Jaga Persaudaraan Dunia, Kebebasan Berekspresi Harus Hormati Nilai dan Simbol Agama

 
bagikan berita ke :

Jumat, 06 November 2020
Di baca 737 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Kebebasan berekspresi merupakan hak seluruh warga negara dunia dan merupakan bagian dari demokrasi. Namun, kebebasan berekspresi khususnya dalam hubungan antar agama, hendaknya tidak mencederai kehormatan dan kesucian nilai-nilai dan simbol agama. Sebab, hal tersebut dapat mengganggu hak asasi manusia secara global. Untuk itu, kebebasan berekspresi harus dibangun dalam semangat menjaga persaudaraan dunia.

 

“Seperti yang dikatakan oleh Presiden [Joko Widodo] bahwa berekspresi itu tidak boleh mencederai kehormatan dan kesucian nilai-nilai dan simbol agama ya. Karena itu sekali lagi hal seperti itu tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan. Kita berharap bahwa kebebasan ini perlu dibingkai dalam spirit dan menjaga persaudaraan dunia,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin dalam wawancara virtual dengan Majalah Gatra di kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro No.2, Jakarta, Rabu (4/11/2020).

 

Pernyataan Wapres tersebut terkait dengan ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebutkan Islam dalam kondisi krisis dan dikaitkan dengan terorisme. Ia menegaskan, apa yang diucapkan Macron tidak dapat dibenarkan dan telah mencederai hak asasi dan simbol agama umat Islam di seluruh dunia.

 

“Pernyataan [Macron] tidak bisa dibenarkan, sebab tidak ada satu agama pun yang tentu mentolerir terorisme. Karena itu, agama adalah agama, terorisme adalah terorisme. Ya, jadi sebenarnya itu, hal yang itu juga bisa menimbulkan kemarahan dari banyak pihak,” ungkap Wapres.

 

Untuk itu, lanjutnya, sebagai negara dengan penduduk muslim di dunia, Indonesia pun mengecam tindakan Macron melalui pernyataan resmi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo.

 

“Pernyataan itu dibuat setelah Presiden yang didampingi saya Wakil Presiden, juga ada Menko Polhukam (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan), ada juga Mensesneg (Menteri Sekretaris Negara), dan bersama dengan majelis-majelis agama dan ormas (organisasi masyarakat) Islam. Jadi ada 6 majelis agama, tambah 2 organisasi Islam besar, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, jadi 8,” terang Wapres.

 

Lebih jauh Wapres mengungkapkan, pemerintah dan ormas-ormas keagamaan memiliki prinsip yang sama sesuai dengan konstitusi dalam membangun relasi komunikasi yang baik sehingga relasi persaudaraan umat beragama di dunia ini tidak tercederai.

 

“Di konstitusi kita itu kan kebebasan itu dibatasi oleh nilai-nilai agama, oleh norma-norma, oleh undang-undang. Jadi nggak boleh sama sekali tanpa batas itu. Inilah yang kemudian kita ingin terus komunikasikan secara global supaya kebebasan itu tidak menodai, mencederai kebebasan orang lain, hak asasi orang lain,” jelasnya.

 

Wapres pun berharap agar sistem moderasi beragama yang dilakukan di Indonesia dapat disosialisasikan di tingkat global. Sebab, sistem ini terbukti telah mampu menjaga keharmonisan beragama di Indonesia walaupun kebebasan berekspresi tetap dilakukan.

 

“Ini yang sebenarnya kita mempunyai modal bagaimana moderasi yang kita terapkan di Indonesia, sehingga ini kemudian membangun adanya harmoni atau adanya toleransi adanya hubungan yang baik antar umat beragama di Indonesia ini. Dan ini kita pemerintah bersama-sama dengan tokoh-tokoh agama berhasil membangun moderasi ini. Nah, kita ingin juga nanti moderasi juga dibangun di seluruh dunia,” harap Wapres.

 

Menutup wawancara, Wapres berpesan agar di masa yang akan datang, diplomasi dan diskusi untuk memperkuat persaudaraan antar bangsa dapat dikedepankan sehingga harmonisasi serta toleransi kehidupan berbangsa dan bernegara dapat tercapai. Diskusi tersebut dapat dilakukan melalui jalur diplomasi kenegaraan (government to government), diskusi antar individu (people to people) maupun diskusi antar tokoh-tokoh agama.

 

“Kita berharaplah Prancis bisa menemukan apa ya, formula yang tepat dalam mengelola kehidupan beragama di sana. Mudah-mudahan bisa ditemukan titik-titik keseimbangan antara nilai-nilai lama yang ada di Prancis, yang dianut selama ini dan juga ada dinamika baru, terutama populasi muslim di Prancis,” pungkas Wapres. (OYP/NN/SK-KIP, Setwapres)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0