Semangat Kebhinekaan dalam Bingkai Kemerdekaan

 
bagikan berita ke :

Minggu, 20 Agustus 2017
Di baca 6400 kali

72 tahun sudah Bhinneka Tunggal Ika dipegang teguh oleh seluruh elemen bangsa ini. Namun, tidak hanya sampai saat ini saja, semangat kebhinekaan harus tetap berkobar dalam setiap jiwa bangsa Indonesia hingga akhir hayat. Peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia yang diadakan di Istana Merdeka pada Kamis, 17 Agustus 2017 sungguh menggugah semangat kebhinekaan. Warna-warni baju adat dari berbagai daerah yang dikenakan oleh para peserta upacara peringatan proklamasi kemerdekaan ini mencerminkan bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya dan mampu bersatu dalam keanekaragaman tersebut.

 

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh pasangan suami istri, Sofyan Suri dan Siti Nasuha yang menjadi Keluarga Sakinah Teladan Tingkat DKI Jakarta Tahun 2014. Mereka yang saat menghadiri Upacara Peringatan Kemerdekaan ke-72 mengenakan baju adat Betawi ini mengutarakan bahwa Indonesia kaya akan keberagaman budaya salah satunya yang dapat kita lihat pada Peringatan Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia ini yaitu pakaian adat yang kita kenakan, unik dan khas tetapi kita bisa melihat dan merasakan sendiri bahwa walaupun kita mengenakan pakaian adat yang berbeda-beda, kita bisa duduk bersama di bawah tenda merah putih dengan penuh kedamaian. Keluarga Sakinah

 

Baju adat atau disebut juga sebagai pakaian tradisional ini dimiliki oleh setiap daerah dan menjadi ciri khas tersendiri bagi daerah tersebut. Tampak berbagai baju adat dari seluruh penjuru Indonesia mewarnai semarak peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-72 ini. Tidak hanya para tamu undangan saja, Presiden dan Wakil Presiden beserta jajarannya pun mengenakan pakaian adat. Presiden Joko Widodo tampil dengan baju adat Tanah Bumbu, Batulicin, Kalimantan Selatan dan Ibu Negara Iriana tampak mengenakan baju adat Minang, sedangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla terlihat memakai baju adat Bugis dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla mengenakan baju adat Minang.  

 

Juga tidak ketinggalan, satu hal yang tak kalah menariknya adalah Pasukan Pengamanan Presiden atau yang kita kenal dengan sebutan Paspampres juga turut mengenakan pakaian adat selama menjalankan tugasnya pada Peringatan HUT RI ke-72 tersebut. Mereka yang biasanya berpakaian batik atau berjas rapi, kali ini memakai pakaian adat dari berbagai daerah seperti Papua, Bugis, Ambon, Palembang, Bali, Minang, dan daerah lainnya. Pakaian adat yang mereka kenakan tersebut tentu saja sederhana agar tidak membatasi ruang gerak mereka dalam bertugas.   

       

Peringatan HUT RI ke-72 kali ini berbeda dengan sebelumnya karena adanya kewajiban untuk mengenakan pakaian adat bagi tamu undangan yang akan mengikuti serangkaian kegiatan perayaan HUT ke-72 RI di Istana Merdeka. Pengenaan baju adat dalam peringatan HUT ke-72 RI yang bertemakan “72 Tahun Indonesia Kerja Bersama” ini menekankan bahwa di atas berbagai perbedaan, bangsa Indonesia harus selalu bergotong royong dalam membangun negeri ini.

 

“Pesan saya untuk generasi muda saat ini jangan pernah berhenti untuk terus berjuang, belajar dengan baik agar kita dapat membangun Indonesia lebih baik. Selalu membuat koneksi bersama orang, kita tetap gotong royong, jangan kerja individu.“ ujar Sabrina, seorang gadis yang hadir mengenakan pakaian adat Dayak, Kalimantan Tengah.

 

Tidak hanya masyarakat Indonesia saja yang hadir, tetapi juga terlihat beberapa tamu undangan mancanegara yang juga terjun dalam euforia perayaan kemerdekaan. Salah satunya adalah Sam Aliano yang merupakan Ketua Pengusaha Indonesia Muda. Pria keturunan Turki ini menyatakan bahwa peringatan HUT RI Kemerdekaan kali ini sangat bagus dan meriah karena banyak tamu undangan yang mengenakan baju adat yang unik. 

 

“Saya harap pemuda Indonesia harus lebih semangat untuk berjuang, untuk membangun, untuk membuat Indonesia lebih jaya, makmur, dan sejahtera, untuk rakyat menjadi bersatu untuk menjaga NKRI menjadi kesatuan untuk tidak berpecah-pecahan. Hari ini hari kemerdekaan, harus melihat bagaimana perjuangan yang sebelum-sebelumnya, yang mereka taruh nyawanya, darahnya, lain-lainnya, saudaranya, anaknya demi kemerdekaan RI, kita harus belajar dari situ bagaimana kita harus bersatu untuk membangun negara Indonesia.” Sam menegaskan.

 

Perbedaan bukanlah penyulut perpecahan melainkan sebuah kekuatan. Dari perbedaan tersebut kita justru menjadi kuat karena kita bisa saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam masing-masing perbedaan yang kita miliki. 

 

“Semoga ke depannya akan dikembangkan lagi Bhinneka Tunggal Ika-nya sehingga tidak terjadi perpecahan di antara kita.” kata Yossina Sorry, salah satu mahasiswa berprestasi lulusan STKIP Surya yang hadir mengenakan pakaian adat Sorong Selatan, Papua Barat.

 

Jika rasa toleransi terhadap segala perbedaan terus dipupuk dalam masing-masing jiwa bangsa Indonesia, tentu saja Indonesia akan tak mudah tergoyahkan oleh berbagai hal yang menuju pada sebuah perpecahan. Indonesia mampu menjadi model bagi negara lainnya dengan menunjukkan bahwa kita bisa hidup berdampingan dengan damai walaupun masing-masing dari kita memiliki pragam busanaerbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Kebersamaan yang kita miliki adalah kunci untuk tetap bersatu memajukan bangsa.  

 

“Harapan untuk bangsa Indonesia, bisa lebih maju lagi, lebih berkembang, dapat menjadi bangsa yang tetap menanamkan nilai-nilai luhur sejak dahulu kala, tidak hilang rasa toleransi satu dengan yang lainnya, dan menjadi bangsa yang tetap pada ciri khasnya yaitu kebersamaan.” ujar Gladies Elisabeth Mirah, siswi SMAN 9 Binsus Manado yang menjadi Remaja Teladan Putri Sinode GMIM.

 

“Semoga kita semua generasi muda dapat menjadi generasi muda yang betul-betul membanggakan bangsa dan dapat menjadi penerus-penerus bangsa yang memang dapat memajukan bangsa Indonesia lebih baik lagi dari tahun-tahun yang sebelumnya.” Gladies menambahkan. 

 

Bahkan seorang Pakar Politik Ekonomi dari Northwestern University Amerika Serikat, Prof. Jeffrey A. Winters, mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang unik sekaligus istimewa bagi seluruh dunia karena di sini tumbuh toleransi yang kuat meski di atas keberagaman. Hal inilah yang menjadi kelebihan Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain.  

    

“Keberagaman dan kekompakan modal kita menjadi bangsa besar.” Itulah sepenggal kalimat sederhana namun penuh makna yang tertulis dalam akun instagram Presiden Joko Widodo. Tema 72 Tahun Kerja Bersama dan warna-warni pakaian adat dalam Peringatan HUT RI ke-72 menggambarkan wajah keberagaman Indonesia yang mampu menyatukan pandangan dan gerak langkah untuk mewujudkan Indonesia Kerja Bersama. Semangat kebhinekaan harus selalu bergelora dalam setiap hembus nafas anak bangsa. Kami Indonesia. Kami Pancasila. Kami Merdeka. Dirgahayu negeriku tercinta! Bersatu kita tangguh! (RVS-Humas Kemensetneg)

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
36           18           10           4           18