Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dengan Mahasiswa BIDIKMISI, Jakarta, 27 Februari 2014

 
bagikan berita ke :

Kamis, 27 Februari 2014
Di baca 821 kali

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PADA

SILATURAHIM PRESIDEN RI DENGAN MAHASISWA BIDIKMISI,

DI ASEMBLY HALL, HOTEL BIDAKARA, JAKARTA

TANGGAL 27 FEBRUARI 2014

 

 

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin,

 

Salam sejahtera untuk kita semua,

 

Yang saya hormati para Menteri dan para Wakil Menteri serta segenap Pejabat Jajaran Pemerintahan,

 

Yang saya hormati para Rektor dan para Pendidik,

 

Yang saya cintai para Lulusan Program Bidikmisi, dan para Mahasiswa Peserta Bidikmisi yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Alhamdulillah, pada hari yang membahagiakan dan insya Allah penuh berkah ini kita dapat menyatukan semangat dan tekad kita untuk bersama-sama berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara tercinta. Semoga niat, cita-cita, dan upaya kita mendapatkan ridho Allah SWT.

 

Saya, ketika mendengarkan testimoni tadi, dan juga melihat tayangan yang kita saksikan bersama-sama, saya ikut menitikkan air mata. Karena itu pulalah yang dulu saya alami dan rasakan.

 

Saya lahir di Pacitan, Jawa Timur. Ayah saya seorang militer berpangkat Letnan. Dengan gaji yang pas-pasan, tentu Letnan sekarang gajinya jauh lebih baik. Sahabat-sahabat saya rata-rata adalah mereka yang termasuk golongan tidak mampu, hanya sedikit teman-teman saya yang tergolong mampu. Pacitan waktu itu adalah kota kecil yang terisolasi dalam suasana yang penuh dengan ketertinggalan, dan memang banyak sekali saudara-saudara kita yang belum mampu.

 

Yang ingin saya ceritakan adalah sama dengan anak-anakku sekalian, ketika kita sudah melewati sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan SMA, kami punya cita-cita untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Bagi kami yang ada di Pacitan dulu terbayang, alangkah bangganya menjadi mahasiswa di Universitas Gajah Mada misalnya, atau Universitas Airlangga, atau Institut Tekhnologi Sepuluh November Surabaya (ITS), dan sejumlah perguruan tinggi. Kenyataannya teman-teman saya tidak semua bisa mewujudkan mimpi-mimpinya. Mereka banyak yang pandai, yang cerdas, tetapi harus kandas, karena waktu itu memang negara kita juga belum kuat betul ekonominya, sehingga tidak selalu bisa menetapkan kebijakan dan program-program seperti program Bidikmisi sekarang ini, itu tahun 1968. Setamat SMA, dan akhirnya meskipun tidak mengikuti program Bidikmisi, saya juga diselamatkan oleh sejarah, karena saya mengikuti pendidikan di Akademi Militer yang pada prinsipnya biayanya juga ditanggung oleh negara. Dengan demikian, saya bisa mewujudkan mimpi-mimpi sebagaimana mimpi-mimpi anak-anakku sekalian. Sejumlah kawan saya masih ada di Pacitan, saya masih memelihara hubungan yang baik dengan mereka. Dan tentunya, pengalaman itulah yang membekas di hati saya, saya kira membekas di hati Pak Nuh, di Bapak-bapak sekalian, yang mendukung penuh program Bidikmisi ini.

 

Pengalaman pribadi saya, dan saya kira sebagian dari Bapak-Ibu juga ada hidup dalam masyarakat yang anggota masyarakatnya tergolong yang tidak mampu, pasti ada semangat, tekad, cita-cita yang membara. Suatu saat kalau kita bisa ikut mengubah jalannya sejarah, pastilah melakukan sesuatu untuk mengurangi kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbelakangan, untuk melakukan sesuatu, agar kisah yang saya alami, teman-teman saya alami, itu tidak terjadi lagi di era baru di mana kita bisa membangun lebih baik dan bisa berbuat lebih banyak, untuk memajukan kehidupan masyarakat, dan terus-menerus mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.

 

Kita semua tahu, bahwa falsafah dan konsep yang kita anut dalam pembangunan kita ini adalah pembangunan untuk semua, development for all. Semua harus terangkat, kalau ada hasil pembangunan, semua harus merasakan hasil pembangunan itu. Pendidikan pun juga pendidikan untuk semua, education for all. Tidak boleh ada anak-anak di negeri ini yang karena memiliki kesulitan ekonomi lantas tidak bisa bersekolah. Mereka memiliki hak dan peluang yang sama, mereka juga memiliki mimpi-mimpi yang indah untuk menjadi apa atau menjadi siapa di negeri tercinta ini. Oleh karena itulah, tahun demi tahun terus kita kembangkan kebijakan pendidikan, yang antara lain memberikan kesempatan dan ruang bagi anak-anak Indonesia untuk mengikuti pendidikan itu. Dan, bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka kita tetapkan kebijakan khusus untuk itu. Sehingga program BOS, beasiswa bagi yang berprestasi, beasiswa bagi golongan tidak mampu, termasuk Bidikmisi ini, tiada lain adalah untuk benar-benar mengimplementasikan Pendidikan untuk semua, Education for all, dan menjadi kewajiban moral negara dan pemerintah untuk memberikan bantuan khusus, bahkan menggratiskan bagi anak-anak kita yang tidak mampu untuk membiayai pendidikannya sendiri.

 

Hadirin yang saya hormati,

 

Para Mahasiswa Bidikmisi yang saya cintai,

 

Negara kita sekarang ini adalah negara yang tergolong Emerging Economy. Kalau tahun 1998 ekonomi kita mengalami krisis, sepuluh tahun kemudian, atau sejak tahun 2008 yang lalu ekonomi kita termasuk dua puluh besar dunia. Itulah kita menjadi ekonomi kita sekarang peringkat enam belas dunia, dan kita menjadi anggota G-20.

 

Sementara itu, masih besar potensi yang kita miliki, sumber daya alam, sumber daya manusia. Peluang ada di hadapan kita, sehingga kalau kita terus meningkatkan sumber daya manusia kita, manusia yang unggul, berdaya saing, berpengetahuan, menguasai teknologi, dan berbagai disiplin ilmu, maka masa depan negara kita akan cerah. Semangat yang para mahasiswa canangkan, insya Allah akan menjadi kenyataan. Tidak akan lama lagi, dan pada usia negeri ini yang ke-100 tahun pada tahun 2045, dengan izin Allah negara kita bisa menjadi negara maju.

 

Kita punya potensi, kita punya tekad, dan kita punya jalan, semuanya terpulang kepada sumber daya manusianya, terutama generasi mendatang. Oleh karena itulah, saya bukan hanya terus mendorong program Bidikmisi ini, bukan hanya bersama para Menteri terkait memantapkan kebijakan, program, anggaran, daya jangkau, dan sebagainya. Tetapi ingin terus meningkatkan dan memperluas jangkauan program Bidikmisi ini. Dan saya intruksikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri terkait, sejalan dengan peningkatan anggaran pendidikan, tolong diperbanyak dan diperluas jangkauan program Bidikmisi ini.

 

Angka kemiskinan dan pengangguran makin berkurang, itu fakta dan kebenaran, karena kerja keras kita, tetapi masih diperlukan waktu untuk benar-benar menghilangkan atau mengurangi secara signifikan kemiskinan dan pengangguran itu. Pada masa inilah harus diimbangi dengan program Bidikmisi yang akhirnya benar-benar meringankan beban para orang tua, terutama yang penghasilannya pas-pasan. Inilah Dual-Track Strategy, track pertama, kita terus lakukan pengurangan kemiskinan bagi komunitas-komunitas kita di seluruh Tanah Air. Sedangkan second track adalah anak-anak dari kalangan mereka yang sedang kita tingkatkan kesejahteraannya, kita berikan kebijakan dan program khusus seperti program Bidikmisi ini.

 

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

 

Anak-anakku para Mahasiswa yang saya cintai dan saya banggakan,

 

Saya berharap, kalian semua mutiara-mutiara yang insya Allah menjadi putra-putri terbaik, menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan. Teruslah belajar dengan gigih, raih prestasi setinggi-tingginya. Negara menunggu karya dan pengabdian kalian semua nanti untuk membawa Indonesia kepada masa keemasan dan kejayaan.

 

Saya masih ingat, ketika mengikuti program pendidikan S3 di Institut Pertanian Bogor, disertasi saya berjudul "Upaya Mengurangi Kemiskinan dan Pengangguran Melalui Pembanguan Pertanian dan Perdesaan, Analisis Kebijakan, ulangi, Ekonomi Politik Kebijakan Fiskal". Mengapa saya memilih disertasi seperti itu? Karena masa lalu yang saya alami bahwa hidup dalam kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbatasan, itu tentu membawa misteri tersendiri dalam kehidupan. Oleh karena itulah, saya bertekad untuk ikut berjuang mengurangi kemiskinan, keterbelakangan, dan ketertinggalan itu.

 

Pada saat saya berkuliah di IPB, belum terfikir, belum ada cerita bahwa saya menjadi Presiden Republik Indonesia. Akhirnya setelah saya mengemban amanah, maka ilmu itulah yang saya terapkan sekarang ini sebagai kebijakan pembangunan nasional yang disebut dengan Strategi Pembangunan Empat Jalur (Four-Track Strategy), pembangunan yang pro-pertumbuhan, pro-penciptaan lapangan pekerjaan, pro-pengurangan kemiskinan, dan pro-pelestarian lingkungan.

 

Saya ingin para mahasiswa pada saatnya nanti jika memiliki peluang dan juga kemampuan untuk ikut mengubah jalannya sejarah, bayarlah, tebuslah apa yang negara berikan kepada kalian semua untuk ikut berjuang mengurangi kemiskinan, keterbelakangan, dan ketertinggalan, sebagaimana saya dan anak-anak pernah mengalami situasi itu di masa silam. Hanya dengan cara itulah negeri ini akan terus bergerak maju menuju Indonesia yang makin adil, makin aman, makin demokratis, dan makin sejahtera.

 

Kalau pertemuan ini dilaksanakan pada tahun 1969 saya duduk bersama-sama mahasiswa Bidikmisi. 45 tahun kemudian saya berdiri di sini karena saya memasuki tahun ke-10, tahun terakhir saya sebagai Presiden Republik Indonesia, atas izin Allah dan doa saya dan doa kita semua, salah satu dari para mahasiswa, atau bahkan lebih dari satu, 35 tahun mendatang bisa juga berdiri di sini, untuk mengemban amanah, amanah bagi bangsa dan negara yang kita cintai.

 

Selamat berjuang, selamat belajar, sukses untuk semua.

 

Terima kasih.

 

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh.

 

 

 

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI