Meneladan Syekh Nawawi Al-Bantani, Wapres Tekankan Tentang Hidup Proporsional

 
bagikan berita ke :

Jumat, 19 Mei 2023
Di baca 1603 kali

Haul Syekh Nawawi Al-Bantani ke-130 diperingati di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara Banten, Jumat malam (19/05/2023). Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan tokoh ulama yang berjasa pada penyebaran agama Islam di tanah air. Pada peringatan haul tersebut, Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin menggarisbawahi pandangan-pandangan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam berbagai persoalan kehidupan, utamanya untuk menjadi pedoman masyarakat agar hidup secara proporsional berada di bawah naungan Sang Pencipta.

 

Syekh Nawawi dikenal melalui salah satu pandangannya tentang bolehnya umat Islam mencari dunianya (rizkinya) bahkan sebanyak-banyaknya, selama tidak melalaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah SWT.

 

“Orang yang cinta dunia dalam arti proporsional, wajar saja, tidak berlebihan, dengan tetap menjaga kewajiban-kewajibannya pada Allah, itu bagian daripada watak manusia (manusiawi),” ungkap Wapres.

 

Bahkan dalam konteks mencari rezeki tersebut, jika kita melakukannya sesuai dengan ketentuan syariah dan tidak melalaikan kewajiban, maka termasuk dalam kategori berjuang di jalan Allah.

 

“Kalau kita mencari rezeki yang halal, tetap menjaga hal-hal yang menjadi kewajiban kita, itu adalah jihadul akbar,” ujarnya.

 

Adapun terkait hadis yang menyebutkan bahwa “siapa mencintai dunianya maka membahayakan akhiratnya”, Syekh Nawawi pun menerangkan bahwa hadis tersebut merujuk pada orang yang mencari dunia dengan mengerjakan hal-hal yang dilarang agama sehingga ia kehilangan akhiratnya.

 

“Jadi, Beliau (Syekh Nawawi) mengatakan bahwa yang tidak boleh itu kalau kita mencari rizki tidak sesuai syariah. Karena kalau tidak sesuai syariah itu berarti tidak ada [tidak bernilai],” papar Wapres.

 

Menurut Wapres, khususnya dalam menjemput rezeki, seseorang diminta untuk mampu berusaha terhadap pekerjaannya dan tidak lalai dalam menjalankannya. Sebab, apabila lalai dalam menjalankannya, hal tersebut menunjukkan mata hati yang sudah hilang.

 

“Usaha kamu terhadap sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah [rezeki], dan kamu lalai terhadap apa yang diminta oleh Allah [amal], itu menunjukkan hilangnya mata hati daripada kamu,” jelas Wapres.

 

Wapres juga menyebutkan bahwa seseorang yang terlalu mencintai sikap yang terlalu berpihak pada hal-hal duniawi yang merugikan merupakan biang daripada berbagai kesalahan.

 

“Cinta dunia yang membawa kepada melanggar, yaitu perintah-perintah Allah, menyia-nyiakan perintah Allah, dan mengerjakan apa yang dilarang oleh Allah. Kewajiban yang banyak diabaikan, itu yang menyebabkan hilang akhiratnya, yang menyebabkan sumber daripada kesalahan,” tegasnya.

 

Lebih jauh pada kesempatan ini, Wapres menuturkan tentang keluasan cara berpikir Syekh Nawawi dalam menafsiri ayat khudzu hidrakum (bersiap siagalah kamu) tidak hanya dalam konteks menjaga diri dari musuh dalam perang, tetapi juga dari semua bahaya yang diduga akan datang, seperti wabah penyakit.

 

“Semua bahaya yang akan datang kita harus antisipasi. Dari cara berpikir ini maka berobat itu dan menjaga diri dari wabah penyakit itu wajib. Artinya, menjaga diri dari wabah penyakit, termasuk wabah Covid-19 melalui protokol kesehatan, vaksinasi, itu berarti wajib kata Syekh Nawawi Al-Bantani,” terang Wapres.

 

Mengakhiri sambutannya, Wapres menekankan pentingnya untuk memberikan perhatian penuh kepada kewajiban manusia dalam berkehidupan, seperti menjaga harta, mendidik anak, dan menjalani pekerjaan dengan sepenuh hati dan tidak lalai.

 

“Jangan sampai melalaikan kewajiban kita, harta kita, anak kita, kerjaan kita,” pungkasnya.

 

Sebagai informasi, Syekh Nawawi Al-Bantani lahir di Kampung Tanara, Desa Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa (sekarang Kecamatan Tanara), Kabupaten Serang, Banten pada tahun 1230 Hijriyah atau 1815 Masehi, dengan nama Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi Al-Bantani.

 

Sebagai seorang ulama dan intelektual bertaraf internasional, Syekh Nawawi yang juga imam Masjidil Haram tersebut, sangat produktif dalam menulis kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Salah satu karya Syekh Nawawi yang paling terkenal adalah Kitab Tafsir Marah Labid sebagai satu-satunya Kitab tafsir berbahasa Arab yang ditulis oleh orang Indonesia.

 

Hingga kini Syekh Nawawi disebut sebagai guru dari para guru ulama nusantara yang telah melahirkan para ulama besar, seperti K.H. Kholil Bangkalan, K.H. Asnawi Kudus, K.H. Tubagus Bakri, dan K.H. Arsyad Thawil Banten, K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama), serta Sulaiman Ar-Rasuli (Pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah).

 

Hadir pada kesempatan Haul tersebut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Pj. Gubernur Banten Al Muktabar.

 

Sementara, Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Velix Wanggai, Deputi Bidang Kebijakan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Guntur Iman Nefianto, Deputi Bidang Administrasi Sapto Harjono Wahjoe Sedjati; Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi, Masykuri Abdillah, Robikin Emhas, Zumrotul Mukaffa, dan Arif Rahmansyah Marbun; serta Tim Ahli Wapres Farhat Brachma dan Iggi Haruman Achsien. (DAS/RJP – BPMI Setwapres)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
2           0           1           1           2