Oleh:
Dra. Ihsanira Dhevina E, M.A
(Widyaiswara Ahli Madya pada Pusdiklat Kemensetneg sekaligus pemerhati bidang komunikasi, gender dan hubungan internasional)
“Siapakah generasi ASN? Apakah generasi ASN Pembelajar?” Kedua pertanyaan tersebut menyeruak begitu saja ketika menyaksikan kesungguhan dan semangat untuk belajar yang terpancar dari wajah-wajah peserta pelatihan Presentasi Efektif yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Pusdiklat Kementerian Sekretariat Negara.
Secara umum, presentasi bukanlah sesuatu yang baru dan biasa dilakukan. Namun, saat ini presentasi bukan hal yang dapat dilakukan secara apa adanya; biasa-biasa saja atau sebagaimana biasanya.
Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menjadikan sebuah presentasi di era sekarang adalah sebuah tantangan bagi siapapun yang akan melakukannya. Tantangan yang tidak hanya sekedar menyampaikan informasi atau gagasan kepada hadirin (audience) tapi juga tantangan untuk menjaga agar proses penyampaian informasi berjalan dengan baik, menarik, tidak membosankan dan tujuan presentasi dapat tercapai. Itu hanya tujuan-tujuan dasar dari sebuah presentasi, ada tantangan lainnya dalam sebuah presentasi yang perlu dipahami.
Dalam menunjang kegiatan organisasi, presentasi makin diperlukan karena keunggulannya sebagai media komunikasi yang dapat diandalkan. Pemanfaatan teknologi komunikasi tentu membantu menjawab tantangan-tantangan dalam sebuah presentasi. Namun, yang terpenting adalah bagaimana seorang penyaji mau mempelajari teknik dalam presentasi yang juga harus disesuaikan dengan perkembangan yang ada.
Inilah tantangan berikutnya; sebagai contoh, dalam waktu singkat 20 peserta pelatihan diminta untuk membuat dan menampilkan sebuah presentasi yang mampu memukau dan mengesankan. Sebagai ASN, peserta yang merupakan generasi Y, telah mampu menampilkan karakter pembelajar yang baik. Menyukai belajar hal-hal baru, berupaya menghilangkan hal yang kurang sesuai serta mempelajari kembali hal baik yang ada kemudian mengkombinasikan untuk ditampilkan pada sebuah presentasi.
Suatu cara belajar yang menarik dan menggambarkan konsep learn, unlearn dan relearn. Sebagaimana dinyatakan oleh Alvin Toffler, seorang tokoh teknologi modern sebagai "The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn."
Learn – Unlearn – Relearn
(proses pada otak saat learn, unlearn dan relearn)
Relearn merupakan proses terjadinya pemikiran atau penilaian kembali terhadap nilai-nilai, kebiasaan, pengetahuan atau ketrampilan yang ada. Penilaian kembali untuk menentukan apakah hal-hal tersebut perlu diteruskan atau dikembangkan lagi untuk capaian yang lebih baik. Sedangkan proses unlearn akan terjadi apabila seseorang perlu menghilangkan hal-hal yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan tantangan yang ada. Pada konteks organisasi, tentu diperlukan sosok generasi ASN yang siap dan memiliki semangat untuk belajar hal-hal baru (learn) demi menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan yang ada baik sekarang dan di masa depan. Singkatnya, generasi ASN diharapkan mampu meningkatkan kemahiran diri – melalui kesediaan untuk learn, unlearn dan relearn.
Menjadi tugas organisasi tentunya, melalui kegiatan pelatihan yang difasilitasi oleh Pusdiklat sebagai pemegang misi strategis dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, tentu dapat membentuk Kementerian Sekretariat Negara menjadi organisasi pembelajar; yaitu organisasi yang semua anggotanya terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk mendukung kinerja yang diharapkan dan tampil sebagai generasi ASN yang handal dan membanggakan. Bravo ASN Pembelajar!