Sumber Kemajuan Tidak Lagi Bertumpu Pada SDA, tetapi SDM dan Inovasi

 
bagikan berita ke :

Selasa, 06 Juli 2021
Di baca 1927 kali

Jakarta, wapresri.go.id – Berbagai fakta menunjukkan bahwa inovasi memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan sebuah negara. Laporan Global Innovation Index (GII) 2020 memperlihatkan negara-negara dengan skor inovasi yang tinggi memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita yang lebih tinggi pula. Oleh sebab itu, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin menegaskan bahwa sumber kemajuan saat ini tidak lagi bergantung pada sumber daya alam (SDA), tetapi pada sumber daya manusia (SDM) dengan segala inovasi yang dibuatnya.

 

“Satu pelajaran penting yang perlu kita petik yaitu bahwa sumber kemajuan tidak lagi bertumpu pada sumber daya alam, tapi pada SDM dan inovasi,” tegas Wapres saat memberikan kuliah umum pada Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Tahun 2021 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Selasa (06/07/2021).

 

Lebih lanjut, Wapres mencontohkan, pada tahun 1850, kondisi Amerika Serikat sama dengan negara terbelakang saat ini di mana 70% masyarakatnya masih tinggal di daerah perdesaan, 52% konsumsinya digunakan untuk membeli makanan, dan tingkat elektrifikasi baru 10%. Masyarakat yang menikmati sekolah menengah pun baru 10% dengan umur harapan hidup hanya 45 tahun.

 

“Namun, dalam periode waktu tersebut lahir berbagai inovasi penting yang masih bisa dilihat hingga saat ini,” tuturnya.

 

Sebagai contoh, papar Wapres, Tudor Ice Company yang berdiri pada 1806 memproduksi dan menjual es batu alam hampir ke seluruh belahan dunia. Inovasi ini mendorong perkembangan industri makanan dan minuman secara pesat.

 

“Perusahaan McCormick Harvesting Machine yang berdiri pada tahun 1831 menemukan mesin penuai gandum. Inovasi ini menjadi awal mekanisasi pertanian di Amerika,” lanjutnya.

 

Selain itu, sebut Wapres, perusahaan Singer yang berdiri pada 1856 menciptakan mesin jahit yang membuat usaha garmen menjadi massal. Selanjutnya, perusahaan Kodak pada tahun 1898 menciptakan inovasi yang membuat proses memotret menjadi sangat mudah.

 

“Paling monumental adalah ketika Ford Motor Company yang berdiri pada tahun 1903 mengeluarkan inovasi brilian dalam memproduksi mobil secara massal. Ford Motor Company dicatat sebagai perusahaan yang melahirkan kelas menengah di Amerika Serikat,” ujarnya.

 

Pada era digital saat ini, kata Wapres, inovasi juga tetap memegang peranan penting. Misalnya, perusahaan Apple yang sumber pertumbuhan utamanya adalah inovasi.

 

“Apple berhasil mencapai nilai valuasi sebesar USD 2 triliun pada Agustus 2020. Pada tahun 2018, Apple juga menjadi perusahaan pertama di dunia yang mencatat valuasi sebesar USD 1 triliun,” paparnya.

 

Artinya, sambung Wapres, Apple hanya butuh 2 tahun untuk melipatgandakan valuasinya. Peningkatan valuasi Apple tersebut bahkan justru terjadi dalam situasi krisis sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

 

Berkaca dari contoh-contoh di atas, Wapres menuturkan bahwa salah satu prioritas nasional untuk mencapai Indonesia Maju adalah membangun SDM unggul, yaitu SDM yang sehat, cerdas, berdaya saing, produktif, berakhlak mulia, dan setia kepada NKRI. Sebab, SDM unggul menjadi penentu keberhasilan dalam mewujudkan kemajuan dan kemandirian ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.

 

“SDM Indonesia (juga) harus dipersiapkan untuk mampu bersaing dan cepat beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan teknologi informasi yang mendisrupsi segala bidang,” imbuhnya.

 

Untuk mewujudkan SDM unggul, menurut Wapres, diperlukan sistem pendidikan yang tidak hanya mampu mentransmisi pengetahuan, tetapi juga memastikan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

 

“Pendidikan bukan hanya bagaimana pengetahuan didapatkan, akan tetapi bagaimana suatu nilai, kerjasama, serta kompetensi dapat ditransformasikan,” ujarnya.

 

Di samping itu, tutur Wapres, dalam era digital yang sangat menantang dan kompetitif saat ini ditambah adanya pandemi Covid-19, pendidikan juga harus mampu menjadi katalis dan pusat inovasi. Untuk itu, ia berharap adanya kerjasama semua pihak untuk mewujudkan pendidikan yang mampu memacu kreativitas dan inovasi dalam pemanfaatan teknologi.

 

“Keberhasilan proses belajar dan mengajar membutuhkan kerjasama yang baik dari seluruh pihak, baik pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, media massa, hingga orang tua siswa,” pesannya.

 

Terakhir, Wapres mengakui bahwa membangun SDM unggul dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi dunia pendidikan. Sistem pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka saat ini harus dilakukan secara daring.

 

“Tantangan pembelajaran daring juga dihadapkan pada kondisi faktual persebaran geografis penduduk Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, dengan kemampuan dan ketersediaan dukungan teknologi yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, (sehingga) dibutuhkan suatu strategi yang tepat untuk mengatasinya melalui berbagai upaya yang kreatif dan inovatif,” ujarnya.

 

Terkait hal ini, Wapres memastikan bahwa pemerintah memiliki komitmen tinggi serta perhatian khusus untuk memastikan pendidikan tetap berjalan dengan baik di masa pandemi. Sebagai contoh, pemerintah terus mempercepat pembangunan Tol Langit, yaitu penyediaan fasilitas internet berkecepatan tinggi di 514 kabupaten/kota melalui pembangunan Palapa Ring serta target peluncuran Satelit Republik Indonesia (SATRIA) I pada tahun 2023 mendatang dengan transmisi data tinggi sebesar 150 Gigabits per second (Gbps).

 

“Prasarana dasar ini tidak saja ditujukan untuk mendukung pendidikan jarak jauh (PJJ) tapi lebih luas lagi, yakni sebagai modal penting menuju Indonesia digital,” pungkasnya. (EP-BPMI Setwapres)

Kategori :
Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           1           0           0