SANTAP SIANG BERSAMA DENGAN PELAKU USAHA BIDANG PERTANIAN, 11 APRIL 2008

 
bagikan berita ke :

Jumat, 11 April 2008
Di baca 1391 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
SANTAP SIANG BERSAMA
DENGAN PELAKU USAHA BIDANG PERTANIAN
ISTANA MERDEKA, 11 APRIL 2008

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati para Menteri Koordinator, Saudara Menteri Pertanian dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Ketua Umum Dekopin, Pak Adi Sasono, para Pimpinan Asosiasi Petani, para Pimpinan Kelompok Tani, para Pimpinan Usaha di bidang pertanian dari seluruh Indonesia.

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkat ini, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan semoga kesehatan untuk melanjutkan karya kita, tugas kita dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur Bapak, Ibu, Hadirin sekalian, Hari ini bagi yang beragama Islam dapat bersholat bersama di Masjid Baiturahim, di Istana Negara ini dan setelah itu kita bisa bersilaturahim di Istana Merdeka ini untuk bersama-sama menyerasikan, menyelaraskan, mensinergikan karya kita untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Bagi Saudara-saudara yang datang dari seluruh Indonesia, saya lihat tadi dari berbagai Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa. Saya ucapkan selamat datang di Istana Merdeka. Ini adalah Istana Merdeka, di sebelah sana Istana Negara, di depan ini yang sering kita gunakan untuk Peringatan Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus, yang setiap tahun kita laksanakan. Sedangkan Istana Merdeka ini sendiri lazim kita gunakan untuk menerima kunjungan tamu-tamu negara Presiden, Perdana Menteri, Raja, Kaisar dan ruangan ini di mana kita berada adalah ruangan yang kita gunakan pertemuan bilateral antar negara Indonesia dan tamu-tamu negara kita. Kita melantik para Duta Besar, saya ulangi, menerima Duta Besar-Duta Besar dari negara sahabat juga di Istana Merdeka ini. Istana Merdeka ini lebih muda dibandingkan Istana Negara, yang disana, yang di sebelah sana dibangun pada abad 18 sedangkan ini pada awal abad 19.

Saudara-saudara,
Saya mengundang Saudara-saudara untuk bertemu saya dan para Menteri di Istana Merdeka ini dengan tujuan saya mengajak, saya ingin mendengar pandangan Saudara-saudara semua bagaimana kita dapat meningkatkan produksi pangan, bisa meningkatkan produktivitas pertanian kita dan kemudian dapat menjawab dan mencari solusi terhadap persoalan pangan yang pada tingkat dunia sekarang ini mengalami persoalan. Kita bertemu di ruangan ini bukan untuk berwacana tapi untuk menyatukan tekad, semangat, pikiran dan kemudian tindakan di lapangan. Apa yang mesti kita lakukan secara bersama. Hanya dengan cara itu Insya Allah pertanian kita akan berkembang lebih baik, produksi pangan kita akan makin besar, makin kuat dan makin tinggi di negeri ini. Saudara tahu, Saudara mengikuti perkembangan dunia, terutama yang berkaitan dengan pangan. Ada sejumlah sebab atau alasan mengapa setahun terakhir ini utamanya bulan-bulan terakhir ini beberapa harga pangan melonjak tajam.

Pertama, penduduk bumi ini jumlahnya 6,3 miliar, masih akan bertambah. Mereka mengkonsumsi pangan, tidak makin kurang tapi makin banyak. Yang kedua, dari statistik, dari survei pada tingkat dunia, golongan menengah atau kaum menengah, middle class, ini di negara-negara berkembang jumlahnya makin besar yang mengkonsumsi lebih banyak lagi bahan pangan. Yang ketiga, ada negara yang tadinya memproduksi pangan sebagian dari komoditas itu dialihkan untuk bio energi, biofuel, atau bahan bakar nabati. Seperti Amerika Serikat, Brazilia dan lain-lain, berkurang supply atau distribusi atau penawaran dari pangan itu. Dengan perubahan iklim dan pemanasan global terjadi kemarau panjang, hujan lebat yang mengakibatkan banjir sehingga terjadi kasus gagal panen di banyak tempat di dunia ini. Ditambah lagi karena harga minyak selangit, meroket maka ongkos angkut komoditas pangan apakah ekspor maupun impor itu menjadi naik. Akhirnya harga jual dari bahan pangan itu ikut naik. Sangat gamblang, bisa kita jelaskan mengapa harga pangan dunia naik. Negara kita pasti terimbas olehnya. Penduduk kita sekarang 230 juta jiwa dan masih akan bertambah, semua mengkonsumsi pangan. Apa yang terjadi di dunia juga terjadi di negeri kita. Transportasi, impor kita, ekspor kita, CPO, minyak goreng, impor kita, kedelai, jagung, gula dan lain-lain. Itu masalah. Masalah itu tidak bisa didiamkan, tidak bisa diratapi, tidak bisa disesali, tidak bisa dengan menyalahkan orang lain menghujat sana-menghujat sini. Mari kita carikan solusinya, mari kita atasi, mari kita jawab. Hari ini kita bertemu di ruangan ini untuk menjawab, mengatasi dan mencari solusi atas semuanya itu.

Saudara-saudara,

Ini kesempatan yang baik bagi saya untuk menyampaikan langsung kepada Saudara-saudara yang jarang bertemu. Saya ini sangat percaya bahwa Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memberikan anugerah yang luar biasa kepada bangsa Indonesia, tanah air kita, kekayaan alam kita, iklim kita, yang sesungguhnya apabila dapat kita olah, kita kelola dengan baik akan mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Memang tantangannya, ujiannya, persoalannya juga tidak ringan karena tanah air kita yang luasnya 8 juta kilometer persegi terdiri dari 2 juta daratan dan 6 juta lautan itu juga rawan terhadap bencana, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi dan lain-lain. Tapi percayalah kalau kita betul-betul bertanggung jawab, betul-betul mendayagunakan dan mengelolanya dengan baik pasti berkahnya lebih besar, lebih banyak dibandingkan musibahnya. Mari kita instropeksi. Barangkali kita belum sepenuhnya mengelola dan mendayagunakannya dengan baik. Jangan kita sia-siakan. Mulai hari ini ke depan kita harus bangkit. Harus membangun lebih keras lagi untuk anak cucu kita, untuk masa depan kita, untuk kita semua.

Di bawah daratan kita ada minyak, di atas daratan juga ada minyak. Belum tentu negara lain atas dan bawah, permukaan itu ada minyak dua-duanya. Mengapa kita sia-siakan? Pangan menjadi masalah, mestinya kita bersyukur ya Allah. Dengan datangnya masalah pangan sedunia ini Allah memberikan berkah karena tanah ini apabila diolah akan menjadikan kekuatan bagi bangsa kami baik untuk kepentingan sendiri, atau kepentingan bagi umat atau manusia, bangsa lain menuju kesejahteraan. Singkatnya, kita masih sangat mungkin dan Insya Allah bisa meningkatkan produksi padi atau beras. Saya mengikuti, datang ke lapangan bertemu dengan Saudara, dengan Menteri Pertanian, Pak Adi Sasono, dimana-mana, produksi beras kita semakin baik bahkan kalau bisa kita pertahankan bukan hanya cukup, suatu saat kita pun mampu untuk mengekspor. Kondisi gula kita makin baik, mendekati pada titik kita bisa berswasembada tapi kedelai masih jauh, jagung masih berkarya, daging sapi masih. Mari kita percepat, kita perluas peningkatan produksi pangan ini. Mari, ahlinya bukan saya, ahlinya Saudara-saudara, Bapak-ibu sekalian. Saya minta tolong dengan segala hormat, mari kita tingkatkan semuanya. Pemerintah memberikan fasilitas, Pemerintah memberikan bantuan, pemerintah mengalokasikan anggaran dan lain-lain, tapi sepenuhnya yang bisa membikin meningkat produksi kita, produktivitas kita adalah semua yang bergerak di sektor pertanian, di ujung depan, yang kepanasan, kehujanan, yang mulia.

Dan akhirnya saya ingin mendengar nanti setelah Menteri Pertanian menyampaikan secara ringkas, saya ingin mendengar perwakilan-perwakilan, to the point, apa yang bisa kita lakukan meningkatkan produksi dan produktivitas padi atau beras kemudian jagung, kedelai dan juga pikiran apa lagi yang bisa kita lakukan untuk menggerakan lagi pertanian kita. Nenek moyang kita, leluhur kita, pendahulu kita mengatakan Indonesia itu kelak kemudian hari akan memasuki masa kejayaan yang dilukiskan sebagai negara yang loh jinawi, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kartoraharjo, baidatun toyibatun wal robun ghofur, adil, makmur, aman dan sentosa. Mari kita yakini suatu saat negara kita akan bisa mencapai kondisi itu. Banyak ramalan di dunia, tahun 2030, tahun 2050 ekonomi Indonesia masuk 10 besar. Ada ramalan yang saya baca, ramalan ini bukan hanya ilusi tapi dari survei, dari kajian, dari penelitian, yang terakhir ada N 11 Indonesia masuk menjadi emerging economy dan banyak lagi assessment atau perkiraan seperti itu, tapi itu tidak akan pernah datang, kecuali kita yang membangun keyakinan diri bahwa kita bisa menuju kesitu dengan cara bekerja sekuat tenaga, kompak, bersatu seluruh Indonesia untuk mewujudkan impian itu. Itulah yang saya sampaikan sebagai pengantar dan saya persilahkan Saudara Menteri Pertanian, Pak Anton, tolong disampaikan secara ringkas apa saja yang menjadi harapan kita, kebijakan kita dan setelah itu kita dengar nanti dari beliau-beliau apa yang mesti kita lakukan jangan tunggu esok, jangan tunggu lusa, mulai sekarang kita bangkit bersama, Insya Allah bisa. Sekian.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menteri Pertanian:

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Yang saya hormati Bapak Presiden Republik Indonesia. Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para petani, dan masyarakat pertanian, serta para hadirin yang berbahagia. Alhamdulilah, pada hari ini kita bersyukur kepada Allah SWT karena atas perkenan-Nya, kita dan khususnya para petani dapat bertatap muka langsung dengan Bapak Presiden Republik Indonesia di Istana Kepresidenan dalam keadaan sehat walafiat. Semoga Allah
Subhaanahu wa Ta'aala senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya agar kita mampu membangun sektor pertanian untuk terus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani.

Bapak Presiden dan para hadirin yang saya hormati,

Kita bertekad untuk mencapai kedaulatan pangan, di mana pangan, pokok, sedapat mungkin kita produksi di dalam negeri. Untuk memenuhi hal tersebut, pemerintah bersama-sama seluruh pemangku kepentingan, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota serta para petani, pengantar benih, usaha jasa pengolahan tanah, pasca panen, juga terkait pelaku utama-utama lainnya, di lapangan, telah bersepakat untuk bersinergi dalam meningkatkan produksi pertanian. Alhamdulillah, dapat dilaporkan bahwa, Presiden, pada tahun 2007, pada tahap di mana negara-negara lain ada yang mengalami penurunan produksi berasnya, seperti India dan Bangladesh, kemudian China, Vietnam, Thailand produksinya di bawah 2 %, kita bisa mencapai produksi beras, peningkatannya sebanyak 4, 77%. Jagung juga naik luar biasa, alhamdulillah 14,44%. Hal ini tentunya atas usaha para petani kita dan juga dibantu oleh seluruh pemangku kepentingan. Ada beberapa hal yang menjadi catatan. Tahun lalu, Dekopin, dengan ridho Allah telah memberikan iklim yang baik juga beberapa program yang betul kita mintakan agar dilakukan oleh para petani, yaitu yang pertama adalah program penggantian varietas, dari varietas produksi sedang ke varietas produksi tinggi dan bermutu. Kami telah memberikan benih-benih tani jagung dan kedelai, senilai lebih dari 1 trilyun pada tahun lalu, kemudian juga penggunaan pupuk berimbang dan pupuk organik, pengendalian hama terpadu, serta perbaikan irigasi, pendampingan oleh penyuluh, pengendali organisme pengganggu tanaman, peneliti, dan lain-lain.

Pemerintah dalam hal ini memberikan bantuan benih unggul bermutu, subsidi pupuk, alat pembuat pupuk organik, peralatan pra dan pasca panen, kebijakan tanah dan energi serta kredit usaha rakyat. Perluasan areal tanaman dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman, pencetakan sawah baru dan kerjasama melalui pola kemitraan antara pengusaha, perbankan, petani yang difasilitasi pemerintah provinsi maupun pemerintah kota. Untuk lebih memudahkan petani agar petani dapat mengambil keputusan sendiri dalam menerapkan tehnologi pengusaha tani, maka pembimbingan oleh penyuluh pertanian, bersama-sama pengawas benih tanaman, pengendali organisme pengganggu tumbuhan, serta peneliti, dilakukan melalui sekolah LAPAN. Untuk tahun ini, SLPTT, Sekolah LAPAN Pengendalian Tanaman Terpadu padi, akan dilaksanakan oleh 66.500 kelompok pada areal 1, 5 juta hektar. Beberapa sudah kami tinjau bersama Wapres pada waktu keliling Jawa kemarin. Kemudian, jagung di 13.500 kelompok, pada areal 200.000 hektar, dan kedelai 20.000 kelompok dengan areal 200.000 hektar. Di samping itu, khusus untuk kedelai akan dilaksanakan upaya khusus percepatan luas tanah kedelai di beberapa provinsi sentra produksi kedelai. Selanjutnya, untuk lebih mempercepat pembangunan di pedesaan, dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agro Pedesaan atau PUAP di 10.000 desa tertinggal atau miskin, sekarang alhamdullilah dengan APBT ditambah lagi dengan 1.000 desa, sehingga totalnya 11.000 desa.

Bapak Presiden yang kami hormati,

Pada kesempatan ini kami laporkan bahwa peserta tatap muka dari kalangan pertanian berjumlah 55 orang dari 12 provinsi, yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Sulteng, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTB, dan Sulsel, terdiri dari KTMA tingkat Nasional, Ketua Kelompok Tani, Ketua Kelompok Petani padi 18 orang, jagung 9 orang, kedelai 7 orang, Ikatan Produsen dan Penangkar Benih 4 orang, Persatuan Pembelian Padi 3 orang, Petani SLPHT, Sekolah LAPAN, Pengendalian Hama Terpadu 4 orang, Kelompok IHJA, BOSA, Pelayanan Jasa 3 orang, Asosiasi Pupuk 2 orang, Masyarakat Organik, Himpunan Masyarakat Pestisida, Ikatan Pengendali Hama Terpadu, dan Asosiasi Pupuk Organik, masing-masing 1 orang. Di samping itu, hadir juga, hadir dari HKPI dan Koperasi dalam hal ini Dekopin. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan berjibaku mengikuti pengaturan pelayanan dan penyuluhan terkait, telah siap secara terpadu untuk meningkatkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani sehingga peningkatan produksi menuju ke sentra tani dapat ditingkatkan. Selanjutnya, perkenankanlah para petani untuk bisa berdialog dengan Bapak Presiden, dan untuk itu, kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

MC:

Baiklah untuk perwakilan pertama, perwakilan petani padi, Bapak Edi Iryanto, dari Kelompok Tani Mardi Rahayu, Desa Dukuh Wuluan, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kami persilakan.

Perwakilan Petani Padi:

Terima kasih. Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Yang Terhormat para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, dan Yang Terhormat teman-teman petani di seluruh Indonesia. Pada siang hari ini, kami mewakili petani padi, mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mana kita semuanya di sini tanpa disangka-sangka, petani yang biasanya di sawah, bisa bertemu langsung dengan Bapak Presiden, yang saya juga tidak menyangka mungkin seumur hidup saya di sini. Yang pertama, kami, Edi Iryanto, ketua Kelompok Tani Mardi Rahayu, kecamatan Wuluhan, desanya Dukuh Gempok, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Prestasi kami, juara pertama intensifikasi padi Kabupaten Jember tahun 2004, dan juara kedua seprovinsi Jawa Timur tahun 2005.

Bapak Presiden yang terhormat,

Untuk petani tanaman padi, kami sudah memperkenalkan program yang namanya SRI System Rice Intensification yang mana biasanya kami dengan tanam padi yang biasa hanya 6 sampai 7 ton, tetapi dengan SRI, dengan pupuk organik yang dimasukkan ke dalam tanah, sehingga kami ada peningkatan 10 sampai 14 ton riil per hektar. Demi kesemuanya ini, kami mohon untuk temen-temen petani, juga Dinas Pertanian, kami mohon untuk memberikan sosialisasi tentang SRI ini sehingga tanaman kita makin meningkat, dan kita tidak perlu lagi yang namanya impor beras. Dan kesemuanya ini adanya perlu faktor-faktor pendukung. Jadi yang pertama adalah permodalan kelompok, pupuk organik, juga infrastruktur irigasi, juga yang lebih penting adalah stabilitas harga gabah, juga kalau bisa kami mohon untuk kelompok tani-kelompok tani ini membuat lumbung pangan-lumbung pangan pedesaan untuk kemandirian pangan yang akan datang supaya kita petani di Indonesia akan sejahtera mandiri tentang pangan. Oleh karena itu, untuk Bapak Presiden, dari petani Jember khususnya, dan petani Indonesia pada umumnya, dan mudah-mudahan apabila tutur kami yang tidak berkenan kepada Bapak saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami akhiri
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

MC:
Selanjutnya kesempatan kedua perwakilan petani kedelai Bapak Sugito, dari Kelompok Tani Amrih Makmur, Desa Pojok, Tawangraharjo Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Perwakilan Petani Kedelai:
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia, dan Yang terhormat Bapak Menteri Pertanian dan Menteri Kabinet Bersatu. Yang terhormat kepada para petani se-Indonesia. Kita panjatkan puji syukur kepada Allah
Subhaanahu wa Ta'aala yang telah memberi kenikmatan dan kesehatan kepada kita semua, khususnya kepada kami sehingga dari Purwodadi sampai ke sini dengan selamat. Saya dapat bertemu langsung dengan Bapak Presiden Republik Indonesia.

Yang kedua, sholawat dan salam kita tujukan kepada Junjungan Nabi Besar, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang ditunggu-tunggu setiap hatipun besok pada hari yaumul qiyamah Amin Allahhuma Amin. Sebelumnya kami memperkenalkan diri, nama saya Sugito dari Kelompok Tani Amrih Makmur, Desa Pojok, kecamatan Tawangharjo, kabupaten Grobogan, provinsi Jawa Tengah. Kami dari petani kedelai, perlu saya sampaikan kepada Bapak Presiden Indonesia bahwa untuk kedelai di kabupaten Grobogan pada tahun 2000 atau 2007 adalah mendapat juara nasional intensifikasi kedelai dan akhirnya untuk kedelai di Grobogan telah disyahkan oleh Menteri Pertanian menjadi varietas kedelai Grobogan dan kami selaku petani di Grobogan dengan adanya keberhasilan pada tahun 2007, pada tahun 2008 ini kami sampaikan pada Bapak Presiden bahwa petani di Kabupaten Grobogan telah berhasil memetik hasilnya dari kedelai yang kemarin, dari petani Grobogan khususnya di Tawangharjo, bahwa kedelai di Tawangharjo penghasilannya sangat bagus.
Kami laporkan juga Bapak Presiden, 1 hektar bisa mencapai 2,5 ton atau sampai 3 ton. Dan itu juga keuntungan dengan adanya perhatian pemerintah kepada para petani yang dulu harga jualnya rendah Rp 5.000,00 atau Rp 4.000,00, sekarang menjadi Rp 7.000,00. Itu juga ditangani oleh kelompok tani, alhamdulillah, untuk petani di Grobogan sangat senang sekali. Dengan pupuk subsidi yang juga harganya murah, lalu petani mengucapkan terima kasih, Pak. Pak Presiden, dengan pupuk yang sangat murah, semoga nantinya untuk tahun 2008 sampai 2009 dan seterusnya, untuk pupuk harganya bertahan, itu permintaannya petani. Yang kedua, permintaan dari petani di Jawa Tengah umumnya, di seluruh Indonesia, untuk harga jual kedelai dipertahankan. Kalau harga jual kedelai dipertahankan saya kira petani di Indonesia, khususnya di Grobogan akan senang menanam kedelai. Itu Pak dari kami, apabila ada kata-kata kami yang kurang berkenan di hati semua, yang kami sengaja atau pun tidak, kami minta maaf yang sebesar-besarnya.

Akhirul kalam, wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Perwakilan Petani Jagung:
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Yang saya hormati Bapak Presiden Republik Indonesia. Yang saya hormati Bapak, para Menteri Republik Indonesia. Dan yang saya muliakan para kelompok tani seluruh Indonesia. Di sini saya mewakili daripada Sumatera Utara, dimana kami kelompok tani Dos Roha, kecamatan Sukajadi kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara. Kelompok tani kami didirikan tahun 1982. Di mana di sini pada tahun 2007 telah dibebani untuk menanam jagung, di mana hasil rata-rata per hektarnya mendapat 7 ton, 500 kg, dengan harga jual Rp 2.000,00 per kg. Maka, dibandingkan menganalisa usaha tani tanam jagung tersebut, biaya sarana produksi serta biaya modal kerja perinciannya antara lain, benih jagung, pupuk urea, SP 36, HCL, pestisida, pupuk kandang, serta pengolahan tanah. Di mana olah tanam, memupuk pertama, dan kedua, serta ketiga, pendangiran, penyemprotan insektisida, dan panen. Maka, di kami, di kelompok kami, kelompok Dos Roha, di mana pendapatannya meningkat untuk rasio rata-rata output dan inputnya sebanyak 2,3 di mana, di sini kami mendapat predikat kelompok tani terbaik di Serdang Bedagai dan untuk mewakili di Sumatera Utara. Dan kendala kami selama ini kesemuanya pekerjaan yang kami kerjakan seyogyanya melalui manual. Maka kami melalui pertemuan siang hari ini, kami sebagai kelompok tani Dos Roha memohon kepada Bapak Presiden supaya mendapat perhatian untuk kelompok tani kami yang berada di Desa Paduadua kecamatan Sukajati dan Kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara, semoga dapat perhatianlah kiranya.

Akhirul kalam, kami sudahi wabillaahittaufiq wal hidaayah
Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

MC:
Berikutnya adalah perwakilan Koperasi, Bapak Suryo Bawono, Ketua Induk Koperasi Tani dan Nelayan.


Perwakilan Koperasi Petani:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera kepada Saudara. Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia. Yang terhormat para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Yang terhormat ketua umum Dewan Koperasi Nasional, Bapak Adi Sasono. Yang terhormat ketua umum KTNA Bapak Haji Insinyur Wiranto Tohir. Kami menyampaikan laporan perkembangan koperasi di Indonesia. Bahwa kami bersama-sama Dewan Koperasi Dekopin, Perum BULOG, KTNA telah mencanangkan menanam kemitraan 200.000 hektar padi di Pulau Jawa, yang saat ini sudah terealisasi kurang lebih 100.000 hanya untuk kreditnya, KKP baru terealisasi kurang lebih 3.000 hektar, Pak, karena persyaratan yang masih agak sulit, terutama administrasi karena kelompok tani-kelompok tani itu agak sulit, Pak untuk mengurus persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh perbankan. Kemudian, yang kedua kami mohon izin agar dalam penandatangan kredit ketahanan pangan itu dikurangi, Pak, dari 3 orang menjadi 2 orang, Pak, karena petani kalau nyewa motor kalau harus tanda tangan 3 orang nyewa motornya 2, Pak. Kalau 1 motor bisa 2 orang hingga mempermudah kelompok tani untuk mendapatkan kredit.

Kemudian, kami bersama Dekopin telah menanam 300.000 hektar padi organik yang menghasilkan rata-rata 9-11 ton yang sudah sangat diminati oleh masyarakat internasional yang saat ini, terbesar pembeli adalah dari Filipina dan dari Malaysia, Pak. Kemudian yang ketiga, kami dari Dekopin telah berhasil membentuk pengeringan non energi, di Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan kaca karena masalah bahan bakar yang sangat tinggi di daerah dan sulit yang kami mohonkan nanti pada kesempatan Bapak Presiden bisa meninjau pengeringan tersebut. Kemudian Pak, kami bersama juga dengan Perum BULOG, bersama-sama turun ke lapangan membeli gabah kering panen dari petani yang saat ini penyerapannya cukup baik. Hanya mohon Pak kebijakan, karena pada saat sekarang musim hujan pengeringan perum BULOG itu harus membeli solar industri Pak sehingga biayanya nggak cocok Pak, untuk sesuai dengan HPP, Pak.

Jadi, kemudian yang singkong, Pak di Lampung. Kami telah menanam 30.000 hektar singkong yang sudah menghasilkan 80 ton per hektar, Pak. Dan kami mohon dukungan agar kemitraan untuk jaminan pasarnya dapat bisa terlaksana. Kami dari Dekopin, beberapa koperasi seluruh Indonesia bersama KTNA, Perum BULOG juga bersama-sama untuk menanam padi secara bersama-sama, ya kami mohon dukungannya, Pak. Bahwa pupuk bersubsidi yang selama ini masih menjadi momok bagi temen-temen masalah distribusinya, yang kami harapkan di masa mendatang distribusi pupuk dapat dilaksanakan oleh koperasi-koperasi di seluruh Indonesia, Pak.

Kemudian yang terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden dengan adanya KUR, Pak. Kredit Usaha Rakyat ini yang sangat-sangat cukup mengena bagi teman-teman di petani dan nelayan di Indonesia hanya masalahnya apresiasinya, Pak. Kembali perlu dukungan tapi kami Pak dari Dekopin telah bekerja sama dengan Bukopin bersama perum BULOG untuk melakukan kemitraan, di mana kami dengan beberapa kelompok tani, pemuda tani, membantu menyelesaikan administrasi petani-petani sehingga pada saat ini satu cabang Bukopin, setiap harinya, telah 20 proposal masuk untuk KUR. Yang kami harapkan bisa dibantu oleh pemerintah dalam pelaksanaan kelengkapan administrasinya. Dan Dekopin telah membentuk sistem online, Pak dalam rangka untuk saling berkomunikasi terhadap pasar yang syukur alhamdulillah telah banyak kelompok tani-kelompok tani yang berhasil di mana kelompok tani kami sendiri telah berhasil menanam dan menjual rosela Pak, yang pada saat ini di pasaran dunia kami telah mengekspor dengan harga $8 per kg, Pak. Hingga kelompok tani kami yang dari Kediri cukup makmur saat ini, Pak. Dulu kami menanam padi, sekarang kami menanam padi dan rosela yang saat ini kami ekspor ke luar negeri. Jadi kalau Bapak Presiden ada lihat teh rosela dari Mesir, itu sebetulnya dari Kediri, Pak. Demikian Pak, kami sampaikan. Kami mohonkan maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan dari kami.

Wabillahittaufiq wal hidaayah,
Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.


Presiden:


Terima kasih Saudara-Saudara, khususnya kepada Pak Edi Suryanto, Bapak Sugito, Bapak Sukardi Sutiman dan Bapak Suryo Bawono. Sebagaimana saya sampaikan tadi. Hari ini kita ingin menyamakan pengetahuan, berbagi pengalaman, khusus untuk meningkatkan produksi pangan, meningkatkan produktivitas, dari pertanian pangan itu. Yang lain-lain tidak kalah pentingnya yang selama ini juga terus kita bahas, masalah perniagaan, masalah pasar, masalah harga pokok pembelian dan lain-lain itu semua penting, namun hari ini saya lebih ingin menyoroti bagaimana produksi pangan kita bisa meningkat. Ya, dan juga produktivitasnya. Oleh karena itu, Menteri Riset dan Teknologi pun saya ajak supaya ada kontribusi dari riset kita, pengembangan kita, bersama dengan para petani, KABULOG juga saya ajak. Menteri PU sedang di luar kota kalau tidak salah. Mestinya juga hadir untuk memastikan irigasi bisa berjalan dengan baik. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah juga bersama kita. Menteri Perdagangan bersama kita. Siapa lagi menterinya? Tentu Menko Perekonomian. Menko Kesra jelas, Menko Polkam. Tujuan kita meningkatkan produksi, meningkatkan produktivitas.

Saudara-Saudara,

Tadi dari apa Jawa Timur, dari Jember, Pak Edi Suryanto mengatakan bahwa SRI System of Rice Intensification ternyata tumbuh dengan baik. Saya pernah meninjau langsung dan ikut panen di Cianjur, Jawa Barat bersama Pak Solikin Gautama dulu. Nah, saya ingin tanya langsung pada Pak Edi Suryanto, itu berapa luas sudah ditanam SRI di Jember itu? Tendensinya gimana, trend-nya apakah terus bertahan dan meningkat? Dan kemudian bagaimana supaya terus meningkat? Apa saran? Misalnya perlu dikenalkan di provinsi-provinsi lain atau ada yang khas, yang betul-betul lebih cepet lagi menyebar kalau memang terbukti SRI ini dikatakan oleh Pak Edi Suryanto per hektarnya bisa mencapai 10-12 ton? Monggo. Silakan.

Perwakilan Petani Padi:
Terimakasih untuk Bapak Presiden. Memang di Jember itu awalnya kami tahun 2004 kami sudah melaksanakan SRI, di kelompok tani saya, saya percobaan itu dam plot 1 hektar. Awalnya itu saja, kami sudah bisa meningkatkan dari 6 ton menjadi 9, 7 juta ton riil, 2004. Itu kami menanam benih SRI padi itu, saya tanam, pindah tanam, umur 6 hari. Baru saya tanam, saya menggunakan media pembenihan itu saya tidak di sawah, Pak, tapi di rumah, itu saya menggunakan tampah kecil-kecil itu tinggal saya bawa ke sawah, langsung kita tanam, dalam 6 hari kita sudah bisa pindah tanam. Memang yang pertama kali yang perlu ditekankan di teknik ini adalah pemberian pukasi atau pupuk organik. Tanpa itu, pernah saya juga membuat istilahnya pindah tanam muda tapi tanpa menggunakan organik, hasilnya juga tidak signifikan, tidak bagus. Jadi dengan teknik SRI maka wajib kita menggunakan pupuk organik. Dan sekarang…

Presiden:
Jadi, dari aspek lingkungannya, bagus?

Perwakilan Petani Padi:

Bagus Pak.

Presiden:
Pupuk organik yang digunakan. Terus?

Perwakilan Petani Padi:
Terus sampai sekarang kami memberikan informasi ini kepada kelompok tani-kelompok tani bahkan di daerah kami, ini sudah banyak sekali melihat kami, yang pertama-tama memang Pak, apa namanya, ini mau buat apa, gitu? Ternyata setelah hasilnya bagus, temen-temen petani di lingkungan kami, di kelompok tani kami sudah melaksanakan SRI ini. Inipun melihat kondisi dan situasi lahan di masing-masing daerah. Kalau kondisinya memang banyak air, itu kita hanya menggunakan lebih tinggi umurnya, dari biasanya 6 sampai 10 hari, bisa memindahtanamkan itu umur 15 hari. Itu sangat potensi sekali.


Presiden:
Baik. Jadi Pak Edi Suryanto yakin bahwa teknologi ini dengan cara-cara penanaman SRI dengan SRI itu sendiri akan berlanjut, akan berkembang dan menyumbang produktivitas yang tinggi.

Perwakilan Petani Padi:
Pasti, Pak.

Presiden:

Terima kasih. Ok, sekarang Menteri Pertanian, Pak Anton. Itu, apa namanya, tahun lalu kan bagus kita punya, jadi yang disampaikan Pak Anton itu betul. Sepuluh tahun terakhir sejak krisis, macem-macem, ini baru tahun lalu kembali ke empat nilai level pertumbuhan di atas 2%, 3%, sekarang menjadi 4, 7%. 2006 berapa? Jadi luar biasa tahun 2007 tetapi kita harus bertahan. Harus mempertahankan dan lebih – lebih tinggi lagi prosentase kenaikan. Kalau kemarin 4,7 kalau insya Allah tahun ini bisa 5, begitu. Berapa target kita? 5%. Bagus sekali. Tolong Pak Anton dipetakan di seluruh Indonesia, model seperti ini, SRI, dan mana lagi, mana lagi, supaya bisa kita kalkulasikan. Kita yakin bahwa 2008 insya Allah; meskipun tentu ada cuaca, ada ini, ada itu, kita bisa mencapai 5%. Kira-kira bisa para Bapak Ibu yang menangani pertanian padi? Lima persen bisa kita capai tidak? Bisa ya? Insya Allah bisa. Policy kita, kebijakan yang kita kembangkan andaikata dengan ridho Allah dengan kerja keras kita, kita mencapai 5% dan cukup lebih sedikit pun kita belum masuk pada kebijakan ekspor, setelah melewati batasan nantinya. Tidak ada salahnya kita mengekspor dengan harga beras di luar negeri yang cukup tinggi sekarang ini. Jadi saya minta komitmen semuanya. Tolong beritahu yang lain-lain bahwa misalkan SRI tadi bisa menyumbang peningkatan produksi yang cukup besar. Lumbung pangan ini juga menjadi policy kita. KABULOG juga di sini. Jadi, soal distribusi ini penting. Kadang-kadang kalau tidak kerja di daerah, ombak, gelombangnya besar, cuaca buruk, kadang-kadang terlambat untuk mendistribusi. Oleh karena itu, lumbung itu saya kira betul. Kalau hibrida gimana, Pak Anton, itu, prospeknya itu, yang selama ini juga dikenalkan?

Menteri Pertanian:

Ya, alhamdulillah hibrida juga percobaan di berbagai daerah cukup menjanjikan, produktivitasnya bisa 10 sampai 12 ton, Pak per hektar. Hanya hibrida ini padi yang rewel, artinya kalau tidak dikawal dengan baik, produktivitasnya tidak bagus. Oleh karena itu, kami sangat berhati-hati sekali dengan hibrida ini, kami perkenalkan perlahan-lahan sambil terus kita lakukan pembenihan. Jadi kalau ada ya keluhan yang tidak jalan belum bisa panen karena ada yang mengeluhkan di Yogyakarta, kenapa kok kurang berhasil? Karena memang begini Pak, apa namanya, pemeliharaannya yang kurang intensif, tapi itu juga satu potensi yang bisa kita tingkatkan, apalagi kalau digabungkan antara hibrida dengan pupuk organik, bisa lebih bagus lagi, Pak.

Presiden:

Baik. Baiklah nanti kalau akhir tahun ini ternyata pertumbuhan kita 5%, sesuai sasaran atau lebih, dan kita betul-betul bisa berswasembada, kita patut nanti melaksanakan syukuran, kita undang semua dari seluruh Indonesia, Pak Adi Sasono, Pak Wiratmo semua kita undang nanti. Bersyukur sambil meningkatkan sasaran tahun depannya lagi. Jadi tidak boleh sama. Terima kasih Pak Edi Suryanto. Pak Gito sekarang. Kedelai. Nah, kedelai ini begini, Bapak? Saya ingin betul, meskipun negara kita ini negara tropis, kedelai itu lebih subur pada iklim subtropis, betul ya? Oleh karena itu, ya bisa dimaklumi kalau yang tumbuh subur itu negara-negara lain atau yang subtropis. Tapi ada daerah-daerah konon yang bisa untuk kedelai ini. Persoalannya adalah kembali bagaimana jangan lama-lama lah setahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun, betul-betul produksi ini kita tingkatkan dengan produktivitas yang bagus, pemilihan daerah yang bagus dan cara-cara bercocok tanam yang bagus. Tadi Pak Gito mengatakan per hektarnya sudah mencapai 2,5 sampai 3 ton. Harga jual Rp. 7.000,00 dengan harapan pupuk jangan naik. Mana Pak Gito tadi? Pak Gito, itu sudah berapa luas yang ditanam di, apa namanya, Grobogan itu?

Perwakilan Petani Kedelai:

Iya, terima kasih. Untuk kedelai yang di kabupaten Grobogan itu sekitar 10.000 hektar, Pak.

Presiden:

Menurut Pak Gito, ini bisa bertahan ya? Itu sudah pol? Belum? Tiga ton itu? Bisa meningkat lagi nggak ini kira-kira? Kalau dunia berapa produktivitasnya itu?

Menteri Pertanian:

Kalau Brazil saja 3 ton per hektar. Kalau Amerika bisa 4 ton per hektar.

Perwakilan Petani Kedelai:

Ini untuk produksi yang berikutnya bisa meningkat. Tadi kami sudah sampaikan, kami mohon, terutama untuk petani, pupuknya pas waktu pupuk itu ada, pupuk itu senang, mintanya seperti ini, Pak, minta saya, Pak. Sehingga nanti sistemnya, per-orangnya juga kami akan kami minta pada dinas nanti biar lebih meningkat lagi hasilnya.

Presiden:
Baik, Pak Gito, silakan duduk. Ini kalau kita melihat ke depan, lurus itu ketemu Monas, tugu Monas. Berarti sebelah kanan itu ada perempatan, perempatan atau perlimaan ya? Satu, dua, tiga, empat, sebelah sana. Itu bulan lalu ada unjuk rasa. Pengrajin kedelai, apa namanya, tahu tempe. Berunjuk rasa di sini minta supaya harga kedelai diturunkan. Padahal petani ini bersyukur Pak, ya? Lha beginilah, nasib Presiden itu begini. Harga naik yang bukan petani marah, petani kedelai. Harga turun yang marah petani kedelainya. Oleh karena itu, jangan sering dimarahin SBY. Kita kembangkan kebijakan., petani harus kita proteksi, harus kita lindungi, HPP harus pas. Kalau sedang harganya jatuh, BULOG aksi. Kalau harganya baik, alhamdulillah, satu. Namun, pemerintah, negara, saya, juga memikirkan konsumen yang lain sehingga harganya pas betul. Yang penting petani mendapatkan keuntungan yang layak, harga itu terjangkau oleh saudara-saudara kita yang lain. Itu yang kita kembangkan. Kadang-kadang tidak mudah, mudah yang unjuk rasa, mudah yang talk show, mudah yang mengeluarkan statement. Tapi, terus kita cari yang pas betul rumusannya itu. Kedelai. Kita ingin kedelai ini saya tidak tahu, 4 tahun bisa Pak Anton, kalau, apa namanya, programnya betul bisa mendekati berapa persen dari kebutuhan dalam negeri itu?

Menteri Pertanian:

Target kami 2011 itu sudah bisa mencukupi 90%, Pak.

Presiden:
Kalau 4 tahun, pas ya? Ini, bukan hanya Pak Gito, yang lain juga, marilah kita tingkatkan kedelai ini. Pertanian atau mungkin life skill farming, atau yang lebih luas itu, supaya lebih lebih meningkat. Pak Kardi Sutiman, beliau dari Kabupaten Serdang Bedagai. Betul Pak ya? Mana tadi Pak? Baik, Bapak ya? Jagung sudah 7,5 ton per hektar betul Pak ya? Harganya Rp 2.000,00 per kg. Berapa luas yang Bapak tanami, yang kelompok tani Bapak?

Perwakilan Petani Jagung:
Kelompok Tani Dos Roha 75 hektar Pak.

Presiden:
Tujuh puluh lima hektar? Kemudian, bisa bertahan berapa lama Pak panen 7,5 ton per hektar itu? Terus-menerus atau ada kecenderungan naik lagi?

Perwakilan Petani Jagung:
Kita usahakan Pak. Kita usahakan untuk tahun depan ini. Cuma, masalah ini kalau di Sumatera Utara, iklimnya, iklim yang hujannya nggak turun-turun itu apa to Pak? Gerimis saja gitu. Jadi nggak bisa stabil, Pak. Permasalahannya itu.

Presiden:

Sudah dijual di mana jagungnya itu?

Perwakilan Petani Jagung:

Jual, kalau dijualnya kepada Bapak melalui distributornya.

Presiden:
Pasarnya ada ya?

Perwakilan Petani Jagung:
Ya, pasarnya ada kalau mau membeli.

Presiden:
Kalau bantuan peralatan mesin pertanian traktor, saya kira silakan Pak Menteri Pertanian silakan dibantu. Ya, nanti langsung dengan beliau, dilihat seperti apa dan sesuai dengan kemampuan kita untuk lebih meningkatkan produktivitas. Baik. Yang keempat tadi Pak Suryo Bawono. Mana beliau? Baik. Makasih, dari Kediri. Nah, ini kebetulan sekali. Kemarin saya berkunjung ke Indramayu, bertemu dengan nelayan untuk sebetulnya menggalakkan, memastikan, bahwa program, namanya Pemberdayaan Masyarakat Mandiri itu berjalan. Memastikan, menggerakkan, agar Kredit Usaha Rakyat, Kredit Mikro, Kredit Usaha Kecil itu juga berjalan. Saya ajak kemarin antara lain, di samping Menko Kesra dengan jajarannya, Diklat Direktur Utama Bank kita, Bank Mandiri, Bank BNI, BRI. Saya akan mengajak pimpinan Bank negara yang lain karena pemerintah itu sudah memberikan jaminan. Rp 1,4 triyun dari APBN kita alokasikan untuk jaminan, itu perputarannya, atau nilainya bisa 20 kali lipat. Ini yang menjamin. Jadi usaha kecil, usaha mikro, koperasi, yang meminjam itu dengan deal yang mudah, tidak lagi diperlukan agunan. Baik, jadi jangan skeptis, jangan pesimis. Itu program baru kita luncurkan November, tahun lalu saya meluncurkan di BRI. Efektif betul, Januari. Sekarang ini sudah keluar Rp 3,25 trilyun untuk kategori usaha menengah, yang Rp 3,25 trilyun itu kurang lebih 200.000 nasabah. Nah, yang kami kejar sekarang ini, pinjaman yang Rp 1 – Rp 5 juta, usaha mikro, dan di atasnya.

Kemarin, pada posisi kemarin, sudah disalurkan ke sekitar 170.000 nasabah dengan total pengeluaran sekitar Rp 700 milyar. Saya ingin terus lagi, lebih banyak lagi yang pinjam, terutama yang kredit mikro dan kecil di seluruh Indonesia. Itungannya bisa, karena kalau Rp 1,4 trilyun dari jaminan, sudah berapa itu? Dan betul kami sampaikan kepada gubernur, walikota, koperasi juga tolong ikut mempermudah, memperlancar setiap urusan karena yang suka sulit kan jaminannya, agunannya, pemerintah, kami yang menjamin. Oleh karena itu, saya ingin disukseskan dan jangan disia-siakan itu karena banyak sekali yang bisa dilakukan dengan Kredit Usaha Rakyat ini.

Sholat tadi, kemarin di Indramayu, saya juga ke Pekalongan kemarin, sebelumnya ke Bogor untuk memastikan program itu berjalan atau tidak berjalan meskipun perlu dorongan dari para Kepala Daerah, saya mendengar, katanya kok ada kepala daerah yang tidak begitu serius menjalankan program PNPM. Wah, itu dosanya luar biasa. Wong untuk rakyat kok, bukan untuk siapa-siapa. Jadi, entah ada nanti dikaitkan dengan politik, salah besar. Ini program negara, program untuk rakyat kok masih pikir-pikir? untuk rakyatnya, untuk mengurangi kemiskinan, untuk memberdayakan, membantu usaha kecil, usaha mikro, kok masih pikir-pikir. Dosanya besar. Tidak sesuai dengan sumpahnya berbuat untuk kepentingan negara, kepentingan rakyat, bukan kepentingan politik. Keliru! Keliru, jadi saya justru ingin semua, seperti yang diutarakan kalau urusan modal dengan Kredit Usaha Rakyat bisa dibantu. Kalau belum berdaya dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, bisa dibantu. Tiap kecamatan, tahun depan, semua itu Rp 3 milyar rata-rata, cukup besar. Jika itu tidak dijalankan seolah-olah masih pikir sana pikir sini. Walah… kayak apa itu? Menyesalnya, marahnya rakyat yang ada di tempat itu. Jadi mari kita yakinkan, sama-sama kita kontrol, kontrol saya, kontrol Menteri-menteri, kontrol Gubernur, kontrol Bupati, Walikota, semua. Apakah program yang sudah kita tetapkan ini dijalankan atau tidak?

Kembali ke solar, ke minyak tanah. Begini, Pak Suryo Bawono, Saudara-saudara, Bapak, Ibu, begini, untuk diketahui bahwa dengan harga minyak yang tinggi sekali. Saya lihat di televisi, mencapai 109 dolar per barrel, Mymex, Brent, kalau minyak Indonesia 5 dolar lebih murah tapi tetap 105 dolar per barrel. Minyak tanah 1 liter, kalau tidak kami beri subsidi ditanggung oleh pemerintah, itu harganya sekarang sudah Rp 9.500,00. Pemerintah menjualnya, harga ecerannya itu Rp 2.000,00. Rp 7.000,00 lebih kita tanggung. Pengeluaran setahun 9 juta kiloliter. Sembilan kali tujuh, Rp 63 trilyun, berat. Tapi kita tetap berikan subsidi itu, kasihan rakyat yang belum siap untuk menerima perubahan. Solar pun belum kita naikkan. Premium belum kita naikkan. Tapi subsidinya luar biasa tingginya. Nah, sekarang, APBN harus selamat. Tak mungkin kegiatan di negeri ini berhenti karena nggak ada uang, habis untuk subsidi. Tetapi pilihan kami, supaya APBN selamat, negara ini dapat dibiayai kegiatannya, yang dilakukan pertama-tama penghematan. Pengeluran departemen, kementrian, provinsi, kabupaten, kota, yang tidak perlu, tidak perlu artinya bisa ditunda nanti saja, dihemat dulu.

Lha yang kedua, penghematan penggunaan BBM, listrik, dan lain-lain karena menurut saya juga masih boros. Dengan menghemat penggunaan BBM, listrik, tentu menyelamatkan juga subsidi. Nah, kemudian listrik bagi yang kaya itu, saya kira tidak perlu kita subsidi, wong mampu kok, kaya kok. Kemudian pengurangan BBM yang berlebih-lebihan, bagi yang mampu ya kita batasi, dengan cara tertentu. Hanya dengan begitu subsidi ini pas. Meskipun naik, tetapi tidak meruntuhkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ini namanya adil, yang miskin, yang belum mampu, masih kita lindungi, yang kaya, yang mampu, ya jangan memberatkan negara. Inilah yang sedang kita olah dan kita atur. Oleh karena itu, ya percayalah bahwa kita memikirkan nelayan, petani, termasuk solar, minyak tanah tadi. Cuma saya minta kerjasamanya supaya semuanya tepat, tidak belok ke sana-ke sini, namanya minyak tanah, dan ada juga yang nakal-nakal. Harusnya untuk rakyat, belok ke pabrik, belok ke tempat-tempat yang lain. Kita jaga bareng-bareng.


Bapak, Ibu, hadirin sekalian yang saya hormati,

Sekarang sudah jam 2.20. Setelah kita sholat bersama tadi, setelah kita satukan pikiran, kita akan masuk pada acara santap siang bersama. Harapan saya, mari setelah pertemuan ini, kita lakukan apa saja yang bisa kita lakukan, meningkatkan produksi beras, kedelai, jagung. Cerita sukses jangan disimpan sendiri. Beritahu yang lain. Mohon maaf, seperti kalau kita pergi ke restoran Padang, sudah tahu? Biasanya kalau ke restoran Padang itu, begitu selesai makan begini, jikalau makanan ini kurang lezat, beritahu kami, wong masaknya punya warung, tapi kalau lezat, beritahu yang lain. Tolong beritahu yang lain supaya produksinya naik semua semua, makmur kita punya negeri. Kita bertemu lagi, nanti, setelah kita mencapai 5% atau lebih. Selamat berjuang.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI