Bertempat di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Kementerian Sekretariat Negara (PPKASN Kemensetneg), Jalan Gaharu I No.1, Jakarta Selatan, Pemerintah Indonesia melalui Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri (KTLN) dan Pemerintah Singapura melalui Kedutaan Singapura dalam kerangka kerja sama Singapore Cooperation Programme 2025 menutup program pelatihan Single Country Training: English for Effective Negotiation, Jumat (24/1).
Sebanyak 26 peserta dari 12 kementerian/lembaga berhasil menyelesaikan pelatihan yang berlangsung sejak 13 Januari 2025 hingga hari ini. Memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Singapura dalam meningkatkan kapasitas ASN, program ini bertujuan memperkuat kompetensi individu dalam menjalankan peran Jabatan Fungsional (JF) Analis Kerja Sama (AKS).
Kepala Biro KTLN, Noviyanti menyampaikan bahwa pelatihan ini menjadi langkah signifikan dalam memperkuat hubungan kedua negara yang bertujuan memberikan peserta keterampilan bernegosiasi secara efektif menggunakan bahasa Inggris.
"Berdasarkan pencapaian ini, pelatihan ini diharapkan akan mendukung Anda dalam kerja sama internasional pada institusi anda dengan lebih efektif dan efisien, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan hasil tata kelola pemerintahan," ujar Noviyanti.
Apresiasi yang tinggi kepada Kemensetneg dan peserta pelatihan juga disampaikan Deputy Chief of Missons, Embassy of the Republik of Singapore, Terrence Teo.
"Dalam beberapa bulan mendatang, Anda akan mengikuti pelatihan tentang transformasi pemerintahan digital di Singapura dan pelatihan Bahasa Inggris lainnya di Jakarta. Umpan balik dan wawasan Anda sangat penting bagi kami untuk terus menyempurnakan pekerjaan kami dan menjadi sumber inspirasi,” kata Terrence Teo.
Sebagai Trainer, Sasidharan Sunkanu telah memberikan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, meningkatkan kesadaran budaya, dan menguasai teknik negosiasi strategis. Dalam program pelatihan, Trainer telah menyelesaikan dua penilaian yaitu negosiasi antarkementerian dan negosiasi bilateral antarnegara. Sasi merasa terkesan dengan kemampuan para peserta.
"Manfaatkan bahasa inggris untuk meningkatkan keterampilan yang telah dimiliki, agar lebih baik berbahasa yang benar dan berkata-kata yang benar karena kata-kata tertentu bisa bermakna sangat kuat. Saya pikir itulah pesan yang ingin kami sampaikan kepada peserta bahwa menggunakan bahasa itu dengan cara yang akan membuat proses negosiasi menjadi lebih mudah dan juga lebih menyenangkan serta membangun hubungan yang sangat baik tentunya," kata Sasi.
Usai menerima sertifikat kelulusan pelatihan, salah satu peserta dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Haris Agung Setyawan menyampaikan bahwa pelatihan tidak hanya memberikan pengetahuan tapi juga praktik bernegosiasi dalam beberapa peran. Selain itu, pelatihan mampu menciptakan platform untuk memperdalam pemahaman tentang strategi bernegosiasi. (DEW-Humas Kemensetneg)