Keragaman Adat Budaya di Upacara Hari Kemerdekaan Ke-73 RI

 
bagikan berita ke :

Minggu, 19 Agustus 2018
Di baca 9879 kali

Indonesia lahir dari keberagaman adat dan budaya. Seperti yang tercermin dalam semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini tertulis dalam lambang negara Indonesia, garuda Pancasila. Meskipun terdiri dari berbagai adat budaya yang berbeda, tetapi Indonesia tetap utuh dalam persatuan. Seperti itulah keberagaman Indonesia pun tercermin saat upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT Ke-73) Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta (17/8).

Janur kuning melengkung berbaris rapih di gerbang depan Istana Merdeka. Bunga-bunga berwarna merah dan Putih menghiasi sepanjang pagar istana. Sudut-sudut tribun tempat duduk sudah penuh dengan tamu undangan yang mengenakan pakaian adat daerah. Lantunan nada lagu kebangsaan turut mengiringi suasana. Rangkaian pertunjukan kesenian anak-anak bangsa pilihan pun turut memeriahkan. Pemandangan itu lah yang terlihat saat upacara hari kemerdekaan di istana kepresidenan Jumat lalu.

Tak heran, jika seluruh pasang mata dari berbagai pelosok daerah bahkan dunia antusias menanti perhelatan upacara kemerdekaan negara tercinta Indonesia. Baik melalui media massa televisi, maupun merapat mendekat ke kawasan Istana Merdeka. Bahkan, tak sedikit masyarakat juga ingin memiliki undangan agar dapat menyaksikan secara langsung Upacara Detik-Detik Proklamasi yang dihelat sebagai hajatan tahunan ini.

Upacara bendera dan acara perayaan kemerdekaan Indonesia yang dilangsungkan di Istana Merdeka merupakan upacara sakral. Upacara kemerdekaan tidak hanya sebagai upacara pengibaran bendera sang Merah Putih dan pembacaan teks proklamasi. Melainkan menjadi kesempatan untuk menampilkan keragaman adat budaya bangsa yang dimiliki Indonesia.

Presiden dan Ibu negara, para pejabat, hingga kalangan masyarakat hadir dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Istana Merdeka menjadi tampak begitu warna-warni dan semakin meriah dengan kehadiran para tamu undangan dalam balutan busana adat.

Salah seorang tamu undangan, Parolo merasa senang mendapat kesempatan untuk menyaksikan upacara peringatan HUT ke-73 RI secara langsung di Istana Merdeka, Jakarta. Pria berkumis tebal itu datang dengan mengenakan pakaian adat asal daerahnya, Papua. Pakaian yang ia kenakan didominasi oleh warna-warna yang cerah, diantaranya kuning, hijau, dan merah. Kurang lebih 50 tahun, Parolo hanya dapat menyaksikan di televisi. Namun, tahun ini menjadi pengalaman yang mengesankan untuknya karena bisa hadir langsung di Istana.

Di antara 34 pakaian adat tradisional dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia, pakaian adat Papua menjadi salah satu pakaian adat yang paling unik dan menarik. Pakaian ini dikatakan unik karena memiliki model dan desain yang etnik. Selain itu, cara pembuatannya yang masih sangat sederhana dan materialnya yang alami juga menambah keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan pakaian adat daerah lain di Indonesia.

Kelengkapan busana seperti rok rumbai-rumbai yang terbuat dari daun sagu dan dilapisi hiasan untaian benang rajutan hijau orange, memperkuat kesan adat Papua saat dipakai Parolo. Tak hanya itu, Parolo pun bercerita bahwa pakaian adatnya ternyata juga mengandung unsur modernisasi. Seperti aksesoris gelang yang terbuat dari besi berlapis dedaunan yang kini ia pakai.

Selain itu, pria bertubuh kekar ini juga menambahkan aksesoris hiasan kepala yang dibalut bulu burung kasuari. Sembari menjelaskan pakaian kebanggaanya, tangan kiri Parolo teguh memegang alat musik khas dari Papua, yaitu alat musik tifa.

Parolo datang ke Istana Merdeka bersama 15 tamu undangan lainnya, yang berasal dari wilayah timur Indonesia, Papua dan Papua Barat. Dalam kesempatan itu, Parolo berterima kasih telah dihubungi pihak pemerintah pusat dan diundang ke upacara kenegaraan di Istana.

Acara upacara kemerdekaan dimaknai sebagai pesta kemerdekaan bersuka cita bagi seluruh bangsa indonesia. “Dari yang ditampilkan baju-baju adat, untuk menampilkan keragaman budaya, sehingga diketahui bahwa negara Indonesia terdiri dari berbagai suku adat dan ini adalah kekayaan,” ujar pria berkaca mata hitam tersebut.

Parolo berharap dapat menghadiri di setiap tahun berikutnya. “Salam ke Presiden yang telah mengundang saya. Saya berharap NKRI harga mati bagi Papua dan terus memperhatikan Papua. Memaknai kemerdekaan dengan mengapresiasi berbagai pembangunan terlebih untuk pelosok daerah Papua,” katanya. (LHM-Humas Kemensetneg)

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
37           40           31           27           33