Permudah Akses Permodalan Masyarakat, Pemerintah Terus Perbanyak BWM

 
bagikan berita ke :

Kamis, 24 Maret 2022
Di baca 1708 kali

Salah satu hambatan klasik masyarakat khususnya masyarakat kecil saat ingin membangun usaha adalah sulitnya memperoleh akses permodalan. Terlebih bagi mereka yang tidak bankable, karena tidak memiliki aset sebagai jaminan apabila ingin mendapatkan pinjaman modal dari bank-bank besar.

 

Untuk itulah, kehadiran Bank Wakaf Mikro (BWM) sebagai lembaga keuangan mikro syariah diharapkan menjadi angin segar bagi masyarakat yang memiliki prospek usaha tetapi sulit mendapatkan akses permodalan dari lembaga keuangan formal.

 

“Nah ini untuk mengungkit mereka supaya nanti bisa berhubungan dengan bank melalui BWM yang pengelolaannya di bawah OJK dan sekarang ini (jumlahnya) sudah mencapai 62 (unit),” tutur Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat memberikan keterangan pers usai meresmikan BWM Pesantren Modern Pondok Karya Pembangunan DKI Jakarta, Kamis (24/03/2022).

 

BWM ini, sambung Wapres, banyak ditempatkan di pesantren-pesantren adalah sebagai upaya mewujudkan pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat.

 

“Kenapa di pesantren? (Agar) selain menjadi tempat pendidikan agama dan pencipta ulama, juga diharapkan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, dengan memberikan bantuan baik yang menyangkut sektor keuangan maupun juga sektor riil seperti pertanian atau industri, industri kecil, dan lain sebagainya,” terangnya.

 

Sebelumnya, saat memberikan sambutan pada peresmian BWM Pesantren Modern Pondok Karya Pembangunan, Wapres menyebutkan bahwa eksistensi BWM tidak berhenti pada penyediaan modal bagi masyarakat kecil.

 

“BWM juga ditujukan untuk memberdayakan komunitas dengan pola pendampingan serta mendorong pengembangan dana sosial Islam melalui optimalisasi potensi zakat dan wakaf,” jelasnya.

 

Oleh sebab itu, Wapres meminta agar BWM dipetakan menjadi rintisan sekaligus alat ungkit untuk menumbuhkembangkan pengusaha kecil agar nantinya mampu menjadi nasabah bank syariah umum.

 

“Jadi, kita dorong dulu supaya nanti bisa berkaitan. Melalui upaya ini diharapkan akan tercipta banyak kendaraan (lembaga keuangan mikro) di industri keuangan Indonesia yang nantinya akan dapat dibarengi dengan penumpang-penumpang (nasabah/pengusaha kecil) yang berkualitas,” harapnya.

 

“Pengusaha kecil itu jangan terkena stunting, stunting itu artinya kerdil terus maka harus didorong, dikembangkan,” tegasnya.

 

Lebih jauh, Wapres berpesan bahwa untuk mengembangkan BWM terdapat dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, BWM harus dikelola dengan baik dan profesional, dipertahankan kelangsungannya, serta dikembangkan kapasitasnya.

 

“Amanah yang diberikan harus dijaga. Modal awal harus dapat dikembangkan bukan justru dihabiskan. Jadi, jangan dikasih modal, habis. Ini penting untuk menjaga kepercayaan dan nama baik pesantren, termasuk kredibilitas Pemda setempat,” pesannya.

 

Yang kedua, lanjut Wapres, ekosistem digitalisasi BWM agar terus dikembangkan.

 

“Saya mendapat laporan (adanya) sejumlah upaya sudah dilakukan, ada aplikasi BWM mobile, pengawasan dan perizinan secara online, akses informasi melalui BWM Info, serta akses pasar online melalui aplikasi BWM dan UMKM, dan juga aplikasi e-commerce lainnya. Berbagai inovasi ini harus terus didorong untuk menambah kemanfaatan bagi BWM dan para nasabahnya,” pintanya.

 

Sejalan dengan Wapres, pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan bahwa BWM merupakan bentuk kepedulian OJK kepada masyarakat agar dapat mengakses pembiayaan murah dan mudah dengan persyaratan yang tidak berbelit-belit.

 

“Dan ini bisa membantu program pemerintah dalam rangka memperluas lapangan kerja dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat,” tuturnya.

 

Adapun alasan dipilihnya bentuk lembaga keuangan syariah dan ditempatkan di pesantren, kata Wimboh, karena masyarakat di sekitar pesantren yang jumlahnya sangat banyak perlu akses keuangan yang berbasis syariah.

 

“Sekarang ini baru 62 tapi terus akan kita tingkatkan. Dengan cara demikian, masyarakat bisa pembiayaan murah, kita bina bagaimana bisa berproduksi sendiri dengan lebih baik dan penjualannya kita masukkan dalam ekosistem digital melalui e-commerce,” ujarnya.

 

Dengan demikian, menurut Wimboh, BWM berbasis pesantren tidak hanya memberikan akses permodalan usaha masyarakat tetapi juga membantu mempercepat dan memperluas penjualan hasil usahanya.

 

“Ini adalah bentuk kepedulian kita kepada masyarakat agar bisa mengakses pembiayaan dan penjualannya juga,” pungkasnya. (EP-BPMI Setwapres)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0