Syukuri Kebinekaan, Kemensetneg Gelar Kajian Agama Islam

 
bagikan berita ke :

Kamis, 30 November 2023
Di baca 496 kali

Kamis (30/11), Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Biro Sumber Daya Manusia (SDM) menyelenggarakan kegiatan ceramah keagamaan Islam bertema “Mensyukuri Kebinekaan”. Bertempat di Lobi Gedung 1, kajian kali ini menghadirkan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, K.H. Nasaruddin Umar.

Ceramah yang digelar secara hybrid bertujuan sebagai sarana pembinaan rohani bagi pejabat/pegawai di lingkungan Kemensetneg sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT serta memberikan pemahaman mengenai rasa syukur yang sesungguhnya.

Mengawali ceramah, Nasaruddin menyampaikan konsep dari rasa syukur dan Kebinekaan. Ia menjelaskan makna kata syukur yaitu memberikan apresiasi, bukan hanya memuji secara lisan namun harus ada tindakan. Dalam Bahasa Arab, bentuk rasa syukur berarti tamaddah (memuji secara lisan tapi tidak sampai di hati) dan tahmid (memuji dengan lisan dan hati). Sementara, makna syukur yang sesungguhnya yaitu membagi kebahagiaan yang diberikan kepada orang lain melalui tindakan.

Ia juga menjelaskan mengenai Kebinekaan. “Kebinekaan disebut unity in diversity, yakni satu bangunan yang utuh dan ditampilkan dengan banyak entitas, seperti Indonesia yang memiliki satu ibu kota, tapi memiliki banyak provinsi.


Alam yang diciptakan Allah SWT sebagai wadah bagi makhluk hidup yang berbeda-beda, untuk itu, meskipun beragam jenis dan bentuk, makhluk hidup tidak serta merta bisa memperlakukan alam sebagai objek, melainkan subjek yang juga harus dijaga,” ujar Nasaruddin.

Selanjutnya Nasaruddin menambahkan, alam semesta diciptakan untuk manusia guna  melengkapi kapasitas manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Walaupun manusia memiliki banyak keistimewaan, manusia tidak bisa memperlakukan alam semaunya, contohnya seperti hutan yang dibakar hanya karena sebuah proyek. Lebih jelasnya hal tersebut tertuang dalam Alqutan surat Al-Baqarah ayat 30 yang membahas tentang pertanyaan malaikat kepada Allah SWT mengenai kerusakan alam yang disebabkan oleh manusia.

Nasaruddin juga memberikan penjelasan mengenai perilaku manusia kepada alam yang tidak menampilkan persahabatan karena kurangnya rasa syukur, terlalu menganggap rendah alam, dan hal itu menjadikan manusia serakah. Nasaruddin berpesan, “Janganlah memandang enteng pandangan tradisional mengenai konsep alam dan benda-benda mati karena semua benda di muka bumi selalu bertasbih kepada Allah SWT”.

Ceramah diakhiri dengan sesi tanya jawab dari pejabat/pegawai yang hadir baik luring maupun daring. (UNA/DEW/YLI-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0