menyerbu dulu, hitungan belakang. Dan, nggak apa-apa, misalnya jatuh ya bangun lagi, jatuh ya bangun lagi, itu saja.
Â
Ya, artinya apa? Artinya sebetulnya Saudara-saudara semuanya, pengusaha tidak usah takut, karena negara yang lain udah grogi. Karena kita dianggap mempunyai kalau persentase, katakanlah persentase 10 persen saja, sudah 25 juta, kalau persentase 20 persen berarti 50 juta kita. Hampir satu negara atau dua negara dibandingkan apa, jumlah penduduk yang ada di negara yang lain di ASEAN. Yang paling penting menurut saya kesiapan kita ini memang harus betul-betul dirancang yang baik. Memang sebetulnya kesiapan-kesiapan itu mestinya sudah 10 tahun atau 8 tahun yang lalu, per tahun diproses, per tahun dicek, per tahun dikontrol sehingga kesiapan kita tahun ini sudah pada posisi kesiapan yang matang.
Tetapi, menurut saya dengan kondisi yang ada sekarang kita juga enggak perlu khawatir dan takut-takut
amat. Yang paling penting jangan sampai ada peluang-peluang yang ada di dalam
negeri ini diambil oleh pengusaha dari luar yang masuk, harus diambil oleh kita
terlebih dahulu. Kalau di sini sudah diamankan yang punya kesiapan langsung
serbu ke negara yang lain.
Yang saya lihat, saya kemaren senang juga waktu ada Asian Summit di Myanmar, di Nay Pyi Taw. Ada di sana kontraktor
kita yang menang tender, ada berapa 1, 2, 3, 4. Artinya sudah ada di sana untuk
jalan dan gedung. Ada juga pengusaha di sana yang dari kita sudah ada di sana
usaha ternak ayam, peternakan ayam, sudah ada. Ada juga yang sudah membuat
toko, Pak, kita sudah ada beberapa outlet
toko. Artinya, sebetulnya kita juga sudah mendahului, jadi nggak usah terlalu ditakutkan yang namanya ASEAN Economics Community, tetapi kita memang
harus siap.
Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Pagi hari ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan arah
dan strategi pembangunan yang mungkin bisa dipakai sebagai pegangan untuk
peluang mana yang akan dimasuki dari dunia usaha.
Setelah kemarin kita melakukan pengalihan subsidi BBM, ada sebuah ruang fiskal
yang sangat besar di APBN kita, dan akan kita ajukan lagi di APBN perubahan,
APBN-P pada hari ini. Dan, kelonggaran fiskal seperti itu akan kita fokuskan
pada pembangunan infrastruktur secara cepat dengan pola yang memang berbeda.
Saya berikan contoh, tahun ini kita akan suntikkan 48 trilyun kepada BUMN kita,
tetapi BUMN yang sehat. Kalau dulu BUMN biasanya dibebani untuk setor deviden
ke APBN, kalau sekarang mulai tahun ini pola kita adalah memberikan suntikan
kepada BUMN. Kenapa seperti itu? Karena saya lihat, saya berikan contoh
misalnya Pelindo membangun pelabuhan atau kayak
yang Karya-karya, Wijaya Karya, Nindya Karya, Hutama Karya, atau Adhi Karya yang
biasa mengerjakan infrastruktur jalan, atau KAI yang mengerjakan kereta api,
atau Angkasa Pura yang mengerjakan airport, kita beri, misalnya kita beri 10
trilyun, Â itu mereka bisa mengerjakan
sebanyak 50-70 trilyun lapangannya. Kenapa seperti itu? Karena dengan ekuiti
yang ada mereka bisa pinjam ke lembaga keuangan, ke perbankan dengan sebuah business plan, dengan sebuah visibility study hitung-hitungannya
jelas, karena memang untung. Pekerjaan-pekerjaan di bidang infrastruktur dan
besar tentu saja kalau diajukan ke perbankan mereka akan berikan.
Kalau uang 10 trilyun kita berikan kepada Kementerian, 10 jadinya juga 10.
Inilah kecepatan yang ingin kita bangun dengan memanfaatkan BUMN sehingga
kecepatan itu bisa 5 sampai 7 kali lipat dari yang kekuatan anggaran yang kita
punyai. Sehingga BUMN tidak berada pada posisi diminta deviden, tetapi justru
diberikan suntikan untuk berkembang. Ini pola yang berbeda.
Ini hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar memang harus dipenuhi
terlebih dahulu, masalah pendidikan, kesehatan harus segera dikirimkan kepada
masyarakat anggaran yang ada dalam waktu yang secepat-cepatnya, lewat sistem
kartu yang sudah beberapa kali kami sampaikan. Terus (Presiden menyampaikan
presentasi melalui slide). Dan, ini adalah kebutuhan dasar terutama untuk
keluarga-keluarga yang tidak mampu. Tahun ini akan kita selesaikan masalah ini.
Juga yang berkaitan dengan perumahan. Ini adalah kebutuhan dasar sehingga tadi
pengalihan subsidi lagi. Kita utamakan dulu untuk pendidikan, kesehatan, dan
perumahan yang akan kita kerjakan pada tahun ini.
Kemudian, dari ruang fiskal yang ada dari pengalihan subsidi pada November yang
lalu, sebagian besar akan kita konsentrasikan kepada sektor unggulan, yaitu
pertanian. Kenapa pertanian? Karena, saya sampaikan berkali-kali bahwa dalam 3
tahun saya targetkan kepada Menteri Pertanian untuk bisa swasembada, tiga tahun
tidak boleh lebih. Mungkin dimulai dengan beras, kemudian nanti jagung,
kemudian gula, kemudian tahun berikut kedelai, terus daging, semuanya. Karena
kalau kita lihat lapangannya sebetulnya kalau manajemen kebijakan dengan
manajemen lapangan itu diproses, diawasi, diikuti, saya meyakini dalam tiga
tahun kita akan kelimpahan yang namanya beras. Tidak ada impor lagi untuk beras
setelah 3 tahun. Saya meyakini itu, insya
Allah.
Problemnya apa? Problemnya yang kemaren karena memang pupuk ini tidak diikuti,
distribusi pupuk tidak diikuti. Benih, pemberian benih pada petani juga tidak
diikuti, sehingga yang terserap hanya 20 persen, yang terserap hanya sebagian
kecil dari itu. Sehingga problem di petani adalah pupuk dan benih. Sebabnya
apa? Karena pupuk dan benih harus lelang. Lelang butuh waktu 45 hari sampai 60
hari. Padahal yang namanya benih, yang namanya pupuk nggak bisa nunggu-nunggu
seperti itu. Begitu hujan datang petani butuh benih untuk ditanam ya harus ada.
Begitu sudah ditanam, butuh pupuk, pupuknya harus ada. Kalau nunggu lelang,
lelangnya 60 hari, padinya udah
panen. Ini yang tidak pernah dilihat, hal-hal seperti itu.
Dan, urusannya juga hanya urusan peraturan pengadaan barang dan jasa. Peraturan
itu yang buat siapa? Kita sendiri. Saya kemaren saya lihat, lho, peraturannya kok seperti ini? Â Saya
perintahkan kepada menteri, 3 hari rampungkan, dirubah untuk benih, dan pupuk ndak
usah pakai lelang, bisa langsung penunjukan, lewat Perpres. Tiga hari diberikan
ke saya, saya tanda tangani, sudah. Hal-hal yang simpel seperti ini yang
sekarang kita lakukan. Benih, pupuk sudah langsung berikan kepada petani
secepatnya, pupuk berikan secepatnya kepada petani, karena memang itu yang
kebutuhan-kebutuhan seperti itu yang harus cepat ditangani.
Â
Dan, kalau kita lihat juga irigasi. Irigasi
hampir lebih dari 52 persen rusak semuanya. Saya lihat di lapangan rusak
semuanya sehingga air itu tidak sampai kepada sawah. Ini pekerjaan-pekerjaan
lapangan seperti ini kalau nggak
dicek, dikontrol langsung ya nggak
akan kelihatan. Sehingga tahun ini kita targetkan paling tidak minimal antara 1
juta hektar, 1 juta hektar sawah harus terairi karena irigasinya kita perbaiki.
Tahun berikut 1 juta hektar, tahun berikut 1 juta lagi. Kalau irigasinya
seperti ada yang digambar, airnya bisa sampai ke sawah, naiknya bisa sampai 30
persen. Kalau pupuknya, benihnya, bisa diberikan tepat waktu, naiknya kurang
lebih juga 30 persen. Sehingga hitung-hitungannya kalau saya lihat kalau ini dibenerin, ini dibenerin, ini dibenerin,
ini bukan, bukan sebuah hitungan yang awur-awuran tetapi dalam kalkulasi yang
diberikan kepada saya bisa nanti kenaikannya kalau ini betul, dan betul-betul
tepat waktu bisa sampai 20 juta ton beras kelebihan kita. Sehingga sudah saya
sampaikan kepada Bulog, "hati-hati Bulog, gudangmu harus disiapkan
sekarang". Kemudian kalau Bulog siap, sudah digudangkan. Sebanyak itu, mau
dijual ke mana? Mau diekspor ke mana? Kalau tidak siap, pasar ekspor tidak siap
menerima harus siap hilirisasi, dibuat apa beras itu. Karena produksinya akan
banyak sekali. Saya kira proses-proses seperti inilah yang harus kita kerjakan.
Juga pembangunan waduk, berapa puluh tahun kita tidak pernah membangun waduk
satu pun. Target kita dalam 5 tahun ini akan kita bangun 49 waduk, 49. Tahun
ini ada 13. Kemaren yang sudah kita groundbreaking
di NTT Waduk Ranamo. Januari lagi, Februari, terus awal-awal ini akan kita
kerjakan kira-kira 13 waduk. Terus.
Â
Kemudian problem yang kedua, problem besar kita adalah listrik, pembangkit tenaga listrik. Karena apa? Ini nanti menyangkut kepada industri, industri-industri kecil, industri menengah, semuanya. Sekarang ini banyak bermasalah karena urusan listrik. Setelah saya cek problemnya apa sih? Kenapa kita tidak bisa membangun pembangkit tenaga listrik secara cepat? Problemnya ternyata hanya di perizinan. Izin pembangkit tenaga listrik saya tanya kepada orang-orang yang terjun di bidang ini, ada yang dua tahun ngurus izin, ada yang ngurus izin 4 tahun, terakhir saya bicara lagi dengan yang masuk ke pembangkit listrik ini ada yang 6 tahun. Ngurus izin, ngurus izin bukan membangunnya, bukan, ngurus izinnya. Ngurus izin 6 tahun kok malah ditepuki? Geleng-geleng saya. Denger 6 tahun geleng-geleng.
Â
Inilah, hal-hal seperti inilah yang harus disederhanakan, harus dipotong. Karena dengan listrik yang ada nanti industri akan berkembang, hotel akan berkembang, pariwisata akan berkembang. Semuanya akan bergerak, industri-industri rumah tangga akan bergerak, semuanya akan bergerak. Tapi dengan kondisi kekurangan listrik sekarang ini, bagaimana industri akan bisa berkembang? Dan, ternyata hal-hal sepele seperti inilah yang penghambat pertumbuhan ekonomi kita. Ini posisi-posisinya di mana sudah, identifikasinya kita sudah ketahui semuanya.
Terus, dan masalah minyak, saya hanya ingin memberikan bayangan kepada Bapak-Ibu,
dan Saudara-saudara semuanya. Subsidi BBM kita ada 280 trilyun, kalau plus
listrik hampir 400 trilyun, bayangkan. Yang BBM saja 280 trilyun, kalau 5 tahun
itu sudah 1.400 trilyun. Lima tahun yang kemarin saya cek 1.300 trilyun subsidi
itu diberikan. Kalau 1.300 trilyun itu digunakan untuk membangun infrastruktur,
kebutuhan untuk jalur kereta api di seluruh Indonesia, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Papua itu hanya 360 trilyun.
Â
Artinya, jadi kalau 1.300 itu kita pakai untuk membangun kereta api sudah rampung. Kalau dipakai untuk membikin jalan tol 1.300. Jalan tol itu per kilo kira-kira hanya per kilometer hanya 80 milyar. Jadi 16.000 kilometer, 16.000 kilometer di seluruh Indonesia sudah rampung. Kalau dibuat waduk tadi, waduk itu rata-rata kira-kira 500 milyar, bisa jadi 2.600 waduk, padahal kebutuhan kita hanya 49 waduk. Seluruh Indonesia bisa jadi waduk semuanya kalau dibuat waduk. Bayangkan. Artinya apa? Kita ini pengelolaan anggaran kita ini ada yang perlu dibetulkan. 1.300 trilyun itu tiap hari hanya kita bakar. Dan, yang menikmati itu yang pegang mobil, Saudara-saudara semuanya, subsidinya tadi, bukan yang tidak mampu. Karena yang saya lihat persentase yang tidak mampu itu hanya menerima subsidi kira-kira 16 persen, kecil sekali.
Oleh sebab itu, kenapa tidak ada sebulan setelah saya dilantik jadi presiden
saya lihat postur anggaran kemudian saya putuskan untuk ada pengalihan subsidi.
Karena tadi, gambaran-gambaran tadi. Kalau uang itu kita pakai untuk membuat
jalur kereta api, tol, waduk, rampung, selesai. Sehingga tahun ini saya
perintahkan semuanya dimulai. Sudah buat tol di Sumatera, trans Sumatera, buat
kereta api Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua mulai. Jangan nunggu-nunggu
lagi.
Karena dengan itu konektivitas nanti plus pelabuhan, konektivitas antarkota,
konektivitas antarprovinsi, konektivitas antarpulau itu akan mudah. Dan, semua negara yang mendahulukan infrastruktur
pasti akan melesat terlebih dahulu dibanding negara yang lain yang lebih
mengedepankan sektor yang lain. Ini yang mau kita kejar. Terus.
Sehingga tadi masalah BBM saya putuskan tidak ada sebulan setelah dilantik.
Banyak yang menyampaikan kepada saya, "Pak, nanti kalau BBM naik itu
popularitas Bapak akan turun anjlok, kalau berani menaikkan BBM". Saya
sampaikan, "saya bekerja tidak untuk popularitas, saya bekerja untuk negara,
untuk rakyat, ya anjlok ya silakan". Tapi saya ingin, saya hitung-hitungan
nalar saya tadi, 1.300 trilyun itu kalau dipakai untuk waduk, dipakai untuk
jalan tol, dipakai untuk pelabuhan, dipakai untuk airport, dipakai untuk jalur kereta api itu rampung, jadi. Jadi
sudah, saya nggak berpikir masalah
tadi yang menyampaikan ke saya masalah popularitas. Apa hubungannya popularitas
dengan pekerjaan saya,
nggak ada.
Â
Kemudian, beberapa dari subsidi BBM tadi juga kita larikan nanti ke hal-hal yang berkaitan dengan nelayan, kapal untuk nelayan, mesin-mesin kapal untuk nelayan, kemudian alat-alat pendingin untuk nelayan. Kan itu yang di lapangan yang kita lihat nelayan butuh itu. Dan dengan itu, industri perikanan akan bangkit kembali. Terus.
Â
Bu Susi berdiri. Bu Susi menyampaikan ke saya, "Pak, ini di perairan kita ada kurang lebih 5.400 sampai 7.000 kapal yang beredar". Beliau menyampaikan, 90 persen itu nggak ada izin. Kaget saya. Hitung-hitungan lagi ke saya, setahun kita bisa kehilangan 300 trilyun. Bayangkan informasi seperti itu datang ke saya. Terus saya perintahkan ke menteri, kepada TNI/Polri saat itu juga, kejar yang namanya illegal fishing, tangkap yang namanya illegal fishing. Bu Susi tanya ke saya, Pak, kalau kapal yang nyuri itu ditenggelamkan gimana? Tenggelamkan, saya bilang. Saya perintah sampai 3 kali, tenggelamkan. Saya tunggu 2 minggu kok enggak ada yang ditenggelamkan. Saya perintah lagi, "tenggelamkan!". Saya tunggu seminggu nggak ada lagi yang ditenggelamkan. Baru perintah yang ketiga, tenggelamkan, baru ada yang ditenggelamkan. Ya, karena ternyata ada prosedurnya.
Tapi apa? Ini bukan hanya masalah illegal
fishing Saudara-saudara, ini adalah, adalah masalah kewibawaan, masalah kewibawaan negara, masalah
kedaulatan negara, masalah penegakan hukum. Kalau saya ndak bisa ditawar-tawar masalah seperti itu, udah tenggelamkan, tapi jangan dengan orangnya nanti ramai nanti.
Orangnya ambil dulu, kapalnya tenggelamkan.
Kemudian, selanjutnya mengenai konektivitas antarpulau. Kenapa perlu yang
namanya tol laut dari pelabuhan di barat, tengah, sampai ke pelabuhan sebelah
timur. Karena kita pengin semua harga
di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT, Papua itu mestinya ada
keadilan. Mestinya harganya sama. Beberapa kali saya sampaikan semen di Jawa
harganya 70 ribu, coba lihat di Papua. Saya naik ke Wamena, harganya satu
setengah juta per sak. Saya tanya lagi ke yang di atas lagi, di Puncak Jaya
misalnya di kabupaten yang lebih atas lagi, semen sampai dua juta lima ratus
per sak. Karena apa? Karena infrastruktur menuju ke sana tidak
dikerjakan. Semuanya dibawa pesawat. Ya kalau semen dibawa pesawat bisa, Bapak-Ibu, Saudara-saudara, bayangkan harganya menjadi seperti
itu. Tapi ini perlu waktu hingga ini menjadi prioritas kita. Terus. Dan, kita inginkan nanti semuanya posisinya harus,
kalau konektivitas antarpulau, antarkota, antarprovinsi itu ada, ya harganya
akan sama.
Â
Ya,kesempatan, saya kira Saudara-saudara kesempatan tadi ada di industri perikanan. Karena sekarang illegal fishing stop berarti produksi nanti di dalam negeri akan melimpah. Kemudian, dibutuhkan industri perikanan, pendinginan ikan, cold storage, semuanya ini yang akan berkembang. Sehingga itu kesempatan HIPMI untuk masuk ke industri perikanan ini.
Juga industri pariwisata. Di pariwisata negara kita ini mempunyai kekuatan yang
luar biasa. Ada Bali, ada Borobudur, ada Raja Ampat, ada semuanya, ada
Bukittinggi. Ini produk-produk yang sebetulnya gampang dijual,
tetapi tidak dipromosikan secara besar-besaran oleh negara kita. Sehingga yang
hadir turisnya di Indonesia hanya 7 juta setahun. Malaysia 24 juta, Thailand 27
juta, Singapur 15 juta, kita yang mempunyai produk yang jauh lebih banyak hanya
7 juta. Karena apa? Tidak dikerjakan promosinya, tidak dibangun brand-nya, tidak dibangun
differensiasinya, tidak dibangun promosinya secara besar-besaran. Ini yang saya
perintahkan untuk fokus dan dikerjakan. Sehingga saya berikan target kepada menteri,
20 juta harus hadir di tempat-tempat wisata di Indonesia. Ini juga kesempatan HIPMI
untuk mengambil peran di bidang pariwisata ini. Terus.
Juga wisata bahari untuk cruise saya
kemarin sudah perintahkan juga untuk dibuat pelabuhan-pelabuhan cruise sehingga, dan izin-izin yang dulu
katanya berbulan-bulan sekarang sehari sudah bisa diberikan izin itu untuk cruise, untuk masuk ke pelabuhan kita, yang
simpel-simpel seperti itu tapi mengganggu.
Dan jalan tol tadi saya sudah cerita untuk segera di, mungkin akhir, akhir
Januari kita akan groundbreaking di
untuk trans Sumatera, di mulai dari Lampung
menuju ke Barat. Terus, dan selanjutnya kepulauan-kepulauan besar yang lainnya.
Ini titik-titiknya ada di gambar itu. Terus.
Soal bandara, tadi yang saya sampaikan, kalau Angkasa Pura kita beri 10 trilyun,
dia akan bisa membangun 50 sampai 70 trilyun, lima kali lipat sehingga
kecepatannya itu akan kelihatan nantinya. Ini bandara-bandara yang akan kita
kerjakan titik-titiknya. Dan tidak dikerjakan oleh pemerintah tapi dikerjakan
oleh BUMN.
Juga pelabuhan, target kita ada 24 pelabuhan, perluasan maupun baru.
Yang ini nantinya akan memperkuat kemaritiman kita. Ini juga diberikan kepada
Pelindo, disuntik, kemudian dia akan bisa mengerjakan lima sampai tujuh kali
lipat dari modal yang diberikan kepada BUMN kita.
Kereta api juga sama. KAI kita berikan suntikan kemudian akan bisa mengerjakan
lima sampai tujuh kali. Ini jalur kereta api yang kita rencanakan, baik di
Sumatera, di Kalimantan, Sulawesi maupun di Papua. Kalau Papua masih dalam
studi, dalam 6 bulan ini abisnya nanti rampung juga langsung akan saya
perintahkan untuk segera dikerjakan di Papua. Terus.
Juga pembangunan kawasan-kawasan industri yang ini nanti juga akan memberikan
kesempatan kepada pengusaha-pengusaha lokal untuk memperkuat, mengembangkan
industrinya terutama di daerah-daerah. Kita akan konsentrasikan di beberapa
titik seperti yang ada di gambar. Ini saya kira peluang-peluang yang bisa Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara ambil dalam rangka menumbuhkan
ekonomi di negara kita.
Â
Saya kira itu sedikit yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya optimis meskipun sekarang minyak juga turun, berarti penerimaan negara juga bisa turun. kemudian juga kondisi ekonomi global juga yang masih belum menentu karena ada pelarian dolar kembali ke kampung, ke Amerika, ini juga mempengaruhi ekonomi kita, tetapi saya optimis dengan ruang fiskal yang ada sekarang dengan bergeraknya ekonomi industri kecil yang ada di kampung, yang ada di desa ini yang justru akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang baik kepada negara kita. Saya meyakini kalau ini terus menerus ruang fiskal kita seperti itu, Â dalam tiga tahun insya Allah pertumbuhan kita akan di atas tujuh.
Banyak orang pesimis tapi saya bekerja dengan optimisme yang tinggi. Tetapi
tentu saja dengan bantuan Bapak-Ibu, dan Saudara-saudara semuanya. Jangan takut
berinvestasi, jangan takut menanamkan modal sekecil apa pun itu. Dan, yang namanya investor jangan berpikiran, kalau
di dalam pikiran saya investor itu bukan hanya yang gede-gede, tetapi PKL, Pedagang Kaki Lima misalnya dia menginvestasikan uangnya entah 500
ribu atau 200 ribu untuk mengembangkan usahanya, itu sudah investasi dan dia
namanya investor. Pengusaha pasar juga sama yang dulu modalnya 10 juta kemudian
ekspansi usahanya 2 juta menjadi 12 juta itu juga investor. Jangan dipikir
kalau yang investor itu yang gede-gede,
yang besar-besar, ndak. Yang
kecil-kecil itu pun juga namanya investor. Jadi kalau saya mengucap investor
jangan langsung dipikirannya yang gede,
ndak. Yang kecil-kecil itupun saya
beri nama juga investor.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan,
dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim
Musyawarah Nasional HIPMI ke-15, pada hari ini saya nyatakan resmi dibuka.
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Â
Â
Â
Â
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI