Wisata Budaya Lewat Lukisan Bersejarah

 
bagikan berita ke :

Rabu, 02 Agustus 2017
Di baca 1590 kali

Sosok Nyai Roro Kidul pada lukisan tersebut menggunakan figur perempuan Jawa, berdasarkan imajinasi Basoeki. Pantai Parangkusumo pun dijadikan latar dalam lukisannya. Lukisan yang berjudul “Njai Roro Kidul” itu masih tersimpan hingga kini bersama sekitar 2.700 lukisan lainnya di Istana Kepresidenan.

 

Namun, seperti yang kita ketahui, Istana Kepresidenan merupakan tempat yang tidak bisa diakses oleh masyarakat umum, sehingga lukisan-lukisan tersebut tidak bisa dinikmati secara bebas. Padahal, dengan total koleksi 16.000 karya seni, Istana Kepresidenan bisa berperan dalam meningkatkan minat masyarakat Indonesia di bidang seni dan kebudayaan.

 

Untuk itu, pada perayaan kemerdekaan 2016 lalu, pemerintah akhirnya mengadakan pameran beberapa lukisan koleksi Istana Kepresidenan. Pameran tersebut memamerkan 28 lukisan dari 21 pelukis nasional maupun internasional.

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pameran tersebut diadakan agar masyarakat dapat ikut menikmati lukisan-lukisan koleksi Istana.

 

“Untuk mengakseskan apa yang ada di dalamnya, terutama lukisannya dan karya-karya lainnya, diadakanlah pameran  lukisan ini sejak tahun lalu,” ujarnya dalam konferensi pers bersama di Galeri Nasional pada Senin (31/07/2017).

 

Pada perayaan kemerdekaan tahun ini, pameran tersebut kembali diadakan pada 2-30 Agustus 2017 dan bertempat di Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Kali ini, lukisan yang dipamerkan pun lebih banyak dari tahun lalu. Pameran yang bertajuk “Senandung Ibu Pertiwi” itu memamerkan 48 lukisan dari 41 pelukis nasional dan internasional yang dibuat pada abad ke-19 dan abad ke-20.

 

“Kalau tahun lalu, jumlah lukisannya 28, pelukisnya 21. Tahun ini hampir sama angkanya. Jumlah lukisannya 48, pelukisnya 41,” kata Arief.

 

Empat Kategori

 

Arief mengatakan, 48 lukisan tersebut terbagi dalam empat kategori, yaitu keberagaman alam, dinamika keseharian, tradisi dan identitas, dan mitologi dan religi.

 

“Keragaman alam ini, yang hampir 100 persen pariwisata, itu 12 lukisan. Dinamika keseharian 11 lukisan. Tradisi dan identitas 15 lukisan. Yang terakhir mitologi dan religi 10 lukisan,” jelasnya.

 

Kategori keberagaman alam dimaksudkan sebagai bagian dari daya tarik Kepulauan Nusantara yang saat ini menjadi keunggulan wisata dunia. Dinamika keseharian menggambarkan kehidupan sehari-hari dari kalangan masyarakat petani, nelayan, dan para pedagang. Pemandangan umum pada masanya, namun masih berjejak hingga kini.

 

Sementara kategori tradisi dan identitas ditampilkan karena Istana Kepresidenan memiliki lebih dari 50 lukisan bertema kebaya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kebaya menjadi tradisi dan identitas berbusana di Indonesia.

 

Yang terakhir yaitu mitologi dan religi, untuk menunjukkan bahwa masyarakat dari berbagai pelosok Kepulauan Nusantara kaya akan nilai-nilai mitologinya. Lukisan ikonik “Njai Roro Kidul” oleh Basoeki Abdullah merupakan salah satu lukisan yang dipamerkan dalam kategori ini.

 

Koleksi Bung Karno

 

Lukisan-lukisan yang dipamerkan dalam empat kategori tersebut sebagian besar merupakan koleksi di era pemerintahan Soekarno dan memiliki nilai sejarah yang tinggi.

 

“Di situ juga, rekan-rekan kurator, mohon diperhatikan, kita juga mengadakan koleksi Bung Karno,” Arief menekankan.

 

Selain lukisan-lukisan tersebut, lukisan karya maestro seni lukis asal Rusia, Konstantin Yegorovich Makovsky, juga akan dipamerkan dalam bentuk sinar LED. Lukisan tersebut merupakan salah satu karya yang pernah dikonservasi pemerintah pada 2004 lalu.

 

Tidak hanya lukisan, pameran lukisan tahun ini juga akan menampilkan arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan materi pameran dan pemeliharaan koleksi istana pada ruang khusus.

 

Arief juga menginformasikan, Istana Kepresidenan dicanangkan akan dikembalikan sebagai suatu tempat yang disebut “The Ultimate Showcase of Indonesian Culture”.  Hal tersebut merupakan salah satu hasil keputusan rapat koordinasi pada 2015 lalu. Pengadaan pameran ini pun menjadi salah satu sarana untuk mewujudkannya.

 

“Menjadi satu tempat budaya paling hebat di Indonesia. Tahun lalu luar biasa antusiasme orang. Tahun ini mudah-mudahan lebih dari tahun lalu,” imbuh Arief.

 

Rangkaian Kegiatan Pameran

 

Pameran tersebut tidak hanya diadakan di Jakarta. Arief mengatakan, Kementerian Pariwisata juga memperkuat pameran seni dan kebudayaan tersebut dengan mengadakan kegiatan-kegiatan serupa dalam skala nasional. Lukisan-lukisan tersebut akan ditampilkan juga di beberapa kota besar lainnya dalam bentuk sinar LED.

 

“Tapi lukisannya sama, lukisan istana, koleksinya Bung Karno, tapi dalam bentuk LED. Di Bali nanti di Taman Nusa, 11 sampai 18 Agustus,” kata Arief.

 

Pameran dalam bentuk LED juga akan diadakan di Jember pada Jember Fashion Carnival pada 12 Agustus 2017. Yang terakhir, yaitu di Solo, akan ditampilkan juga pada Pasar Rakyat Merdeka yang diadakan pada 19-21 Agustus 2017.

 

Namun, Arief menambahkan, pameran yang diadakan di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, merupakan yang utama karena akan ada tur pameran oleh para kurator.

 

“Ada para kurator nanti, tur pameran oleh para kurator, setiap hari Sabtu dan Minggu, tanggal 2 sampai 30 Agustus,” imbuhnya.

 

Rangkaian kegiatan pameran lukisan tersebut memiliki tiga tujuan utama. Pertama, yaitu mengajak masyarakat untuk menikmati karya seniman masa lalu. Kedua, untuk menunjukkan eksistensi karya unggulan seniman ke komunitas internasional, dan yang ketiga, sebagai wujud komitmen Kementerian Sekretariat Negara dalam memelihara karya seni unggulan masa lalu.

 

Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, mengatakan, pameran lukisan juga memiliki tujuan agar Istana Kepresidenan memberikan keterbukaan kepada masyarakat melalui koleksi-koleksi karya seninya.

 

“Harapan dari kami semua, para Menteri, agar masyarakatnya antusias untuk melihat ini. Nanti ada kegiatan juga, di mana kaum disabilitas akan melakukan kegiatan melukis dan juga ada kegiatan-kegiatan melukis lainnya,” ujarnya di kesempatan yang sama.

 

Rangkaian kegiatan tersebut meliputi workshop melukis bersama Komunitas Difabel pada 10 Agustus 2017, Diskusi Para Pakar dengan tema “Menjaga Ibu Pertiwi” pada 19 Agustus 2017, Lomba Lukis Kolektif Tingkat Nasional pada 26 Agustus 2017, dan workshop menjadi Apresiator se-Jabodetabek pada 29 Agustus 2017. (ANM-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0