Sambutan Presiden RI pada Peresmian Gedung Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono

 
bagikan berita ke :

Selasa, 26 Agustus 2025
Di baca 630 kali

Di Jakarta


 


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya, 
Salam kebajikan,
Rahayu rahayu.

Yang saya hormati dan saya banggakan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia sebagai penyelenggara dan tuan rumah, Saudara Budi Gunadi Sadikin, beserta seluruh jajaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang hadir;
Para Menteri Koordinator, para Menteri, Kepala Badan, serta anggota Kabinet Merah Putih yang hadir;
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Profesor Pratikno yang saya hormati;
Menteri Keuangan, Saudari Dr. Sri Mulyani Indrawati. Belum Profesor? Belum. Ini kok saya dapat intel, beliau ulang tahun hari ini, ulang tahun ke-36. Kita harus belajar ilmunya apa ini bisa;
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Ini Profesor, Profesor Brian Yuliarto. Kadang-kadang Bryan, kadang-kadang Brian. Kalau sama orang asing, Bryan;
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Saudara Rini Widiantini;
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Saudara Laksana Tri Handoko;
Saudara Sekretaris Kabinet Republik Indonesia, Letnan Kolonel Infanteri Teddy Indra Wijaya;
Yang saya hormati Gubernur DKI Jakarta, Saudara Pramono Anung;
Para senior yang hadir, Jenderal Hendropriyono, Bapak Chairul Tanjung;
Yang Mulia Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Saudara Marc Gerritsen. Masih bisa Belanda-Belanda dikit lah;
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, Saudari dr. Adin Nurkhasanah;
Yang saya hormati dan saya banggakan para jajaran Pimpinan Institut Neurosains Nasional dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono dan seluruh tenaga medis;
Dan hadirin undangan, serta rekan-rekan pers dan media yang hadir.

Selamat sore. 

Pertama-tama,
Tentunya sebagai insan yang bertakwa marilah kita tidak hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, bagi umat Islam, Allah Swt. atas segala karunia, atas berkah dan kesehatan yang masih diberikan kepada kita sehingga kita dapat berkumpul sore hari ini untuk hadir pada acara Peresmian Gedung Layanan Terpadu dan juga Peresmian Institut Neurosains Nasional Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, di Jakarta. Rumah sakit ini bukan hanya tempat layanan tapi juga pusat pendidikan dan penelitian untuk dokter spesialis di bidang saraf dan otak.

Saya punya suatu kebanggaan khusus karena kebetulan saya sempat kenal dengan Prof. Dr. Mahar Mardjono. Saya sempat jadi pasien sebentar lah. Namanya tentara pernah kecelakaan beberapa kali, jadi sempat otak saya pun diperiksa oleh beliau. Diketok-ketok di sini dan di sana. 

Saya kenal Prof. Mahar Mardjono. Dan waktu itu, saya ingin katakan kepada generasi penerus. Prof. Mahar Mardjono waktu mudanya adalah pejuang, pejuang, ikut angkat senjata. Karena dulu fakultas kedokteran di mana-mana terdiri dari anak-anak yang paling pintar di Republik ini dan banyak di antara mereka yang akhirnya jadi pemimpin pejuang di lapangan. Angkatan ‘45 banyak sekali dokter yang mimpin bahkan yang menjadi jenderal, dokter-dokter medis, medical doctor.

Kita mengenang Jenderal Ibnu Sutowo, kita mengenang Jenderal Arie Sudewo, Rektor Airlangga, kemudian Jenderal Sjarif Thajeb, Rektor UI, kemudian Menteri Pendidikan. Mereka semua pejuang. Mahar Mardjono juga sangat terkenal dan juga beliau Rektor UI. Dan, sangat terkenal kalau mahasiswa UI nakal-nakal, demo-demo lawan pemerintah, tentara mau nangkep masuk ke kampus, yang berdiri di pintu gerbang adalah Prof. Mahar Mardjono. Begitu tentara lihat Mahar Mardjono, enggak berani masuk, saking hormatnya sama beliau. Hebatnya waktu itu, Prof. Mahar Mardjono dikenal sering kritik pemerintah, tapi at the same time beliau juga dokter pribadinya Pak Harto. Ah itulah seni ya zaman itu, bagaimana bisa berperan. Saya sebagai tokoh intelektual tapi saya sebagai dokter. Jadi, saya ingat sekali tentang ini makanya saya terkesan dan saya hari ini sangat bangga. 

Saya tadi keliling, saya melihat rumah sakit ini sekarang sudah secara fisik dan secara alat dan secara spesialis ahli-ahli, saya sudah melihat tidak kalah dengan rumah sakit-rumah sakit yang terbaik di luar negeri. Kadang-kadang bangsa Indonesia ini mungkin sisa dari enggak tahu apa, ya kita punya sifat mungkin rendah diri. Kadang-kadang tidak menghargai prestasi bangsa kita sendiri. Hari ini saya bangga dengan prestasi Saudara-saudara sekalian. 

Saya harus menyampaikan apresiasi kepada Menteri Kesehatan dan jajarannya, keberhasilan Saudara-saudara untuk membangun fasilitas kesehatan yang bertaraf internasional. Kita masih menghadapi kendala, bangsa kita sangat besar, kekurangan dokter, kekurangan spesialis, kekurangan tenaga paramedis terjadi di seluruh dunia. Kita rebutan, Eropa, Amerika, kekurangan dokter, kekurangan tenaga medis. Jadi kita harus bekerja keras. Kita harus menggunakan segala kemampuan kita untuk mencapai cita-cita kita, yaitu kesehatan yang terbaik pelayanannya untuk seluruh rakyat Indonesia, karena kesehatan dan pendidikan adalah bagian dari kesejahteraan. Dan, kesejahteraan adalah hak seluruh rakyat Indonesia termasuk yang paling miskin dan tinggal yang paling terpencil berhak mendapat pelayanan kesehatan yang terbaik. 

Dan, pendidikan dan kesehatan adalah wujud dari demokrasi yang sebenarnya. Negara yang berhasil dalam demokrasi, negara yang bisa memberi pendidikan terbaik dan pelayanan kesehatan yang terbaik. Pendidikan dan kesehatan adalah alat demokratisasi. Itu Saudara-saudara, mengapa pemerintah, siapapun yang memerintah, siapapun wajib memperjuangkan pendidikan yang terbaik dan kesehatan yang terbaik. Dan, pendidikan yang terbaik dan kesehatan yang terbaik hanya bisa diwujudkan kalau tidak ada korupsi, kalau tidak ada manipulasi, kalau tidak ada kebocoran. Setiap rupiah yang membeli alat-alat yang terbaik di dunia harus sampai ke rakyat. Dan, tidak boleh ada yang merasa di atas golongan lain.

Saya terima kasih para dokter, para spesialis, para profesor, pengabdianmu, jerih payahmu, kesetiaanmu kepada negara dan bangsa. Mungkin kalau kau diiming-iming untuk ke luar negeri, mungkin anda juga bisa dapat gaji yang jauh lebih besar, tapi Saudara-saudara terus berbakti kepada negara kita. Atas nama negara dan bangsa, saya ucapkan terima kasih kepada Saudara-saudara. 

Saya menginginkan, karena saya dapat laporan kita kekurangan 70.000 dokter spesialis, 70.000, kita harus segera mengejar itu. Hari ini, saya dapat laporan kita menghasilkan dokter umum hanya 9.000 satu tahun. Oh sudah 12.000? Dua belas ribu, satu tahun dokter umum. Dokter spesialis? Dokter spesialis 2.700. Jadi kalau kita mengharapkan mengisi 70.000 dokter spesialis, kita harus nunggu 35 tahun. Tiga puluh lima tahun baru terisi 70.000, yang sekarang sudah enggak ada. Jadi, kita harus berupaya, kita harus berupaya dengan langkah-langkah yang tidak bisa langkah normatif. Mengejar pembangunan Indonesia, mengejar kesejahteraan Indonesia, tidak bisa business as usual, tidak bisa. We have to work harder. We have to do our best, Saudara-saudara. 

Makanya saya ini sebetulnya ya ada kasihan juga sama menteri-menteri saya itu, karena di Kabinet Merah Putih itu kata mereka enggak ada hari merah di kalender kita.  We work seven days a week. Tapi, saya akan beri Saudara-saudara cukup waktu untuk istirahat. Karena yang kita butuh dari Saudara adalah leadership, management, and the best decision. Best decision berarti Saudara harus dalam keadaan segar. Apalagi kalau dokternya enggak segar, nanti operasinya enggak bagus. Jadi, dokter-dokter juga harus cukup istirahat. Saya titip sama Saudara-saudara ya, ketua rumah sakit, dokter-dokternya harus diberi cukup istirahat. 

Saudara-saudara, 
Kita harus mengejar 70.000 dokter spesialis. Saya juga target dalam empat tahun ini kita harus membangun 500 rumah sakit di setiap kabupaten yang kualitasnya sangat tinggi. Tadi dikatakan, kalau kena stroke tiga jam, kalau dapat pelayanan tiga jam, selamat, bisa aktif kembali. Lewat lima jam, terapinya lama bisa jadi beban bagi keluarga.

Jadi bagaimana caranya, Menteri Kesehatan, 500 rumah sakit berkualitas bagus harus ada di semua kabupaten di Republik Indonesia. Bisa? Harus bisa. Pertama will dulu, harus. Di hati kita kalau kita punya niat, insyaallah kita akan mencapai itu. We have the resources, we have to manage our resources. Kita, nanti kita lihat.

Saudara-saudara sekalian,
Masalah bangsa Indonesia adalah kadang-kadang tadi itu, masalah tidak percaya diri. Waktu saya canangkan Makan Bergizi [Gratis] untuk semua anak-anak kita, banyak yang tidak percaya. Banyak yang tidak percaya, banyak yang tidak setuju. Dan kalau pun setuju, mereka mengira ini akan mengambil waktu 5-10 tahun. Dan beberapa negara, membutuhkan waktu 5-10 tahun. Tapi saya kemarin punya sesuatu kebanggaan, saya bisa berdiri di depan wakil-wakil rakyat, tanggal 15 Agustus saya melaporkan, Makan Bergizi [Gratis] sekarang sudah sampai, waktu itu ke 20,4 juta penerima manfaat, waktu tanggal 15 Agustus. Tadi malam saya dapat laporan sudah melewati 21 juta. Jadi, saya monitor tiap hari, hari ini berapa, hari ini berapa, di mana ada masalah.

Jadi, Saudara-saudara, we can do it. Kita juga sudah buktikan, beliau sudah bangun 30 rumah sakit tahun ini, tahun depan 30 lagi. Di akhir tahun depan, kita akan bangun 66 rumah sakit. Dan rumah sakitnya harus di tempat yang terpencil, yang belum ada rumah sakit bagus: di Tobelo, di Anambas, Tali Abu. 

Saudara-saudara, 
Saya terima kasih. Tahun ini kita juga akan buka 148 prodi (program studi) 148 di 57 fakultas kedokteran. Dan juga, 125 prodi ini adalah untuk spesialis dan sisanya 23 adalah prodi subspesialis. Tahun ini kita tambah 148 prodi. Dan, saya ingin menambah fakultas kedokteran. Fakultas kedokteran yang sekarang harus kita tambah jumlah mahasiswa dan jumlah kelulusan, dan kita akan tambah fakultas kedokteran lagi. Target saya akan ada 30 fakultas kedokteran baru, insyaallah. Untuk mengejar tadi, 70 ribu spesialis dan dokter umum kekurangannya adalah 140 ribu. Kalau tidak ya kita tunggu 35 tahun. 

Saudara-saudara, 
Terima kasih. Hari ini saya sangat bangga rumah sakit yang sangat canggih mampu sudah operasi tumor otak, mampu juga menghadapi Alzheimer, parkinson, mengatasi stroke dan terapi, terapi untuk stroke dengan alat-alat yang paling baik. Alat-alat robot dan alat-alat AI [artificial intelligence] yang terbaik.

Sekali lagi, terima kasih. Ini bukti bahwa kita ingin kerja keras. Terima kasih, Menteri Kesehatan. Terima kasih, Menteri Keuangan yang terus mendukung. Kalau beliau enggak mendukung, enggak jadi. Terima kasih semua unsur dan juga terima kasih pihak luar negeri. Saya dapat tadi laporan bahwa pemerintah Belanda juga membantu. Terima kasih dengan bantuan dari pemerintah Belanda atas dukungan untuk pembangunan Republik Indonesia. 

Saya kira demikian yang ingin saya sampaikan. Kita yakin bahwa rumah sakit ini, pusat penelitian ini bisa menjadi center of excellence. Saya juga sangat bangga, saya dapat laporan National Institute of Health dari Amerika Serikat juga punya perwakilan di rumah sakit ini. Mereka juga ikut dalam penelitian di sini. Jadi, ini sesuatu yang kita patut kita bangga, berarti kita mampu juga berbuat dengan tingkat dan standar yang terbaik di dunia. 

Terima kasih atas perhatian Saudara-saudara. Terima kasih atas kehormatan saya diundang hari ini bisa melihat prestasi putra-putri bangsa Indonesia.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Syalom,
Salve,
Om santi santi santi om,
Namo Buddhaya, 
Salam kebajikan,
Rahayu rahayu.

Terima kasih.