Urgensi Program P2M Internasional dalam Penguatan Nasionalisme Diaspora Indonesia di Malaysia

 
bagikan berita ke :

Senin, 30 Desember 2024
Di baca 63 kali

Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis


 

Tak dapat dipungkiri bahwa Malaysia merupakan negara dengan jumlah diaspora Indonesia terbanyak. Menurut data yang dihimpun GoodStats, pada tahun 2023 jumlah warga negara Indonesia di Malaysia sebanyak 3,5 juta jiwa (Aditiya, 2023). Jumlah itu masih belum mencakup keturunan hasil asimilasi antara orang Indonesia dan Malaysia yang menurut data Wikipedia mencapai 8-10 juta jiwa (Anonim, 2024).

 

Munculnya diaspora di negeri jiran dipengaruhi banyak hal, utamanya yang berkenaan dengan ekonomi. Setiap diaspora awalnya memiliki misi untuk sekadar memperbaiki jalan hidupnya dan mereka masih menyimpan rasa nasionalisme yang tinggi pada tanah air. Namun seiring waktu, ketika hidup yang lebih baik berhasil mereka raih, sungguh sangat disayangkan apabila kesuksesan yang susah payah mereka dapat harus ditinggalkan. Gejolak emosi tersebut yang kemudian melatarbelakangi banyaknya orang Indonesia yang memilih terus hidup di negeri orang, kendati status identitas mereka rentan mengalami ketidakpastian.

 

Sebagai akibat dari fenomena itu, generasi diaspora kedua dan setelahnya rentan mengalami kekaburan identitas dan pemudaran nasionalisme. Hal tersebut disadari dan menjadi fokus perhatian pihak Kedutaan Besar RI Kuala Lumpur. Untuk itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, Prof. Dr. Muhammad Firdaus, S.P, M.Si. kemudian memerintahkan pembentukan Sanggar Bimbingan (SB) dengan melibatkan komunitas Indonesia di Malaysia yang peduli dengan pendidikan anak-anak pekerja ilegal (Makmur et al., 2023).

 

 


Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis

 

Sepanjang 2024, tercatat sudah ada 57 SB yang tersebar di Kuala Lumpur. Jumlah tersebut berpotensi akan bertambah ke depannya, sebagaimana yang disampaikan Menteri Luar Negeri yang pada saat itu dijabat oleh Retno Marsudi dalam kunjungannya ke Malaysia pada Rabu, 03 Juli 2024. Menurutnya, pendidikan adalah salah satu isu penting yang menjadi bahasan kerja sama dengan Malaysia, khususnya akses pendidikan bagi anak-anak pekerja migran Indonesia (Anonim, 2024b).

 

Andil Peserta Program P2M Internasional

 

Dalam rangka memastikan kegiatan pendidikan di SB berjalan lancar, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) berusaha menggandeng instansi-instansi pendidikan tinggi dalam negeri, baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Melalui ajakan “kerja sama” itu, instansi-instansi di Indonesia diharapkan mau mengirimkan beberapa mahasiswanya untuk melakukan program Praktik Pemberdayaan Masyarakat (P2M) atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) di SB, dengan timbal balik berupa pengalaman dan upgrading lulusan bertaraf internasional.

 

 


Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis

 

Realiasasi program itu cukup memuaskan. Setiap bulan, pasti ada satu kampus yang mengirimkan mahasiswanya untuk ditempatkan di SB-SB di Kuala Lumpur. Para mahasiswa tersebut kemudian diarahkan untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat selama satu bulan. Dari sana, problematika kurangnya tenaga pendidik berhasil teratasi.

 

Sementara itu, demi memastikan para mahasiswa utusan kampus mampu menghasilkan output sesuai yang diharapkan pihak KBRI. Prof Firdaus kerap menekankan kepada para mahasiswa agar selain mengajar, mereka juga sebisa mungkin menumbuhkan jiwa nasionalisme pada diri anak didik SB.

 

Sebab disadari atau tidak, telah terjadi indikasi penurunan nasionalisme pada diri para anak didik. Ini terlihat dari adanya kecenderungan para anak didik yang lebih suka berbicara dengan bahasa Melayu daripada Indonesia, lupa pada bahasa daerah orang tua mereka, serta minat berlebih untuk menyambung hidup di Malaysia daripada di Indonesia.

 


Foto: Dokumentasi Pribadi Penulis

 

Dengan temuan-temuan tersebut, tak mengherankan jika kemudian Prof. Firdaus memberikan amanat kepada para mahasiswa untuk menjadi prajurit-prajurit pengobar nasionalisme di Negeri Menara Petronas. Rentang waktu sebulan, merupakan waktu yang cukup untuk menyalakan nyala nasionalisme dalam diri para anak didik. Bersama dengan itu, terpatri harapan agar para anak didik terdorong untuk kembali ke Indonesia dan mengingatkan mereka bahwa Indonesia adalah rumah mereka.

 

 

Referensi:

Aditiya, I. M. (2023). Sebaran Diaspora Indonesia di Luar Negeri. GoodStats. https://goodstats.id/infographic/sebaran-diaspora-indonesia-di-luar-negeri-nRGUy

Anonim. (2024a). Orang Indonesia Perantauan. Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Indonesia_Perantauan

Anonim. (2024b). Retno Marsudi Temui 150 Anak-anak Pekerja Migran Indonesia di Malaysia. Tempo. https://www.tempo.co/internasional/retno-marsudi-temui-150-anak-anak-pekerja-migran-indonesia-di-malaysia--43478

Makmur, S. M., Dunggio, R., Pilomonu, Moh. Z., & Maulana, R. (2023). Penguatan Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pancasila dan Metode Repetisi bagi Siswa di Sanggar Bimbingan Rawang Selangor, Malaysia. Buletin KKN Pendidikan, 5(1), 74–83. https://doi.org/10.23917/bkkndik.v5i1.22671

 


Penulis          : Fathur Rozi Nuril Furqon

Profesi          : Mahasiswa

Institusi         : Universitas Al-Amien Prenduan

Bagaimana pendapat anda mengenai artikel ini?
0           0           0           0           0