Peran Penting Ulama Memelihara Semangat Kebersamaan dan Kedamaian

 
bagikan berita ke :

Selasa, 04 April 2017
Di baca 1096 kali

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo mengapresiasi peran dan bimbingan para ulama dalam menyejukkan suasana di setiap daerah. Hal ini dilakukan guna memelihara semangat kebersamaan dan kedamaian antarmasyarakat di Tanah Air.

 

"Kami sangat menghargai peran dan seluruh usaha para ulama dalam membina umat Islam, dalam mengawal umat Islam," ujar Presiden Joko Widodo mengawali pembicaraan.

 

Oleh karena itu, Kepala Negara berpesan kepada para ulama untuk terus mendukung pemerintah dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

 

"Pemerintah ingin sekali lagi menitipkan kepada para ulama agar kesejukan dalam mendinginkan situasi kota, daerah, maupun negara kita ini terus kita jaga bersama-sama antara ulama dan umaro sehingga negara kita selalu dalam keadaan damai," ungkapnya.

 

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan kondisi perekonomian Indonesia yang pada tahun 2016 lalu berhasil mencapai posisi pertumbuhan 5,02 persen. Sedangkan untuk pengendalian harga, Indonesia berhasil menjaga inflasi pada posisi 3,02 persen setelah sebelumnya pada posisi sembilan sampai delapan persen. Tak lupa, Presiden Joko Widodo mengucapkan syukur atas membaiknya kondisi perekonomian Indonesia.

 

"Kalau kita bandingkan dengan negara yang lain dengan negara-negara G20 misalnya negara-negara besar kita hanya kalah dengan India dan China. Indonesia berada pada posisi nomor 3, Alhamdulillah," ucap Presiden.

 

Namun demikian, masih ada sejumlah masalah yang harus diselesaikan pemerintah, salah satunya adalah masalah ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Bahkan masalah tersebut merupakan masalah terberat yang dihadapi pemerintah, mengingat banyak masyarakat yang merasa belum menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut. Hal tersebut sesuai dengan rilis Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.

 

"Memang pertanyaannya sekarang yang banyak kami dengarkan dari kampung, dari desa, dari daerah, lima persen itu yang mendapatkan siapa Pak Presiden? Siapa yang mendapatkan? Apakah kita? Apakah kami? Inilah yang perlu kami jawab dengan kebijakan dan program yang akan dilakukan oleh pemerintah," kata Presiden.

 

Menambahkan usai pertemuan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa pertemuan tersebut juga digelar Presiden guna bertukar pikiran dengan para ulama terkait kehidupan umat.

 

"Bapak Presiden mengundang para ulama dalam rangka ingin mendengar langsung apa saja yang menjadi harapan-harapan, keinginan-keinginan, aspirasi yang berkembang, terkait dengan kehidupan keumatan selama ini," ujar Lukman.

 

Salah satu harapan ulama adalah penyelesaian segala persoalan bangsa dengan hukum yang adil dan haq. Para ulama berharap agar pemerintah menyelesaikan segala persoalan bangsa dengan seadil-adilnya.

 

"Kami menginginkan kepada Bapak Presiden berharap segala persoalan bangsa ini diselesaikan dengan yang haq, dengan yang adil seadil-adilnya. Kami sampaikan, alhamdulillah tanggapan beliau baik," ungkap K.H. Syukron Makmun dari Pondok Pesantren Darurohman, Jakarta.

 

Dalam pertemuan tersebut, K.H Syukron juga menyampaikan usulannya kepada Presiden untuk menggelar pertemuan antar agama untuk menyatukan suara antar pemuka agama sehingga kemudian bisa disampaikan kepada umatnya.

 

“Dalam negara yang pluralistik kami ingin kedamaian yang kekal, kedamaian yang sebenarnya bukan yang sifatnya abu-abu, oleh sebab itu kami harapkan kepada bapak presiden untuk membuat pertemuan antartokoh umat agama untuk mengatakan kata sepakat,” ujarnya.

 

"Mudah-mudahan silaturahmi berlanjut tidak hanya sekarang saja," ucap K.H. Syukron Makmun.

 

Adapun para ulama yang hadir dalam pertemuan ini yakni:

   1.   KH Irfan Wahid, pimpinan Pondeok Pesantren Tebu Ireng dan juga merupakan putra KH Sholadudin Wahid.

   2.   KH Sanusi Baco, Rais Syuriah NU Sulawesi Selatan

   3.   Dr. Hardadi, cendekiawan Islam

   4.   KH Syukorn Makmun, pimpinan Pondok Pesantren Darurohman, Jakarta.

   5.   KH Drs Ahmad Musthofa, pimpinan Pondok PesantrenModern Pabelan, Magelang.

   6.   KH Abdullah Zaidi, pimpinan Pondok Pesantren Al Irsyad, Jakarta

   7.   KH Muhtadi Dimyati, pimpinan Pondok Pesantren Cidahu Pandeglang, Banten.

   8.   Prof. Dr. Maman Abdurrahman, Ketua MAJ dan Penasehat Persatuan Islam (Persis)

   9.   Dr. KH Jeje Jaenudin, Wakil Ketua Umum Persatuan Islam

 10.   Ust. Ahmad Parlaungan Tanjung, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta.

 11.   Dr. Rahman Sabon Nama, cendekiawan Islam.

 12.   Dr. Yusnar Yusuf Rangkuti, Ketua Umum al Wasliah.

 13.   KH Ahmad Sadeli Karim, Ketua Umum Mathla'ul Anwar, Banten.

 14.   Hk Siti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, Ketua Umum Nadhatul Wathan, Mataram.

 15.   Dr. Ir. Lukmanul Hakim, Ketua Umum Al Ittihadiyah.

 16.   KH Sholeh Hasan, pimpinan Pondok Pesantren KhoriatulUmah, Bandung.

 17.   KH Hasib Wahab Khasbullah, pimpinan Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang.

 18.   KH Subhan Makmun, pimpinan Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi, Brebes.

 19.   KH Jazuli Kasmani, pimpinan Pondok Pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti, Klaten.

 20.   KH Aris Ni'matullah, pimpinan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. (Humas Kemensetneg)

 

 

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0