Tingkatkan Kesadaran Keamanan Informasi, Kemensetneg Gelar Launching Modul dan Webinar

 
bagikan berita ke :

Kamis, 18 Juli 2024
Di baca 487 kali

Melanjutkan rangkaian webinar series, Biro Informasi, Data, dan Teknologi (Infodatek), Sekretariat Kementerian bersama dengan Biro Data dan Informasi, Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden (Setwantimpres) menyelenggarakan Launching Modul Pembelajaran Kesadaran dan Keamanan Informasi serta Webinar Digital Security: Pemilihan Teknologi yang Tepat untuk Keamanan Siber di Lingkup Pemerintah, Kamis (18/7).

Dilaksanakan secara hybrid dari Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Kementerian Sekretariat Negara (PPKASN Kemensetneg), kegiatan bertujuan meningkatkan kesadaran keamanan informasi di lingkungan Sekretariat Lembaga Kepresidenan.

Kesadaran keamanan informasi adalah kemampuan individu atau organisasi untuk memahami dan mengenali risiko keamanan informasi serta melakukan tindakan untuk mengurangi risiko tersebut. Dengan adanya modul berupa materi pembelajaran elektronik, diharapkan dapat menjaga sistem keamanan data dan informasi di lingkungan Lembaga Kepresidenan secara bersama-sama.

Selain mengapresiasi terbitnya modul pembelajaran berbasis video tentang kesadaran keamanan informasi, Kepala Biro Infodatek, Irma Dwi Santi juga menyampaikan, "Dari sesi webinar ini, diharapkan kita semua akan mendapat pencerahan terkait pemilihan teknologi yang aman untuk digunakan dalam mendukung tugas sehari-hari".
 
Sebagai narasumber pertama, Co-Founder Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), M. Novel Ariyadi menjelaskan langkah-langkah pemilihan teknologi yang tepat menghadapi ransomware yang merupakan jenis malware yang menyerang dan menginfeksi komputer. Serangan itu akan mengenkripsi data penggunanya dengan membuat kode rahasia unik yang hanya diketahui oleh pembuat serangan (hacker).

Terkait pemilihan teknologi yang tepat, harus dipahami seperti apa ancaman ransomware yang dihadapi guna merumuskan masalah dan teknologi yang akan digunakan. Di samping itu, Novel menerangkan ada tiga agenda yang harus dilakukan yaitu memahami dampak dari ransomware, memahami ransomware itu sendiri, dan memitigasi risiko bagi ransomware tersebut.

Ukuran ekonomi kejahatan siber adalah setara dengan kekuatan ketiga ekonomi dunia. "Itu maknanya adalah akan banyak terjadi kekacauan dan kehancuran di berbagai sektor kehidupan," kata Novel melanjutkan pemaparan.

Sementara, Pratama Persadha selaku Chairman Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) memaparkan tentang pemilihan teknologi yang tepat untuk keamanan siber di lingkup pemerintahan. Ia menjelaskan bahwa seiring dengan mendigitalisasi banyak aspek maka bahaya yang mengiringi juga semakin besar, termasuk kesiapan individu/organisasi akan risikonya.

"Menurut saya, yang juga penting adalah leadernya. Jadi, kalau bicara masalah cyber security kita harus memiliki leader yang aware. Semoga dengan adanya modul pembelajaran security awareness dari Kemensetneg, banyak pimpinan kita yang mau belajar sehingga mengerti apa yang dihadapi terkait ancaman cyber security," ucap Pratama.

Sebagai narasumber ketiga, Chief of Superfuturekompany, Nizar Kader Kaffoor menyampaikan bagaimana menjaga dan melindungi data supaya aman. Nizar mengenalkan tentang polymorphic encryption (enkripsi polimorfik) yang merupakan cara cerdas untuk menjaga keamanan data tanpa mempersulit penggunanya.  

Dari pemaparan tiga narasumber, pejabat/pegawai di lingkungan Kemensetneg yang mengikuti kegiatan diharapkan turut mengantisipasi kejahatan siber dengan membangun security culture atau budaya berhati-hati. Sebagai pengguna teknologi harus pula memahami pentingnya keamanan siber, perkembangan teknologi keamanan, dan melakukan inisiatif langkah-langkah pengamanan. (DEW/YLI-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0