SAMBUTAN PRESIDEN RI, PERESMIAN KAWASAN SEJARAH PANGLIMA BESAR JENDERAL BESAR SOEDIRMAN, 15-12-2008
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA
PERESMIAN KAWASAN SEJARAH
PANGLIMA BESAR JENDERAL BESAR SOEDIRMAN
DI NAWANGAN, KAB. PACITAN, JAWA TIMUR
TANGGAL, 15 DESEMBER 2008
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, saudara Panglima TNI dan para Kepala Staf Angkatan, Saudara Kapolri,
Yang saya cintai dan saya muliakan para Sesepuh dan Senior Tentara Nasional Indonesia dan Polri, Saudara Pejabat Gubernur Jawa Timur, Saudara Gubernur Jawa Tengah, dan para Pimpinan dan Pejabat negara yang bertugas baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah, baik dari unsur eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun TNI dan Polri, Saudara Bupati Pacitan, Saudara Bupati Wonogiri, para Perwira Bintara dan Tamtama Tentara Nasional Indonesia,
Yang saya cintai keluarga besar Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman, saya mendapat penjelasan bahwa Mas Teguh ada bersama kita dengan putera-puteri dengan para cucu,
Yang saya cintai keluarga besar Broto Soewarno, saya pernah bertemu dengan beliau sebelum wafat,
Â
Saudara-saudara, masyarakat Kabupaten Pacitan khususnya Kecamatan Nawangan, khususnya lagi Desa Pakis Baru, yang saya cintai dan saya banggakan,
Marilah sekali lagi, pada kesempatan yang membahagiakan dan insya Allah penuh berkah ini kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kepada kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita, perjuangan kita, serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta. Kita juga bersyukur kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala, karena sore hari ini kita dapat bersama-sama menghadiri pengembangan dan revitalisasi kawasan wisata sejarah Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman.
Saudara-saudara,
Kita tadi datang dari berbagai arah, ada yang datang dari arah kota Pacitan menuju ketempat ini, ada yang berangkat dari Wonogiri, Purwantoro, dan sampai ke Nawangan ini dan dari manapun kita datang semua setuju bahwa medan yang ada dihadapan kita yang kita lintasi tadi adalah medan yang berat, medan yang penuh tantangan. Marilah kita berefleksi pada tahun 40-an, Panglima Besar Soedirman, dalam keadaan sakit, ditandu, bergerak dari satu titik, ke titik yang lain, dan akhirnya bertempat tinggal di medan ini untuk memimpin gerilya, satu jangka waktu terpanjang dalam perjalanan besar beliau memimpin perang gerilya di negeri tercinta ini. Tentu saja kondisinya jauh dari kemudahan sebagaimana yang kita miliki dewasa ini. Betapa luhur, betapa mulia, betapa berat tantangan yang beliau hadapi, tapi dengan semangat ketegaran, ketabahan, kesabaran, dan kecintaan yang mendalam kepada bangsa dan negara, kepada prajurit yang beliau pimpin, beliau telah keluar sebagai pemenang sejarah, telah ikut mengukir nama yang harum dipertahankannya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, bertambah rasa kagum dan hormat kita kepada Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman.
Hadirin yang saya muliakan,
Hampir semua dari kita mengenal sosok besar Panglima Besar Soedirman, termasuk para Taruna Akademi TNI, para Mahasiswa, para Pelajar, yang turut hadir dalam acara yang penting ini. Dari sekian banyak kepribadian, watak yang sangat menonjol dari Panglima Besar Soedirman, tentu dapat kita pilih sejumlah nilai yang mencerminkan kepribadian beliau termasuk wawasan kebangsaan beliau, strategi dan taktik dalam memimpin peperangan waktu itu termasuk ketaatan beliau dalam beribadah dan menjalankan ajaran Islam yang dapat kita petik pelajarannya dan selanjutnya kita aktualisasikan dalam mengemban tugas bersama demi masa depan bangsa dan negara tercinta yang lebih baik lagi dimasa depan. Kita mengenal kepribadian Panglima Besar Soedirman, pribadi yang tegar, yang kuat jiwanya, pikirannya, hatinya meskipun raganya letih, yang pantang menyerah, yang berdisiplin, yang mencintai prajuritnya, yang mencintai tanah air, bangsa dan negaranya. Kepribadian seperti itulah yang patut kita tauladani, ketika kita harus mengabdi, melanjutkan pengabdian kita kepada bangsa dan negara tercinta.
Menyangkut strategi dan taktik yang dikembangkan oleh beliau ketika memimpin perang gerilya bersama-sama tokoh-tokoh militer yang lain, seperti Jenderal TNI Abdul Haris Nasution, pada saatnya selaku Panglima Komando Jawa dan para pemimpin militer yang lain telah mengembangkan strategi dan taktik yang paling tepat untuk menghadapi musuh yang lebih kuat pada waktu itu. Strategi dan taktik itulah yang kemudian dikembangkan menjadi doktrin perang rakyat semesta, doktrin perang gerilya, dan doktrin perang dan pembinaan teritorial. Kepemimpinan beliau, kita mengenal kepemimpinan yang paripurna, Ing Ngarsa Sung Tulodo, Ing Madiyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, dalam segala medan pengabdian selama beliau memimpin Tentara Nasional Indonesia, ketaatan dalam beragama kita semua mengenal adalah kekhusukan beliau dalam memohon ridho Allah Subhaanahu wa Ta’aala memimpin perang gerilya yang keras, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam kejaran pasukan musuh, beliau diselamatkan dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, saya kira karena ketaatan beliau dalam beragama yang juga mencerminkan jiwa, pikiran beliau ketika memimpin para prajurit TNI yang mengantarkan pada kemenangan yang hakiki pada awal perjuangan di masa silam.
Saudara-saudara,
Semua itu tentu menjadi catatan rasa abadi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sekarang bagaimana kita semua para Prajurit TNI bangsa Indonesia dapat bukan hanya menauladani tetapi juga mengaktualisasikan semua yang telah diletakkan landasannya oleh Panglima Besar Soedirman. Pertama-tama nilai keprajuritan, Tentara Nasional Indonesia sebagaimana identitasnya tentara rakyat, tentara pejuang. Tentara Nasional Indonesia, saya kira harus mengingat kembali, merevitalisasi, mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah diletakkan oleh Panglima Besar Soedirman. Nilai itu akan abadi sepanjang masa dalam bentuk peperangan apapun, perang modern sekalipun yang menggunakan kecanggihan teknologi militer.
Berikutnya lagi adalah tentang kaitan antara perang dan diplomasi, kita tidak perlu memperdebatkan mana yang paling berjasa ketika Republik yang berusia muda pada itu menghadapi tekanan tentara asing, kekuatan asing, apakah diplomasi yang di depan ataukah aksi militer yang menentukan, sejarah jualah yang mencatat bahwa dua-duanya penting, dua-duanya berkontribusi untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Ada lapisan putra-putri bangsa yang bergerak di bidang politik dan diplomasi, Bung Karno, Bung Hatta, Muhammad Roem, dan sejumlah nama-nama besar pada waktu itu yang dengan cekatan memperjuangkan kepentingan nasional kita, tapi juga ada tokoh-tokoh besar dalam sejarah Indonesia dan sejarah dunia, semacam Panglima Besar Soedirman, Jenderal Nasution, dan sejumlah tokoh-tokoh militer yang lain yang tidak pernah bersikap menyerah menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada, tentara Indonesia masih ada yang memberikan daya tekan bagi upaya politik dan diplomasi.Â
Itulah bukti sejarah bahwa ke depan pun kita harus memajukan pendekatan yang tepat. soft power, hard power, pendekatan politik, pendekatan militer, pendekatan apa saja yang penting tujuannya adalah mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan konsensus dasar kita Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Saudara-saudara,
Tentu saja tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita di masa depan akan tetap merupakan ujian, ujian bagi ketegaran bangsa ini, ketegaran kita semua, untuk terus dengan optimisme, dengan pikiran positif, dan jiwa yang terang untuk mengatasinya. Di waktu yang lalu, tentara kita yang kalah dalam semuanya kecuali mental yang membaja, moril yang tidak pernah surut, bisa berhasil mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, saya yakin, kita yakin, tentara kita yang makin modern, yang makin terlatih dengan baik, yang terdidik dengan baik, yang dipersenjatai dan dilengkapi dengan perlengkapan yang lebih modern, tentulah kapan pun dan di mana pun akan bisa mengemban tugas untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
Saudara-saudara,
Hadirin sekalian yang saya hormati,   Â
Dengan telah dibangunnya Kawasan Wisata Sejarah Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman, sebagaimana yang kita saksikan hari ini, yang oleh Panglima TNI tadi telah dilaporkan pula bagaimana rencana pengembangan ke depan. Saya ingin menyampaikan beberapa hal, pertama, terimalah ucapan terima kasih dan penghargaan saya yang tinggi kepada Panglima TNI dengan jajarannya, kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Budaya dan Pariwisata dengan jajarannya dan Saudara Bupati Pacitan dengan masyarakat Pacitan serta Kecamatan Nawangan yang telah bekerja keras hanya dalam waktu hitungan bulan telah berdiri satu kawasan wisata sejarah yang megah dan insya Allah akan semakin megah di waktu yang akan datang.
Lagi-lagi kita mencontoh, menauladani kepemimpinan Pak Dirman seberat apapun masalah itu boleh dikatakan mission impossible, tetapi kalau dalam hati kita, dalam pikiran kita, dan kita bekerja keras untuk mengatasinya kita bisa, ternyata kita bisa, dan Indonesia ke depan tentu harus bisa untuk mengatasi permasalah apapun.
Yang kedua, jadikan kawasan ini benar-benar, menjadi kawasan wisata sejarah. Saudara Menteri Kebudayaan dan Pariwisata bekerja dengan pemerintah daerah, kembangkan kreativitas dan inovasi. Saya tadi diberitahu Bupati Wonogiri, beliau baru pulang dari melihat Monumen Napoleon di Waterloo, dekat kota Brussels dan saya pikir kita bisa membuat seperti Monumen Napoleon yang ada di Waterloo tidak akan kalah karena lebih luas tanah kita, lebih tinggi tempatnya 1600 meter di atas permukaan laut, dengan medan seperti ini, saya kira dengan jiwa seni bangsa Indonesia, kreativitas kita, kita akan bisa lebih menyempurnakan, melengkapi, dan mengembangkan kawasan ini benar-benar menjadi kawasan wisata sejarah. Kembangkan akses baik dari Jawa Timur maupun dari Jawa Tengah ke tempat ini, dengan demikian akan menjadi satu rangkaian kawasan wisata baik mulai dari Solo maupun dari Madiun. Saya yakin saudara akan bisa mengembangkan lagi ide-ide baru untuk membikin kawasan ini lebih indah, lebih cantik, dan lebih menarik bagi para wisatawan.
Yang ketiga, mari kita kembangkan ekonomi lokal di tempat ini sehingga saudara-saudara kita di Pakis Baru, di Nawangan, turut pula untuk bisa mendapatkan peningkatkan kehidupannya, penghasilannya, karena tentu saja kawasan seperti ini apabila makin hidup maka ekonomi di kawasan ini akan lebih bergerak, dengan demikian insya Allah, kesejahteraan saudara-saudara kita ditempat ini makin dapat ditingkatkan. Yang lain adalah kepada Panglima TNI, Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Kepala Staf TNI Angkatan Udara dengan segala jajarannya kembangkan kreativitas untuk kemungkinan ada pusat pendidikan, pusat latihan, pusat gladi apapun di tempat ini, yang bukan hanya kita melakukan refleksi tapi dengan kegiatan-kegiatan itu bisa berkembang lebih jauh lagi kekuatan besar kita, keunggulan kita dalam melaksanakan perang rakyat semesta, termaksuk taktik dan tehnik perang gerilya. Hidupkan, jadikan bagian dari kurikulum yang memungkinkan dengan demikian tempat ini tempat yang baik untuk latihan-latihan dan pendidikan militer.
Dan akhirnya, Saudara-saudara, dengan pesan, ajakan, dan harapan itu, dengan ucapan terima kasih dan penghargaan tadi, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta mengucapkan Bismillaahirrahmaanirahiim, pengembangan dan repitalisasi Kawasan Wisata Sejarah Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman, dengan resmi saya nyatakan mulai penggunaannya. Terima kasih.
                                                      Â
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.