Harapkan Peran Ulama Dalam Mencari Solusi Atasi Musibah

 
bagikan berita ke :

Jumat, 29 Januari 2021
Di baca 989 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Adanya pandemi Covid-19 dan musibah lain yang menimpa berbagai daerah di Indonesia akhir-akhir ini perlu diselidiki penyebabnya dan dicarikan solusi untuk mengatasinya. Salah satu yang dituntut untuk dapat mengambil peran dalam mencari solusi atas permasalahan tersebut adalah para ulama. Karena para ulama adalah pemegang mandat dari ajaran Islam sebagai agama perbaikan.

 

“Ini tugas kita, jadi tidak boleh kita hanya menggerutu, kita hanya menyalahkan orang, tetapi sebaiknya kita mencari solusi-solusi, makharij-makharij, yang bisa kita berikan di dalam rangka menyelamatkan, mengembalikan situasi kepada keadaan yang semula,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada acara Muhasabah dan Istigatsah Untuk Negeri melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Kamis (28/01/2020).

 

Pada acara yang diselenggarakan secara virtual dan disiarkan langsung dari Masjid Istiqlal Jakarta ini, Wapres menjelaskan bahwa Allah SWT telah membuat aturan-aturan dalam tata kehidupan, yang pertama adalah tata aturan alam.

 

“Aturan alam ini menyangkut masalah berbagai hal yang menjadi karakteristik dari keadaan alam, bumi, langit dan semuanya itu ada tata aturan yang sudah diberikan Allah SWT dan itu tentu untuk manusia semua, untuk kemaslahatan manusia. Tapi di sana ada hukum-hukum alam yang oleh Allah telah diberikan sejak diciptakan-Nya,” jelasnya.

 

Tata aturan yang sifatnya baku ini, menurut Wapres, tidak boleh dilanggar. Sebab, apabila dilanggar akan menimbulkan kerusakan baik kerusakan fisik maupun kerusakan non fisik.

 

“Kalau hal-hal yang sifatnya tata surya, tata aturan di dalam bumi itu dilanggar akan terjadi kerusakan. Yang terjadi misalnya di Sulawesi, ada dua hal (penyebabnya) menurut para ahli. Yang pertama adalah karena rusaknya lingkungan, yang kedua terjadinya iklim global yang memang sudah menjadi tidak menentu, membawa malapetaka. Ini juga berarti tata nilai (nizhamul kauni-nya) sudah terganggu, karena orang mengeksploitasi, mengambil kemudian menggunakan dunia ini dengan tidak menjaga tata nilainya,” jelasnya.

 

Yang kedua, kata Wapres, tata aturan berupa hubungan (muamalah) manusia dengan manusia dan juga dengan alam.

 

“Kalau ini juga tidak dilaksanakan, ini juga akan terjadi kerusakan-kerusakan yang menimbulkan keadaan baik terjadinya kedzaliman terhadap sesama manusia maupun juga dalam hubungannya dengan alam semesta, dengan lingkungan, sehingga terjadi berbagai kerusakan. Jadi kerusakan-kerusakan itu terjadi karena ulah manusia,” imbuhnya.

 

Oleh karena itu, Wapres mengajak para ulama dan juga umat untuk memohon kepada Allah SWT supaya diberikan kemampuan untuk mendapatkan solusi atas berbagai musibah tersebut.

 

“Mintalah kepada Allah pertolongan dan jangan lemah. Yang kita mintakan adalah inayah. Jadi tepat sekali kalau kita melakukan istighatsah. Tetapi pendekatan kepada Allah tidak hanya seremonial (atau) formalitas, tetapi kita juga terus melaksanakan tata aturan yang sudah ada,” urainya.

 

Adapun untuk mencari tata nilai dan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, kata Wapres, dapat dilakukan melalui riset, penelitian, dan juga inovasi. Sedangkan untuk bisa mencari petunjuk bagaimana mengatasi persoalan yaitu dengan meminta inayah kepada Allah SWT agar diberikan ilmunya, dengan cara berdo’a dan meninggalkan maksiat.

 

“Sebab ilmu hakiki itu tidak bisa didapatkan dengan penelitian, dengan riset, tetapi dengan meninggalkan maksiat-maksiat,” tegasnya.

 

Dengan demikian, Wapres menyimpulkan, selain upaya melalui do’a, dzikir, istighatsah dalam menghadapi berbagai cobaan, khususnya pandemi Covid-19, juga harus dibarengi dengan upaya mencari tata nilai (nizhamul kauni) melalui penelitian, riset, analisa secara ilmiah. Menurutnya, melaksanakan protokol kesehatan, melakukan vaksinasi, menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah contoh tata nilai yang didapatkan melalui penelitian ilmiah yang harus dilaksanakan dalam rangka menjaga diri, di samping juga menyempurnakan ikhtiar dengan memohon inayah untuk memperoleh perlindungan dari Allah SWT.

 

“Dan ini juga bagi para ulama dalam rangka islahun ummah, memperbaiki keadaan bangsa dari pada berbagai musibah dan fitnah yang terjadi,” pungkasnya.

 

Sebelumnya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia K.H. Miftachul Akhyar mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang mendapatkan peringatan dan ujian dari Allah SWT.

 

“Tampaknya hal-hal yang menyangkut moral, akhlak anak bangsa ini di antara yang menjadi penyebab turunnya sebuah peringatan dari Allah SWT. Tentu kami tidak menafikan bahwa arti daripada musibah ini khususnya Covid-19 juga merupakan sebuah ujian bagi hamba-hamba yang taat pada Allah SWT,” ungkapnya.

 

Untuk itu, pada kesempatan ini, Kiai Miftach mengajak kepada segenap bangsa Indonesia khususnya generasi muda untuk bersama-sama memperbaiki moral dan akhlak sebagai upaya mengatasi segala persoalan bangsa.

 

“Akhlak yang baik merupakan suatu asas berdiri tegaknya sebuah bangsa. Baik di segala tempat, zaman, negara, peradaban, semua tergantung bagaimana tegak berdirinya moral dan akhlak yang karimah ini. Sudah banyak negara-negara yang kuat pada zaman dahulu runtuh karena moral dan akhlaknya (yang buruk),” ungkapnya.

 

Manakala moral dan akhlak rusak, lanjut Kiai Miftach, maka akibatnya keberdayaan, peradaban, kekuatan sebuah negara juga akan runtuh.

 

“Sebuah penyakit yang menggerogoti kekuatan bangsa yang akhirnya sulit dia bisa exist untuk berhadapan dengan bangsa-bangsa yang lain karena menurunnya moralitas dan akhlak,” tegasnya mengingatkan.

 

Tampak hadir dalam acara ini Imam Besar Masjid Istiqlal K.H. Nasaruddin Umar dan segenap Pengurus Pusat dan Daerah Majelis Ulama Indonesia. (EP-BPMI Setwapres)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
1           3           0           0           0