TEMU NASIONAL PNPM MANDIRI, 30 APRIL 2008

 
bagikan berita ke :

Rabu, 30 April 2008
Di baca 1057 kali

SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA TEMU NASIONAL PNPM MANDIRI
TANGGAL 30 APRIL 2008
DI ISTANA NEGARA


Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,


Selamat Pagi, Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati, Saudara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

Yang Mulia Para Duta Besar Negara Sahabat, Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Para Pejabat Pemerintahan Pada Tingkat Pusat,

Saudara-saudara para pembimbing dan fasilitator PMPN Mandiri, saudara-saudara para pengamat, para kepala pusat, para lurah, dan para penerima bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang baik dan Insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan karya kita, tugas kita, dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur karena saudara-saudara dapat melakukan temu nasional di antara para pelaku dan para pelaksana program tadi yang saya sebut dengan PNPM Mandiri. Saya yakin saudara telah saling berbagi pengalaman, bertukar informasi, saling menunda, mana yang bisa dicontoh, yang sudah dipraktekan, di tempat-tempat yang lain dari satu keberhasilan program yang telah ditunjukkan oleh komunitas tertentu di daerah tertentu.

Saudara-saudara,

Semua tahu bahwa tujuan pembangunan itu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semua juga tahu rakyat dikatakan makin sejahtera, apabila kebutuhan pangan, sandang, papan dapat makin dipenuhi dan juga masyarakat itu bisa mendapatkan pelayanan pendidikan, kesehatan yang lebih baik, serta hidup dalam suasana yang tenteram, dalam lingkungan yang baik pula. Semua tahu bahwa di negeri kita masih ada saudara-saudara kita yang tergolong miskin.

Saudara-saudara,

Kita juga tahu di negeri kita masih ada saudara-saudara kita yang miskin, yang belum sejahtera, sebagaimana pula yang terjadi di negara-negara lain.

Sering saya mengatakan di banyak forum bahwa di dunia ini konon tiap malam ada 800 juta orang yang tidurnya kurang nyenyak karena makannya tidak kenyang, dan mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan pangannya, ya karena miskin. Saudara bisa melihat kiri-kanan, melihat diri sendiri, apakah saya malam tidak bisa tidur karena lapar? Kalau saudara bisa tidur, bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena tidak tergolong mereka yang sangat miskin seperti itu. Tapi kalau melihat tetangga kita, saudara-saudara kita yang betul-betul tidurnya kurang nyenyak karena miskin, ya kita harus berikhtiar, berupaya untuk menolong mereka agar hidupnya makin ke depan makin baik.

Kita juga tahu bahwa dalam pembangunan itu yang paling baik memberdayakan masyarakat, mengajak partisipasi masyarakat, tidak top down, tapi ada yang dari bawah ke atas. Persoalannya adalah bagaimana implementasi dari semua itu, kebijakan seperti apa yang cocok, program seperti apa yang tepat, implementasi di lapangan seperti apa yang efektif. Itulah yang menjadi tugas Pemerintah untuk terus-menerus dari tahun ke tahun menyempurnakan, memperbaiki, membikin lebih efektifnya semua program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, untuk mengurangi kemiskinan dan juga mengurangi pengangguran.

Dua tahun pertama, saya bersama para menteri sangat sering berkunjung ke daerah. Semua pulau kami datangi, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Halmahera, termasuk Papua. Semua kami datangi, tidak terhitung jumlah kabupaten, kecamatan, dan desa yang juga kami datangi. Tujuannya apa? Saya ingin melihat situasi, kondisi, persoalan yang riil yang ada di masyarakat kita, di desa-desa, di daerah-daerah terpencil. Untuk apa? Dengan mengetahui inti permasalahan, kondisi dan situasi itu, maka Insya Allah, kebijakan, program, tindakan, termasuk alokasi anggaran menjadi tepat, menjadi efektif.

Ada satu kesimpulan yang dapat saya tarik setelah saya melihat langsung kondisi kehidupan masyarakat kita. Sekarang ini sesungguhnya meskipun masih ada masyarakat kita yang belum terdaya, karena tingkat kemiskinannya masih tinggi, dan harus kita berikan bantuan langsung, tapi sesungguhnya sebagian lagi, bahkan sebagian besar sudah bisa diberdayakan atau mereka sudah betul-betul berpartisipasi dan berkontribusi.

Saudara-saudara,

Kondisi Indonesia tidak sama dengan 60 tahun yang lalu, ketika kita baru saja merdeka, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno yang lukisan beliau ada di depan. Kondisi itu juga sekarang berbeda dengan kondisi 40 tahun yang lalu, ketika awal dilaksanakan pembangunan yang lebih intensif, yang dipimpin dulu oleh Presiden Soeharto yang lukisannya juga ada di sana.

Saudara-saudara,

Makin ke sini sesungguhnya, karena pendidikan terus digalakkan, kesehatan terus ditingkatkan, pembangunan daerah juga terus digiatkan, maka masyarakat kita makin berdaya, makin cerdas, makin kreatif, makin banyak inisiatifnya, yang itu tentunya menjadi modal, menjadi capital, menjadi sumber daya, yang apabila kita daya gunakan dengan baik, maka pembangunan di daerah itu hasilnya mesti lebih baik lagi.

Dasar pemikiran inilah yang melatarbelakangi, kebijakan dan program Pemerintah sejak tahun 2007, kita lanjutkan tahun ini dan insya Allah tahun-tahun berikutnya lagi, untuk betul-betul memiliki satu program terpadu yang efektif, tetapi efisien, yang tepat sasaran, yang melibatkan komunitas lokal, atau dengan kata lain memberdayakan masyarakat lokal karena mereka memang patut untuk diberdayakan sehingga hasilnya lebih baik lagi. Itulah akhirnya yang tadinya ada 55 proyek atau kegiatan, 19 departemen kita konsolidasikan, kita tabuhkan, kita sinergikan, kita sinkronisasikan, agar hasilnya lebih tepat.

Saudara-saudara,

Sejalan dengan peningkatan keuangan negara, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, tahun-tahun terakhir ini kita memberikan porsi, memberikan alokasi anggaran yang makin besar kepada upaya pengurangan kemiskinan. Tahun 2004 yang lalu, jumlah atau total anggaran untuk mengurangi kemiskinan itu besarnya sekitar Rp 19 triliun, tahun 2005 kita naikkan menjadi Rp 24 triliun, tahun 2006 menjadi Rp 41 triliun, kenaikan yang tinggi, tahun 2007 menjadi Rp 51 triliun, dan tahun ini Rp 58 triliun. Jumlah yang besar itu sayang kalau tidak mencapai sasaran secara tepat. Tidak boleh. Kita berharap besarnya anggaran itu harus tepat sasaran, efektif, dirasakan hasilnya oleh masyarakat dengan demikian makin ke depan insya Allah kemiskinan terus berkurang, pengangguran terus berkurang, dan kesejahteraan terus meningkat.

Saudara-saudara,

Saya mempelajari contoh-contoh sukses dari banyak negara, termasuk keberhasilan program kita di waktu yang lalu, termasuk kegagalan negara-negara yang lain, kegagalan kita di waktu yang lalu berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengurangan kemiskinan. Pengalaman itulah yang oleh kami, para Menteri, para Pimpinan, demikian juga melibatkan para Gubernur, dan Pimpinan Daerah, kita jadikan satu konseplah untuk menyusun kebijakan dan program yang lebih tepat.

Oleh karena itu, saya berharap Saudara semua yang mewakili teman-teman yang datang dari seluruh tanah air, mari kita jalankan dengan benar, kebijakan dan program ini karena ini terus kita kembangkan, terus kita sempurnakan, dan perbaiki. Jangan ragu-ragu, jangan setengah-setengah, yang setengah-setengah harus betul-betul dijalankan secara penuh. Saya juga menginstruksikan kepada seluruh Pimpinan Daerah, Gubernur, Bupati, Walikota juga turun langsung, memimpin langsung, mengawasi upaya peningkatan kesejahteraan, termasuk menyukseskan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ini.

Saya lihat, saya mendapatkan laporan banyak keberhasilan di Kabupaten A, di Kota B, di Provinsi Z, dan lain-lain. Tapi saya juga mendengar ada program yang belum optimal dijalankan. Saya minta masyarakat betul-betul ikut memastikan pelaksanaan program ini, pers juga tolonglah dilihat secara tajam, kalau baik katakan baik, kalau macet katakan macet. Dengan demikian kita segera perbaiki, segera koreksi mana yang berjalan bagus kabupaten mana, kota mana, kecamatan mana, desa mana, dan seterusnya.
Demokrasi harus demikian, demokrasi semua bertanggung jawab, semua memilki kewajiban, transparan dan akuntabel, responsif, semua. Apalagi pemimpin- pemimpin atau pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat, mereka bertanggung jawab semua kepada rakyatnya, semua, Bupati, Walikota, Gubernur, tentunya termasuk Presiden dan Wakil Presiden yang didampingi oleh para Menteri.

Saudara-saudara,

Saya kira Menkokesra, para Menteri sudah menjelaskan tentang filosofi, tentang falsafah engurangan kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Saudara pernah mendengarkan falsafah antara ikan sama kail. Sudah? Sudah pernah mendengar? Yang baik itu dikasih ikannya atau dikasih kailnya? Ada kalanya saudara kita kondisinya memang sangat memprihatinkan, sangat miskin meskipun jumlahnya sedikit, the poorest of the poor. Mereka itu memang masih memerlukan ikan, karena mereka belum bisa, belum kuat badannya ibaratnya untuk pergi mencari tempat untuk mancing, menangkap ikan meskipun dikasih kailnya.

Implementasi atau aplikasi dari memberi ikan ini adalah memberikan pengobatan gratis, yang disebut sekarang Jaminan Kesehatan Masyarakat, memberikan beras untuk mereka yang sungguh miskin, beras untuk rakyat miskin, menggratiskan pendidikan bagi mereka itu dengan Program BOS dan program-program yang lain. Memberikan bantuan langsung karena bencana, yang dialami mereka, memberikan bantuan langsung kepada kelompok sosial yang rentan, golongan lanjut usia, dan lain-lain. Kita berikan ikannya, karena mereka termasuk golongan yang belum mampu, belum bisa diberdayakan, ini jumlahnya bertriliun-trilyun rupiah. Itu yang Pak Ical katakan cluster, cluster itu ya wilayah ataupun golongan, bagian yang disebut dengan perlindungan dan bantuan sosial.

Tetapi meskipun belum sejahtera, meskipun masih tergolong miskin, ada komunitas-komunitas yang sudah bisa kita kasih kailnya, ya ini, PNPM Mandiri itu, dengan alokasi anggaran yang tidak sedikit, kecamatan, desa yang insya Allah tahun depan sudah rata-rata Rp 3 miliar, sekarang antara Rp 2-3 Miliar, alokasi anggaran diberikan didayagunakan, diberdayakan, diaktifkan masyarakat lokal dengan inisiatifnya, kreativitasnya, jadi, entah infrastruktur, entah ekonomi lokal dan lain-lain. Mereka diberdayakan. Hasilnya bagus, nyata, meskipun terus kita dorong. Kita akan lanjutkan program ini, meskipun tahun depan ada Pemilu, akan ada pergantian pemerintahan, tapi kita berdoa berharap, siapa pun yang mengawaki pemerintahan nanti, program seperti ini patut untuk dilanjutkan, karena nyata dirasakan hasilnya oleh rakyat.

Kita ini harus memahami reformasi. Namanya reformasi tidak semua dibuang, yang baik-baik dipertahankan. Setuju? Yang kurang baik, mari kita perbaiki bersama-sama sesuai dengan perubahan jaman. Apa yang baik sejak Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega harus terus kita lanjutkan, setuju? Makin ke depan tentu ada pembaharuan-pembaharuan yang kita garap secara bersama. Kalau itu yang dilakukan, kehidupan sebuah negara tenteram, tidak menghujat yang lalu, menghormati yang sedang mengemban amanah semua. Itulah akhlak kehidupan, itulah sebetulnya peradaban yang mari terus kita hidupkan di negeri tercinta ini.

Setelah kita berdayakan dengan PNPM Mandiri, masih ada satu kail yang sekarang kita sebut dengan Kredit Usaha Rakyat. Tujuannya apa? Agar semua ekonomi rakyat itu, usaha mikro, satu orang jual bakso, itu usaha mikro, modalnya mungkin Rp 2 juta. Satu orang jual pecel, itu usaha mikro, modalnya mungkin Rp 1,5 juta. Ada usaha kecil, 10 orang bikin tambak lele, modalnya mungkin Rp 15 juta, usaha menengah dan seterusnya, dan seterusnya jumlahnya jutaan. Saya ingin, Pemerintah ingin, makin ke depan, mereka itu harus terus tumbuh dengan cara kita berikan modal, kita bimbing usahanya tumbuh, akhirnya pendapatannya meningkat, memperkerjakan yang lain lagi, akhirnya kemiskinan betul-betul berkurang, pengangguran juga betul-betul berkurang.

Dulu agak sulit meminjam modal karena agunannya atau persyaratannya banyak, a, b, c, d. Tidak boleh kita menyalahkan bank atau perbankan, karena bank pun harus hati-hati dulu, karena tidak hati-hati krisis tahun 1997, 1998, 1999 masih ingat? Negara tekor, uang banyak yang hilang, tidak boleh kita ulangi lagi. Bank harus hati-hati, jangan ada KKN, jangan ada macam-macam. Tetapi dengan kehati-hatian bank, tidak boleh saudara-saudara kita yang usahanya kecil-kecilan tidak dapat modal, betul toh?

Oleh karena itulah, kita kembangkan kebijakan dan program. Kita bantu mempermudah pinjamannya. Pemerintah mengeluarkan uang Rp 1,4 triliun dengan besaran untuk jaminan itu menjadi Rp 20 triliun lebih. Disitulah bank kita harapkan menyalurkan kredit usaha rakyat untuk usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Jumlahnya sejak saya resmikan bulan November tahun lalu, sekarang sudah mencapai Rp 3,5 triliun. Saya minta lanjutkan, tingkatkan, terus diperluas. Belum cukup bagi saya, sampai usaha kecil, usaha menengah itu betul-betul makin tumbuh. Itu cara yang cespleng, cara yang jitu, cara yang joss ya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Mari kita sukseskan. Saya sudah minta para Direktur Utama Bank, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank Bukopin, semua berlomba-lombalah memberikan Kredit Usaha Rakyat untuk menolong usaha mikro, usaha kecil, koperasi, dan mereka yang perlu kita berdayakan. Tolong gunakan fasilitas itu, sebar luaskan kepada yang lain. Ini Saudara kader, Saudara pembimbing, Saudara fasilitator.

Seperti pepatah rumah makan Padang, biasanya kalau masuk rumah makan Padang, yang punya ketika kita sedang membayar gitu, dia bilang, “Eh, gimana masakan di sini?” Sebelum dijawab dilanjutkan, “Kalau ada kekuranganya beritahu kami, beritahu yang punya warung, tapi kalau makanan lezat, beritahu yang lain.” Jadi kalau PNPM Mandiri berhasil, Kredit Usaha Rakyat dinikmati, ya jangan sendiri, kasih taulah yang lain, saudara-saudara kita. Itu namanya sayang sama bangsa sendiri, itu namanya gotong-royong, itu namanya Bhineka Tunggal Ika persatuan di antara kita. Saya sungguh berharap kita semua dapat menyukseskan program ini.

Saudara-saudara,

Panglima-panglima di depan, yang bikin sukses atau tidak suksesnya program ini. Saudara kenal namanya Mohammad Yunus, seorang tokoh Bangladesh, yang tahun 2006 yang lalu menerima hadiah Nobel, karena mengembangkan pinjaman untuk kaum miskin, Grameen Bank. Saya undang beliau memberikan ceramah di ruangan ini, para Menteri juga hadir. Saya tanya beliau, “Pak Yunus, bagaimana resepnya, rahasianya apa, kok berhasil, kok bisa membantu rakyat miskin, usaha mikro, usaha kecil?“ Beliau mengatakan, “Ya turun ke lapangan dan melibatkan kaum perempuan.” Tepuk tangan untuk kaum perempuan. Melibatkan komunitas perempuan. Memang, tapi jangan geer dulu perempuan. Perempuan itu teliti, rajin, diajak korupsi mesti nggak mau, hampir semuanyalah ya. Jadi kalau diajak komunitas perempuan itu mesti baik, perempuan itu bahasa jawanya ubed. Ubed itu kreatif, ada saja akalnya untuk mencukup-cukupkan dapurnya, mengepul, betulkan? Ya hemat, ya kreatif, yang hobinya menanam, bukan menebang, bukan boros-borosan. Kalau itu diajak dalam PNPM, diajak dalam pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, pasti hasilnya joss.

Saudara-saudara,

Keberhasilan PNPM Mandiri bukan terletak pada saya. SBY tidak bisa berbuat banyak, bukan terletak pada Pak Ical. Pak Ical juga tidak bisa berbuat banyak, bukan pada para Menteri, juga bukan pada para Gubernur sesungguhnya, tetapi Walikota, Saudara-saudara.

Insya Allah kita akan menjadi bangsa yang bermartabat. Negara kita baru berusia 63 tahun, negara-negara beliau ini sudah ratusan tahun, sudah lebih maju. Tapi insya Allah dengan ridho Allah SWT, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Kemiskinan kita akan terus berkurang kalau kita bekerja bersama-sama sehingga kita betul-betul bermartabat dan terhormat dalam pergaulan internasional.

Dan yang terakhir, Saudara tahu dunia ini sedang tidak bersahabat, mendung menggantung, anginnya kencang, panas terik, kadang-kadang hujan dan badai. Apa itu? Harga minyak setinggi langit, harga pangan ikut naik, keuangan gonjang-ganjing, mungkin ada perlambatan ekonomi dunia, dampaknya sudah kita rasakan, berat. Tetapi saya berpesan, jangan kecil hati, tetaplah kita optimis, tetaplah kita berpikir positif, tetap kita tegar sambil mencari solusi untuk mengatasi ini.

Pemerintah sekarang terus mencari solusi, sangat serius bekerja siang dan malam, agar masalah itu bisa kita atasi. Kalau ada dampak-dampaknya tidak terlalu membebani kehidupan mayarakat kita. Kami mencari solusi bagaimana mengamankan APBN, bagaimana mencegah terus meningkatnya harga pangan, mengamankan bagaimana energi ini bagus, sambil meminta penghematan seluruh dari masyarakat luas atas energi ini. Kami terus menjalankan tugas untuk kepentingan semua, saya minta dukungan, saya minta pengertian, agar semua yang kita laksanakan ini dapat kita laksanakan dengan baik.

Dan kalau ini musibah katakanlah, krisis pangan, krisis minyak, mari kita jadikan berkah dengan Ridho Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Kalau untuk krisis, mari kita jadikan peluang. Caranya? Harga pangan setinggi langit naik, mari kita tingkatkan produksi pangan, bisa kita? Insya Allah bisa. Beras sudah aman, mari kita bikin aman yang lain, kedelai, jagung, tebu, daging sapi, dan lain-lain. Minyak kalau kita berboros-boros, mari kita bikin hemat. Kemudian kita kembangkan sumber-sumber energi lain yang sumber dayanya di negeri kita kaya, kita jadikan peluang.

Hanya dengan cara itu, insya Allah ini bukan musibah, tapi bagi bangsa Indonesia adalah berkah. Marilah kita akhiri dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa, semoga bangsa kita diberikan bimbingan, diberikan tuntunan, diberikan jalan untuk mengatasi masalah ini, untuk membangun hari esok yang lebih baik.

Demikian Saudara-saudara. Selamat berjuang, selamat bertugas. Tuhan beserta kita.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.



Biro Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan,
Sekretariat Negara RI