SPACE: SETNEG PUNYA CERITA, Billy Mambrasar: Mari Terus Berinovasi untuk Indonesia Maju

 
bagikan berita ke :

Kamis, 19 Desember 2019
Di baca 2098 kali

21 November 2019 lalu, Presiden Joko Widodo mengenalkan 7 orang millenial sebagai Staf Khusus Presiden periode 2019-2024. Salah satunya adalah Gracia Billy Yosaphat Y Mambrasar. Pemuda yang akrab dipanggil Billy ini, berasal dari Serui, Kepulauan Yapen, Papua.

Bertempat di Perpustakaan Gedung I Kementerian Sekretariat Negara, pada Senin, 16 Desember 2019,  tim SPACE (Setneg Punya Cerita) berdiskusi dengan Billy terkait dengan inovasi dan harapan kepada generasi muda dalam mengakselerasi Indonesia Maju.

Billy menempuh pendidikan S1 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tokoh millennial ini juga merupakan lulusan pascasarjana Australia National University (ANU) dan Oxford University.

Sudah hampir satu bulan, Billy resmi bertugas sebagai  Staf Khusus Presiden Jokowi. Sebagaimana dituturkan kepada tim SPACE, Billy menjelaskan bahwa Staf Khusus Presiden Jokowi terbagi menjadi tiga tugas. “Gugus satu jubir semua, gugus dua terkait bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum serta yang terakhir, gugus tiga yang berisikan millenial yang difokuskan untuk inovasi,” kata Billy.

Menurut pria yang berusia 31 tahun itu, gugus ketiga ini bekerja secara kolegial. Staf Khusus Presiden berasal dari latar belakang yang berbeda-beda sehingga bisa saling melengkapi berdasarkan kemampuan. Gugus millenial terdiri atas Billy Mambrasar, Putri Tanjung, Adamas Belva Syah Devara, Ayu Kartika Dewi, Angkie Yudistia, Aminuddin Maruf, dan Andi Taufan Garuda Putra. “Sebagai Staf Khusus Presiden, kami akan mengembangkan inovasi berdasarkan arahan dan visi misi Presiden Jokowi,” ujar Billy.

Sebagai salah inovator dalam gugus inovasi Staf Khusus Presiden Jokowi, Billy juga sedang membangun inovasi Sillicon Valley of Eastern Indonesia. Sillicon Valley of Eastern Indonesia merupakan sebuah hub di Papua yang akan mengembangkan wirausaha-wirausaha muda di Indonesia Timur setiap tahunnya agar mereka bisa sejajar dengan para wirausaha lainnya.

Billy sebelumnya sudah aktif berkecimpung dalam bidang pendidikan. Pada 2009, Billy mendirikan Yayasan Kitong Bisa untuk memberikan pelatihan dan pendidikan entrepreneurship kepada anak-anak sejak usia 6 tahun hingga 18 tahun di Indonesia Timur. Bahasa Inggris menjadi pelajaran utama tetapi kemudian dipadukan dengan value-value entrepreneurship. Pelatihan diajarkan secara informal selama dua kali dalam seminggu. “Ketika memasuki usia 18 hingga 20 tahun, kita akan membuat Business Booth Camp untuk melatih mereka memiliki memiliki produk atau perusahaan sendiri,” kata Billy.

Sebagai Staf Khusus Presiden, Billy berpesan agar anak muda Indonesia untuk aktif berperan demi Indonesia Maju. Semua anak muda Indonesia diberikan kesempatan dan ruang untuk ikut berkarya.

“Ketika kita melihat masalah yang ada di bangsa ini, kita punya tiga pilihan. Satu diam saja karena kita sudah terpenuhi. Dua kita ikut mengeluh dan marah-marah, sambil julid dan nyinyir di sosmed atau yang ketiga kita langsung turun tangan dan bikin inovasi,” ucap Billy.

Billy menceritakan bahwa baik dirinya ataupun rekan-rekannya di Staf Khusus Presiden  memilih  opsi ketiga. Bayangkan bila ada ratusan anak muda yang ikut mengambil peran serta memiliki karya yang sangat luar biasa. Bayangkan apabila lebih banyak anak muda Indonesia ikut turun tangan membangun negara Indonesia menjadi negara maju.

Terkait dengan beragam inovasi yang telah dikembangkan Kemensetneg, Billy memberikan apresiasi yang tinggi  terhadap upaya pengembangan inovasi yang telah dilakukan oleh Kementerian Sekretariat Negara, yang diharapkan dapat menjadi teladan  dalam rangka mendukung smart government. Untuk mewujudkan smart government, pembangunan sistem harus terus dilakukan. Selain itu, ada beberapa pra kondisi yang harus dipenuhi. Pertama, seluruh komponen pemerintahan harus mendukung baik aktor lembaga, kementerian, legislatif maupun eksekutif. Kedua, pembangunan sistem harus disertai dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar dapat menjalankan sistem tersebut. Ketiga, pemerintah sebagai driver harus melakukan insentifikasi kepada seluruh user (pengguna) sistem dalam rangka membentuk perilaku yang dapat mendukung sistem tersebut berjalan optimal  dalam mendukung Indonesia Maju. (KVN/WKA-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
26           0           0           0           2